◽️◽️◽️Happy Reading◽️◽️◽️
.
.
.
****
Semua telah terjadi. Rasa kecewa itu membuat Yuka tak mampu lagi untuk tetap bertahan dalam pernikahannya bersama Jimin. Entah apa yang sedang dipikirkan Jimin pada malam itu, yang jelas semua telat untuk dicegah.
Pagi itu Jimin terbangun dari lelapnya, dan ia menyadari Yuka sudah tak adalagi disampingnya. Akibat mabuk karena wine semalam, ia tak menyadari jika Yuka pagi sekali tadi telah mengemasi barang-barangnya dan pergi dari kamarnya.
Jimin terdiam bengong diatas ranjangnya. Kepalanya terasa sangat sakit luar biasa, pria itu hanya meringkuk lemas diatas ranjang sambil memangis.
Pagi itu Arra dan Taehyung bangun dan makan di meja bersama. Terlihat Taehyung sedari tadi bengong sambil melihat kearah tangga berharap melihat Yuka yang turun, akan tetapi harapannya pupus saat ia hanya dapat melihat Jimin seorang diri dengan pakaian rapi siap untuk pergi ke kantor.
"Dimana Yuka?" tanya Taehyung.
"Mana kutahu, bukan urusanku!" tegas Jimin dengan nada acuh.
Sikap Jimin pagi itu selalu membuat Arra kagum sekaligus senang, ini adalah moment yang ditunggu selama ini, dimana Jimin benar-benar sangat acuh pada Yuka.
"Jim, mau kutuangkan susu untukmu?" tawar Arra sambil tersenyum. Jimin pun mengangguk memberi response terbuka terhadap Arra, hal itu semakin membuat Taehyung kesal. Ia memutuskan pergi meninggalkan ruang makan dan melangkah pergi. Namun, langkah Jimin sesaat terhenti melihat koper besar yang berada di samping pintu ruang tamu.
Tempat pun berpindah pada sebuah ruang isolasi yang mengurung seorang pria dewasa dan seorang perawat. Tampaknya, sang perawat sudah mulai bosan berada disana, bahkan merawat pasiennya pun sudah tak sepenuh hati seperti dulu. Pasiennya kerap ditinggal menelpon sang kekasih berjam-jam tanpa mengganti infus atau bahkan menyuntikkan obat pelumpuh seperti biasanya. Perawat yang sudah mulai bosan dan malas itu kerap membuang serum pelumpuh yang harus diberikan setiap tiga hari sekali di tong sampah.
Pagi itu, perawat bernama Hanami itu telah siap dengan pakaian rapinya untuk pergi. Mengetahui nyonya Kim telah pergi sedari pagi, Hanami juga telah bersiap untuk pergi refreshing menghilangkan rasa bosannya.
"Halo sayang, kamu sudah dimana?
"Aku akan kelur sekarang!"Hanami mematikan telpon. Dengan ekspresi wajah bahagia, ia mulai menenteng sepatu dan tasnya untuk pergi perlahan meninggalkan ruang isolasinya. Melihat sang pasien masih tertidur, kesempatan emas untuk berkencan dengan sang kekasih diambil Hanami tentunya.
Namun, beberapa saat setelah Hanami kelur dari kamar, pria dewasa yang terbaring di ranjang itu pun membuka kedua matanya.
Sesaat ia bisa mengurai senyum pada wajahnya yang pucat, perlahan ia pun mulai menggerakkan kaki kanannya sekuat tenaga.
"Eeeeh?!" Tentu hal itu membuatnya sangat bahagia. Seakan ia diberi kesempatan Tuhan setelah sekian lama ditunggunya. Akibat obat lumpuh yang sering dilewatkan perawatnya, pria itu bisa dengan tegap menyeret kaki kirinya yang lumpuh.
'Sudah waktunya' batin pria itu dengan penuh keyakinan.
Seakan dimudahkan segalanya, dan kebetulan juga pintu kamar nyonya Kim lupa dikunci oleh Hanami.
Lewat bantuan kayu yang biasa digunakan nyonya Kim untuk memukulnya, pria itu berhasil secara tertatih untuk keluar. Dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Meski sedikit pincang, pria itu bisa bergerak cepat meninggalkan tempat itu dan secara mengejutkan langkahnya dipergoki bibi Jang dari kejauhan. "Itu? Apakah aku tidak salah liat?" gumam bibi Jang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil - [TAMAT]
Fanfiction[BACA SEBELUM DI PRIVATE] 𝘿𝙞 𝙬𝙤𝙧𝙠 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙙𝙖 2 𝙎𝙪𝙗 𝙅𝙪𝙙𝙪𝙡 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙗𝙚𝙙𝙖. Preview_ ________________________________ "Kukira dia adalah Angel, rupanya dia adalah Devil yang bersembunyi dibalik sifatnya yang ramah...