◻️◻️◻️Happy Reading◻️◻️◻️
.
.
Hayo siapa yang bingung?
Btw ceritanya memang kubuat ngambang penuh teori ya gaes, supaya alurnya gak gampang kalian tebak wkwkwkw.... Selamat menerka-nerka, masih banyak runtunan cerita ini yang akan kubuat lebih samar. Enjoy .....
Suasana berkabung.
Lautan tangis menyelimuti semua orang yang sedang menyaksikan prosesi pemakaman ibu Jimin. Namun, ada yang berbeda, tidak ada air mata yang mengalir membasahi pipi Jimin. Ia hanya diam menatap jasad sang ibu dengan tatapan diam terfokus. Hal itu tentu cukup membuat Yuka kebingungan, ia terus menatap Jimin yang terlihat tidak menunjukan ekspresi terpukul atas kepergian ibu yang pernah melahirkannya.
"Nak, tolong relakan Ibumu ... ia sudah tenang di surga," ungkap ayah Jimin sembari menyapu air matanya dengan selembar tisue. Pria paruh baya itu berjalan mendekat sembari memeluk Jimin dengan erat, tapi Jimih masih tetap diam tanpa memberi response apapun. "Kau adalah anakku satu-satunya, dan sekarang kau pun telah beristri. Aku pasti akan menjalani hidup sendirian di rumah dan kesepian," imbuh ayah Jimin.
Pernyataannya barusan mengundang tatapan sinis yang terlihat mengeramkan dari Jimin. Pria itu diam dengan menatap sangat dalam pada sang ayah yang lumayan digencar ketakutan karenanya. "Kau ...!" Jimin hanya diam. Tentu bahasa tubuh mereka hanya keduanya yang tahu, dan itu membuat Yuka kebingungan.
"Jim," ucap Yuka mencoba mencairkan suasana. Wanita berparas cantik itu meraih pinggang ramping Jimin dan memeluknya dari arah belakang.
"Menantu, aku harus pergi untuk suatu urusan penting," ucap ayah Jimin yang tiba-tiba gugup dan pergi begitu saja meninggalkan keduanya dan kerabat yang mengikuti prosesi mengantar untuk ke peristirahatan terakhir.
"Jim, kau tidak apa?" tanya Yuka yang sedikit khawatir. Suaminya memang terlihat masih pucat karena tidak enak badan, dan itu cukup membuat Yuka sedikit khawatir. "Jim, istirahatlah," imbuh Yuka. Namun, pria tampan itu langsung berbalik badan dan memeluk Yuka sempurna.
"Aku tidak bisa menangis, apakah aku jahat?" tanya Jimin sembari memeluk Yuka sangat erat.
"Tidak masalah, kau pasti sangat terpukul jadi tidak bisa menangis. Menangis pun tidak akan membuatmu menjadi lemah, jadi jangan khawatir," ucap Yuka yang membalas pelukan Jimin sangat erat.
"Aku mau pulang, Yuka."
"Baiklah, tapi prosesinya masih belum selesai," ucap Yuka sambil menoleh kearah tempat kremasi.
"Aku tidak bisa menunggu." Benar saja, Jimin langsung menggandeng Yuka untuk segera pergi meninggalkan tempat tersebut.
Masih dibalut kebingungan, Yuka masih tidak bisa memahami sikap Jimin yang tertutup sekaligus aneh untuknya. Pria itu hanya diam sepanjang perjalanan dan sibuk mengemudi mobil dengan kecepatan sedang. "Jim, apa kamu lapar?" Yuka mencoba mengawali pembicaraan dari suasana kikuk tersebut.
"Apa kau lapar?"
"Tidak juga, hanya saja akan lebih baik kalau kau redamkan dulu emosimu," ucap Yuka dengan senyum manis di wajahnya yang dipandang Jimin dari pantulan kaca spion di atasnya.
"Kau cantik," puji Jimin yang tentu membuat Yuka bahagia.
Hari sudah menjelang malam. Mereka pun merapat di sebuah restaurant yang ada di dekat sana. Keduanya duduk bersebrangan, tapi Yuka masih melihat wajah flat Jimin yang tampak misterius untuknya. "Jim, aku akan ada disisimu," ucapnya sambil meraih tangan Jimin di atas meja dan mengganggamnya erat. Ucapan Yuka tampaknya berhasil mengukir sedikit senyuman di wajah Jimin saat ini, pria itu pun membalas genggaman Yuka lalu mengecup punggung tangannya.
"Aku mencintaimu, Yuka." Kata-kata itu pun diiringi dengan beranjaknya Jimin untuk meraih rahang Yuka dan ingin mengecup bibirnya, tapi sayang di waktu bersamaan ponsel Jimin berbunyi dan membatalkan keinginannya tersebut.
Setelah melihat nama penelpon, Jimin segera beranjak dari kursinya dan keluar dari ruangan itu untuk berbicara di luar. Meski begitu, Yuka terus memantau prianya dari jendela kaca.
"Dia itu pria aneh, sekejab sangat sajah bahkan sesaat setelahnya bisa berubah semanis ini," gumam Yuka sambil menopang dagunya menatap Jimin yang sedang berbicara di telpon. Pria itu sangat gagah, dan sangat tampan membuat Yuka sedikit meluluh hatinya.
"Anda mau pesan apa?" kecoh seorang pelayan restaurant sembari membawa buku menu untuk diberikan pada Yuka.
"Aku pesan nanti saja, aku akan menunggu suamiku," ucap Yuka sambil mengembalikan buku menu tersebut pada seorang pelayan, tapi betapa terkejudnya Yuka saat melihat pelayan tersebut adalah orang yang ia kenal, yakni Kim Taehyung. "Kim Taehyung?" gumam Yuka terheran. Ia terdiam bengong saat bertatap muka kembali dengan pria yang pernah begitu istimewa untuknya.
"Kita bertemu lagi," ujar Taehyung sambil tersenyum singkat pada Yuka, terlihat begitu manis dan tulus. Terlihat Taehyung sangat tertekan menahan rindu pada kekasih yang sangat ia cintai.
"Cepat pergi! Kalau Jimin mengetahuimu, dia pasti akan sangat mar--,"
"Kau tidak pesan sayang?" sela Jimin yang tiba-tiba datang diantara mereka.
'Deg'
Yuka mulai keringat dingin sesaat setelah mengetahui kedatangan Jimin. "Silahkan, ini daftar menu makanan di restaurant kami," ucap Taehyung dengan nada sopan memberi buku menu pada Jimin. Menyampingkan ego, keduanya berprilaku seolah tidak saling mengenal. Yuka begitu ketakutan, ia terus meremas bajunya melihat keadaan ini, walau ia tidak bisa berbuat apapun.
"Aku mau pesan makanan terenak di sini, untuk istriku yang cantik." Jimin menatap dengan senyuman kearah Yuka.
"Baiklah," timpal Taehyung.
"Apakah istriku cantik, wahai pelayan?" tanya Jimin sembari melirik Taehyung yang sudah terlihat tak mampu menahan perasaan cemburunya.
"Dia cantik, dia sangat cantik," jawab Taehyung dengan nada yakin menatap Yuka sendu. Melihat response Taehyung Jimin pun segera beranjak dari tempat duduknya dan meraih kedua pipi Yuka dan menciumnya tepat di hadapan Taehyung yang sedang menatap Yuka. Ciuman itu tidak dilepas Jimin untuk waktu yang cukup lama, membuat Taehyung geram dan pergi begitu saja meninggalkan mereka.
Sesaat setelah kepergian Taehyung, tautan itu dilepas Jimin. Ia pun menatap Yuka sangat tajam. "Jim, tolong redakan emosimu," ucap Yuka yang mulai khawatir. Terlihat wajahnya sangat cemas dengan keringat dingin membasahi dahinya.
"Ini akan menjadi dinner pertama kita, mari bersenang-senang," ungkap Jimin sambil tersenyum manis melirik Yuka. Sampai detik ini, Yuka belum bisa memahami isi dalam hati Jimin, terus terang Yuka begitu takut Jimin akan terbakar cemburu dan akan melampiaskan kekasaran pada Yuka, tapi mungkin tidak untuk sekarang.
Makanan sudah sampai. Yuka mencoba menjalani perannya dengan begitu baik melayani sang suami, beberapa kesempatan ia juga terlihat menyuapi suaminya. Jimin sejauh ini tidak menunjukan sikap bahwa ia tengah marah, tapi Yuka masih tetap takut dan juga khawatir untuk kedepannya.
"Kau juga makan," ungkap Jimin.
Suasana begitu mencekam untuk Yuka karena takut akan response Jimin. Disela-sela itu pun Jimin selalu menunjukan sisi angelnya untuk Yuka.
To be continued ....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil - [TAMAT]
Fanfiction[BACA SEBELUM DI PRIVATE] 𝘿𝙞 𝙬𝙤𝙧𝙠 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙙𝙖 2 𝙎𝙪𝙗 𝙅𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙗𝙚𝙙𝙖. Preview_ ________________________________ "Kukira dia adalah Angel, rupanya dia adalah Devil yang bersembunyi dibalik sifatnya yang ramah...