◻️◻️◻️Happy Reading◻️◻️◻️
.
.
.
Jimin dan Yuka mencoba memulai kehidupan baru di tempat itu. Namun, semakin hari kesehatan Jimin semakin memburuk hingga membuatnya tak bisa mencari pekerjaan. Disinilah Yuka harus berganti tugas untuk mencari pekerjaan sampingan demi memenuhi kebutuhan harian mereka.
Yuka bekerja serabutan, dari mulai pagi sebagai pengantar susu, koran, dilanjut siang menjual kue beras, dan malam hariny bekerja di caffe hingga larut malam. Semua itu ia lakukan demi untuk menunjang kesehatan Jimin yang kian memburuk, dimana Yuka harus membeli obat penahan rasa sakit yang selama ini dikonsumsi Jimin. Keadaan itu berlangsung selama berbulan-bulan, hingga suatu hari kondisinya mulai membaik.
"Sayang, aku bawa makanan untukmu."
Kedatangan Yuka kerap tidak dihiraukan oleh Jimin, sebab pria itu lebih sering menghabiskan waktu di kamarnya.
"Jim, ayo makan! Aku sudah bawa makan malam untuk kita berdua." Yuka malam itu cukup merasa khawatir, sebab pintu kamar terkunci dari dalam.
Took
Took
Took
"Jimin sayang, kau sedang tidur 'kah? Bukalah pintunya sebentar," pinta Yuka sambil memegangi gagang pintu yang tak kunjung dibuka Jimin. "Apakah telah terjadi sesuatu? Aku harus mendobrak pintunya!" kekeh Yuka. Ia pun mengambil ancang-ancang untuk bersiap menabrak daun pintu kamar yang terkunci tersebut, tapi tak lama kemudian pintunya terbuka dengan keadaan Jimin yang terlihat bugar.
"Ada apa, sayang?"
"Jim, apakah kamu tidak dengar sedari tadi aku memanggil?"
"Aku tadi sedang tidur."
"Mana mungkin tidur sampai tidak dengar suaraku mengetuk pintu sekeras tadi?"
"Ayo makan! Aku sudah lapar!" elak Jimin sambil mendahului berjalan ke ruang tamu.
Sementara Yuka masih dibalut kebingungan sambil melirik kanting kresek putih transparant dengan isi tisue bekas bercak darah. "Dia berbohong lagi, rupanya." Yuka segera bergegas menghampiri Jimin yang dengan antusiasnya membuka nasi bungkus yang dibawa Yuka.
"Ayo sayang, kita makan."
"Jim, ini tidak lucu. Tolong katakan apa yang sebenarnya terjadi padamu?" cecar Yuka sembari menunjukan kantong kresek yang ia temui di lantai tadi.
"Kau terlalu berlebihan, Yuka! Sekarang aku tidak apa-apa, lihatlah! Aku bahkan bisa berjalan dengan baik, dengan wajah yang lebih segar. Besok aku pun akan pergi mencari pekerjaan, tolong jangan tanyai aku dengan pertanyaan menyebalkan itu! Aku bisa saja marah padamu," lanjut Jimin dengan nada tenang. Walau ia tahu, jika sang istri begitu khawatir dan takut.
.
.
.
Mereka kemudian makan bersama malam itu. Yuka memang sedikit cemas, tapi ia terus berusaha untuk tegar melihat suaminya yang menyimpan banyak rahasia. Seusai makan, Jimin mendahului ke kamar dan berbaring di atas ranjang. Yuka berjalan perlahan mendekati sang suami dan tidur di lengan pria tampan itu.
"Jim, aku mau periksa ke dokter besok, kau mau temani aku?"
"Untuk apa kau ke dokter? Apakah kamu sakit?" tanya Jimin sambil meraba lembut pipi istrinya. Yuka seketika tersenyum dan mengecup bibir tebal Jimin hingga basah. "Ada apa, Yuka sayang? Kenapa tidak jawab pertanyaanku?" lanjut Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil - [TAMAT]
Fanfiction[BACA SEBELUM DI PRIVATE] 𝘿𝙞 𝙬𝙤𝙧𝙠 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙙𝙖 2 𝙎𝙪𝙗 𝙅𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙗𝙚𝙙𝙖. Preview_ ________________________________ "Kukira dia adalah Angel, rupanya dia adalah Devil yang bersembunyi dibalik sifatnya yang ramah...