9. Ini Yang Pertama.

121K 13K 400
                                    

Sebuah nomor tidak di kenal muncul di pop up notifikasi smartphone milikku.

Ternyata itu Mas Radhit.


+6281xxx
Isla ini Radhit.
Besok kamu ada waktu?

Eh? Mas Radhit.
Yaampun kaget.
Ada Mas kenapa?

+6281xxx
Aku mau bicara serius.
Aku boleh ke rumahmu?

+6281xxx
Isla?

Iya Mas boleh.
Aku besok pulang jam 5 sore.

+6281xxx
Aku ke rumah kamu jam 5.

Oke Mas.



Tiba-tiba aku mendadak kaku di tempat. Aku bahkan masih memandangi nomor Mas Radhit untuk beberapa saat.

Besoknya Mas Radhit benar-benar datang ke rumahku jam 05.00 sore. Dia datang dengan pakaian santai, tidak seperti orang yang baru selesai bekerja.

"Mas tadi habis kerja balik dulu?" tanyaku ketika Mas Radhit duduk di kursi teras rumahku.

"Aku enggak masuk kerja."

"Oh? Kenapa Mas?"

"Sakit," jawabnya singkat.

"Ya ampun. Harusnya enggak usah ke sini Mas. Mas istirahat aja, kan bisa besok-besok ke sininya."

Dia hanya mengangguk.

"Mas mau minum apa?"

"Enggak usah," cegahnya. Berikutnya aku kembali duduk.

"Ada apa Mas? Aku kaget banget waktu Mas Radhit mau ke sini."

"Isla. Aku mau ngajak kamu serius."

"Hah? Gi-gimana Mas?"

"Aku mau kamu mempertimbangkan aku sebagai calon suami. Aku mau nikah sama kamu."

Saat itu juga rasanya aku seperti membeku. Aku belum pernah berpacaran barang sekalipun. Dapat pernyataan cinta pun belum pernah. Tapi hari ini tiba-tiba seseorang kakak tingkat mengajakku untuk menikah.

"Orang tua kamu ada?" tanyanya.

"Enggak ada Mas. Lagi pergi." Aku menjawab dengan suara terbata-bata karena masih shock.

Aku memang mau menikah secepatnya karena alasan yang dua minggu yang lalu sempat aku ceritakan pada Mas Radhit. Tapi aku benar-benar tidak menduga bahwa Mas Radhit sendirilah yang ingin menikah denganku.

"Isla, kalau kamu mau menikah sama aku, nanti aku akan langsung ketemu orangtuamu."

Kenapa dia lancar sekali?

"Mas Radhit, kita enggak kenal deket. Lagian kenapa Mas bisa-bisanya kemari? Kita baru ketemu dua minggu yang lalu."

"Aku kenal kamu sejak kuliah."

"Tapi kan kita enggak deket. Dulu di kampus aja kita jarang interaksi. Kenapa Mas yakin mau nikah sama aku? Aneh."

"Dua hari sebelum kita ketemu aku berpikiran untuk menikah. Usiaku 28 tahun, tapi aku masih belum menemukan seseorang yang tepat. Aku juga bertanya-tanya kapan kira-kira seseorang yang bisa menerima aku akan datang. Dan kemudian, dua hari kemudian, kita dipertemukan. Waktu di mobil awalnya aku cuma mau menyapa kamu, tapi aku enggak tau kenapa aku bisa menanyakan seputar status kamu. Dan saat kamu mulai cerita tentang pernikahan, entah kenapa aku merasa kalau kamu adalah jawaban dari pertanyaanku beberapa hari sebelum kita ketemu." Aku speechless sendiri. Mas Radhit menjelaskan panjang lebar dengan wajah kalemnya dan suara lembutnya.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang