38. Terungkap

78.6K 9.8K 489
                                    

Kandunganku memasuki minggu ke sembilan. Beberapa hari kebelakang keadaan rumah cukup damai, Mas Radhit tidak lagi membeli buku, masalahnya paling Mas Radhit yang sering keceplosan memanggil anak kami dengan panggilan...

"Iya Mop-"

"Sayang..." koreksinya setelah aku menatapnya tajam.

Dia sering seperti itu, kemungkinan memang di sengaja. Tapi kalau aku sudah kesal, biasanya aku akan melempar tiga boneka kelici yang ada di nakas dekat TV ke arah Mas Radhit.

"Nih Flopsy, Mopsy. Mas tidur sama mereka aja jangan sama aku. Jangan lupa dipeluk, disayang-sayang. Dikasih uang jajan juga jangan lupa."

"Isla..."

"Gausah manggil-manggil. Tuh urusin Flopsy Mopsy punya Mas aja."

Mas Radhit malah menjajarkan tiga boneka kelinci itu dengan si kelinci besar yang aku namai Radhit seolah memangku mereka di sampingnya.

"Mereka udah punya ayah kelinci."

"Terus?"

"Kalau ayah aku kan jauh. Di sini adanya kamu."

Aku berdecih pelan. Mas Radhit sepertinya mau menggombal tapi gagal.

"Nggak mempan Mas. Nggak mempan..."

"Ya... Besok aku beli lagi."

"Beli apa?" tanyaku dengan nada terkesan sedikit gengsi untuk bertanya.

"Beli boneka kelinci."

"Astaga Mas. Tiga masih kurang?"

Kambuh lagi sifatnya yang suka buang-buang uang itu.

"Satunya Mamanya."

"Ha?" aku bingung karena Mas Radhit menjelaskan secara tidak jelas.

"Kan ada Ayah kelinci, harus ada Mama kelinci juga."

"Mas..."

"Namanya nanti Isla."

"Mas Radhit!" seruku kembali mendekat dan mencubiti perutnya. Namun yang dilakukan Mas Radhit hanya terkekeh pelan karena sukses mengerjai aku.

Aku pikir malam itu bercanda, tapi besoknya dia benar-benar membawa boneka kelinci berukuran besar setipe seperti kelinci yang aku namai Radhit. Ketika menjajarkannya di nakas dekat TV, wajah Mas Radhit benar-benar terlihat menyebalkan. Dia tersenyum usil ke arahku.

Tatapannya seolah mengatakan, 'Lihat nih. Mama kelincinya udah dateng. Namanya Isla.'

"Mas ih!"

"Apa?"

"Beneran namanya Isla?"

"Iya."

"Idih. Bales dendam ceritanya?"

Mas Radhit hanya tersenyum sambil mendekat ke arahku lalu mencubiti pipiku pelan. Padahal sebenarnya wajahku sedang menunjukkan raut tak suka.

Dan ya... Begitulah akhirnya keluarga kelinci Radhit lengkap. Keluarga kelinci itu punya ayah dan ibu, dan dua anak. Kenapa ini seperti lelucon?

***

Di minggu kesembilan kebetulan aku ada periksa rutin kehamilan. Setelah menjemputku, aku dan Mas Radhit bergegas menuju dokter kandunganku. Aku selalu nervous setiap kali ke dokter kandungan, berbeda dengan Mas Radhit yang terlihat santai.

Banyak orang bilang kalau usia kandungan di trimester pertama itu rawan. Makanya harus berhati-hati. Karena itu juga, dua kali periksa kandungan tanganku selalu berkeringat. Aku takut kalau ada sesuatu yang tidak baik terjadi.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang