Devil Husband - 5

21.3K 1.3K 55
                                    

◻️◻️◻️Happy Reading◻️◻️◻️

.

.

Malam pukul 20:32 WKS.

Yuka masih terbaring tidur di kamarnya menuruti saran dokter yang memintanya untuk banyak istirahat, karena terlalu lelapnya Yuka sampai tak sadar jika Jimin baru saja pulang. Melihat sang istri tertidur pulas, tak pelak membuat Jimin diam.

Braaaak

Sepatu yang baru saja ia lepas langsung dilemparnya hingga mengenai pundak Yuka. "Apa yang kau lakukan!" kesalnya. Seketika Yuka pun terbangun, dan menatap Jimin marah.

"Aku baru saja pulang! Kau tidak menyambutku, memelukku, menciumku? Kau malah asik tidur dan mengabaikanku, aku tidak suka!" ucap Jimin dengan nada tegas.

"Apakah kau bisa bersikap lebih lembut? Kau benar-benar tidak menghargaiku sebagai istri! Terbuat dari apa sebenarnya hatimu? Bisa-bisanya kau berubah drastis seperti ini?" tanya Yuka dengan mata berkaca-kaca, sementara Jimin pun tak membalas pertanyaan Yuka. Pria itu berjalan mendekat, dan merangkak ke atas ranjang mendekati istrinya. Air mata Yuka tak tertahankan saat melihat ekspresi Jimin yang malah tersenyum bak tak terjadi apa-apa, dan dengan santainya pria berbibir tebal tersebut meraih tengkuk belakang Yuka dan mendorongnya mendekat hingga bibir mereka bertemu.

Aksi itu tentu tak mampu diterima Yuka dengan mudah, pasalnya ia sedang marah dan sedih. Namun, perlakuan Jimin malah seolah-olah mengabaikan itu. "Lepas!" tolak Yuka yang seketika mendorong pundak Jimin untuk melepaskan tautannya.

"Kau benar-benar sangat cantik," puji Jimin.

"Cantik? Aku sedang tidak ingin kau puji, tolong jangan mengalihkan pertanyaan! Mengapa kau bisa berubah menjadi iblis? Kenapa kau begitu kasar padaku?" cecar Yuka dengan nada bergetar diiringi cairan bening yang terjun bebas menyapu kesedihannya.

"Aku baru saja pulang dari kantor. Tidak bisakah kau melayaniku dengan baik, membantu melepas dasiku, menemaniku mandi, makan bersamaku, dan minum teh bersama?" elak Jimin. Pria tampan itu kembali melumat bibir Yuka dengan lembut, dan menyesapinya dengan penuh gairah. Walau sebenarnya Jimin paham jika Yuka kini tengah menangis. Ciuman itu berlangsung beberapa menit, hingga Jimin puas walau ia sadar jika air mata Yuka membasahi pipinya yang merah merona.

.

***

Bipolar. Penyakit ini lah yang mendasari sikap Jimin saat ini. Jimin memang pria yang mengalami penurunan dan kenaikan drastis pada emosinya setiap saat, dan itulah yang membuatnya mengapa ia kerap kali marah dan lembut dalam tempo yang random.

Malam itu, Yuka mencoba menuruti keinginan Jimin untuk menemaninya mandi, tapi lagi-lagi Jimin melakukannya. Pria dengan gairah seks tinggi itu mengintimidasi Yuka di kamar mandi, walau selalu ditolak. "Tidak, Jim!" Aku harus istirahat! Kewanitaanku sakit!" tolak Yuka dengan nada pelan, sambil terus menampik tangan nakal Jimin yang menjamahi bagian-bagian kesukaannya.

"Sebentar saja ...." kekeh Jimin.

Yuka hanya mampu pasrah dengan apapun yang sudah dikehendaki suaminya. Ketika tangan itu bergerak bebas menjamahi tubuhnya dan menyentuh seluruh tubuhnya yang mulai basah terkena air yang mengalir. Dalam diam, setidaknya ada air mata yang jatuh karena ketidak berdayaannya melawan Jimin. Lagi dan lagi itu terjadi, keduanya kembali melakukan hubungan suami istri yang tak semestinya dikarenakan kondisi Yuka yang kurang memungkinkan.

"Aaaah sakit! Semoga Tuhan segera mencabut nyawaku supaya tidak merasakan penyiksaan ini lebih lama," ungkap Yuka disela-sela hubungan seks yang tengah berlangsung. Hal itu pun kemudian menghentikan Jimin dimana timbullah perasaan iba terhadap lawan mainnya. Wajah sang istri mulai pucat dan tubuhnya lemas saat Jimin menghentikan aksinya dan melepas tubuh Yuka yang langsung ambruk ke lantai kamar mandi dengan air yang terus mengalir membasahi tubuhnya.

Wanita cantik itu pingsan.

Ia tak sadar apa yang terjadi padanya, mungkin kala itu ia berpikir jika dirinya sudah mati. Namun, ternyata kenyataannya berbeda saat Yuka ternyata sudah bangun dengan Jimin yang memeluk tubuhnya erat. "Sial! Kenapa aku masih hidup?!" keluh Yuka yang kemudian menangis kala menyadari tubuhnya didekap mesra dan erat oleh sang suami.

"Kau mau mati? Tidak! Kalau kau mati, aku pun akan ikut bersamamu. Kau adalah cinta sehidup sematiku," ungkap Jimin dengan tatapan sendu. Ia terlihat menatap fokus walau diabaikan oleh Yuka yang terlanjur memendam sakit hati atas perlakuan Jimin terhadapnya. "Maafkan aku, Yuka. Aku benar-benar sangat mencintaimu," lanjut Jimin sambil mengecup punggung tangan Yuka dengan lembut untuk merayunya yang tengah merajuk.

"Aku menyesal telah memilihmu dan memutuskan menikah denganmu! Kau pria gila! Tidak punya perasaan!" umpat Yuka yang menyuarakan seluruh uneg-uneg dalam dadanya yang menggunung terhadap suaminya.

"Kau menyesal? Apakah itu artinya kau ingin kembali pada kekasihmu yang miskin itu?" tanya Jimin yang mulai tersulut emosi dengan ucapan Yuka.

"Ya! Dia pria yang jauh lebih baik dari pada kau! Dia bahkan tidak pernah membuatku menangis, tidak seperti kau!"

Plaaaak

Tamparan begitu keras hingga membuat sekali tampar pipi Yuka memar dan mulutnya berdarah. "Jangan membandingkan aku dengan kekasihmu yang miskin itu! Aku bisa bertindak jauh lebih mengerikan dari yang kau kira, jangan sulut emosiku, Yuka!" pekik Jimin dengan nada tinggi yang membuat Yuka sempat sangat khawatir dan ketakutan melihat tatapan Jimin yang begitu marah. Wanita itu hanya menangis dalam diam serta melindungi wajahnya dari amukan Jimin pada waktu itu. "Sial! Mencintaimu membuatku jadi gila!" ungkap Jimin yang tak kuasa lagi menahan emosi dan beranjak dari tempat tidurnya. "Tidurlah dengan nyenyak, aku tidak akan mengganggumu malam ini," lanjut Jimin yang kemudian keluar dengan tergesa-gesa sembari membanting pintu dengan begitu kerasnya.

Braaak

Suara itu memecah kesunyian malam yang tentu membuat Yuka semakin takut melihat sisi Jimin yang demikian. "Dia benar-benar monster," gumam Yuka yang terlihat sangat ketakutan dan langsung menarik selimut untuk segera bersiap tidur.

Jimin terlihat begitu depresi setelah pertengkaran itu. Ia masuk ke dalam ruang kerjanya dan membuka tutup botol vodka untuk menemani malamnya yang buruk. Pria itu benar-benar buruk dalam hal mengontrol emosinya, walau sejatinya ia tidak tega berlaku kasar pada wanita yang sangat ia cintai. Entah sejak kapan tepatnya, Jimin begitu terobsesi dan menginginkan Yuka sebagai belahan jiwanya, yang jelas cintanya yang berlebihan membuatnya menjadi gila.

Dreeeet

Ponselnya berbunyi. Jimin yang masih kalut dengan mencoba mengontrol emosinya berusaha menjawab telpon yang masuk. "Halo," ujarnya yang kemudian mendengar lawan bicaranya menyampaikan pesan. "Cari tikus sialan itu! Hidup atau mati, bawa kepalanya padaku!" ungkap Jimin yang kemudian mematikan telponnya.

Semalam penuh, Jimin menghabiskan waktu untuk meminum alkohol dan membuatnya mabuk berat. Ia memang tak mengganggu Yuka sebagaimana janjinya, amarahnya perlahan hilang bersamaan dengan air mata yang mengalir disela-sela mabuknya. Disaat begini, pikirannya akan melayang memikirkan masa lalunya yang kelam dan mengerikan yang tidak pernah terbayangkan bisa terjadi padanya dulu. Jimin sang devil, ternyata menyimpan depresi yang dalam dan menyakitkan.

To be continued ....

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Devil - [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang