◻️◻️◻️Happy Reading ◻️◻️◻️
.
.
.
****
Sudah pertengahan malam, Yuka pun berjalan perlahan menuju kamarnya. Pikirannya masih melayang memikirkan wangi bantal dan bungkusan di atas meja tadi. Namun, tak beberapa lama semua itu sirna ketika matanya melihat sosok pria yang terlihat hendak masuk ke kamarnya membawa segelas air di tangannya.Kedua mata mereka beradu, tak kuat menatap itu terlalu lama pria itu pun kembali menunduk dan mengabaikan Yuka.
"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Yuka. Langkah pria itu sejenak terhenti, ia menatap lagi ke arah Yuka melihat pagi wajah wanita yang lama ia damba. "Aku ingin bicara denganmu," lanjut Yuka kembali.
"Aku tidak ada waktu," elaknya. Taehyung pun mengabaikan kembali, dan mencoba meraih gagang pintu kamarnya, tapi di waktu bersamaan, Yuka menarik tangan Taehyung dan menggenggamnya. Lantaran kehilangan keseimbangan, Taehyung pun tak sengaja menjatuhkan gelas di tangan kirinya hingga pecah di lantai.
*Braaak*
"Kau tidak bisa memperlakukanku begini! Aku butuh jawaban!"
"Sudah tidak ada gunanya memberimu jawaban, semua sudah terjadi,"
"Terjadi? Mudah sekali mulutmu bicara begitu? Kau bahkan tidak memperdulikan perasaanku!" Yuka tak kuasa menahan tangisnya. Cairan bening itu lolos begitu saja, membasahi pipinya tatkala melihat wajah Taehyung yang tampak dingin terhadap dirinya.
"Masuklah ke kamarmu, Jimin pasti sudah menunggumu," elak Taehyung yang sudah tak kuat menahan sesak disusul tarikan napas panjang yang memberi sejenak rasa lega didadanya.
"Jadi sekarang kau telah melepaskanku? Aku tidak pernah menyangka jika kau tega mempermainkan perasaanku!" Air mata Yuka semakin deras mengakir. Wajahnya memerah, berulang kali pula Yuka mulai mengusap air matanya yang terus mengalir. "Baiklah aku tidak akan bertanya apapun lagi padamu, semoga aku bisa melupakan rasa sakit ini secepatnya," lanjut Yuka. Ia terlihat tampak sangat kecewa, tapi tetap tak menghentikan langkahnya untuk pergi meninggalkannya.
Taehyung hanya menunduk, meneteskan air matanya dalam diam. Namun, semua sudah terlambat untuk dikembalikan sekarang.
Sesampainya di dalam kamar, Yuka langsung disambut Jimin dengan tatapan tegasnya di atas ranjang. "Kau belum tidur?" tanya Yuka pelan sambik mematikan beberapa lampu kamarnya.
Sementara Jimin masih diam tanpa bicara, tapi matanya tak lepas dari pandangannya terhadap Yuka. Meski begitu, Yuka yang juga masih marah dengan perlakuan Jimin tadi tak menghiraukan itu, ia pun menyibak selimut disebelah Jimin dan berabring dengan santainya.
Jimin masih terus memperhatikan, wajahnya terlihat semakin marah dan semakin lama semakin membuat Yuka merasa tak nyaman lantaran terus diawasi.
"Bangun!" panggil Jimin tiba-tiba.
Yuka pun menuruti begitu saja, ia pun bangun dan duduk membalas tatapan Jimin. "Apa sekarang kau mau jadi seorang pelac*r?" Jimin menatap dengan wajah culas.
Mendengar itu, Yuka pun mengerutkan dahinya dengan rasa tersinggung. "Jaga bicaramu!" bantahnya.
"Sekarang kau adalah milikku! Apa kau lupa dengan kenyataan itu?"
"Aku tahu,"
"Kau tahu, tapi kenapa kau masih tidak menjaga jarak dengan Taehyung?" tanya Jimin dengan nada membentak.
Rupanya saat bicara dengan Taehyung tadi, Jimin sempat melihat keduanya bicara. Hal itu membakar harinya, menimbulkan perasaan cemburu yang bergelora tak tertahankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil - [TAMAT]
Fanfiction[BACA SEBELUM DI PRIVATE] 𝘿𝙞 𝙬𝙤𝙧𝙠 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙙𝙖 2 𝙎𝙪𝙗 𝙅𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙗𝙚𝙙𝙖. Preview_ ________________________________ "Kukira dia adalah Angel, rupanya dia adalah Devil yang bersembunyi dibalik sifatnya yang ramah...