76. Nggak Mau Di Tinggal

38.5K 6K 380
                                    

Namanya bukan Harindra Radhitya kalau nggak dia nggak buang-buang uang.

Pantas saja seminggu ini Mas Radhit terlihat kalem tidak berulah. Ternyata dia sedang menyiapkan kejutan untukku toh...

Sehabis dari rumah orangtuaku kemarin, Mas Radhit tiba-tiba ikutan minta maaf. Ternyata minta maafnya karena habis beli mobil baru.

Aku hanya tersenyum kesal, berusaha untuk sabar.

Sabar Isla. Maklum aja seminggu nggak berulah.

Sore ini akhirnya aku bertemu dengan mobil baru Mas Radhit yang baru saja diantar.

Sebuah Aston Martin warna putih tiba di depan rumahku. Aku hanya bisa berdecak pelan melihat kedatangan penghuni baru garasi rumah kami itu.

"Cie mobil baru... Nggak disetrap Mbak Isla nih?" goda Jaerend yang mendekat dengan sepedanya.

Mas Radhit dengan bangga tersenyum dan menggelengkan kepala dengan bangga. Wah... Seneng kamu ya, Mas? Padahal aku diem-diem dongkol dengan kelakuan impulsive-mu yang nggak ada habisnya itu.

Aku menghela napas panjang. Aku butuh segelas air dingin.

"Mbak Isla, gimana Mbak? Masih kuat jadi istri Mas Radhit? Lambaikan tangan kalau nggak kuat. Nanti Wildan siap menerima janda kok."

Jaerend langsung mendapat tendangan dari Mas Radhit yang membuat pemuda yang akan menikah dua bulan lagi itu mengaduh dan hampir terjatuh bersama sepedanya. Untung kakinya panjang.

"Kuat kok, Je. Lebih baik hidup bergelimang keborosan suami daripada jatuh miskin," jawabku sekenanya.

Mas Radhit menoleh kearahku dengan tatapan mirip emoji memohon ((this: 🥺))

Aku membuang muka malas. Kumat lagi, sesi memohon dan melakukan penjelasan 1001 dimulai.

"Btw ini berapa, Mas? Kayaknya lima lebih ya? Temen gue beli persis begini delapan ember. Punya lo berapa, Mas?" Jaerend turun dari sepedanya dan berjalan mendekat ke Aston Martin baru Mas Radhit.

"Jawab tuh. Berapa, Maaas??" tanyaku dengan nada dipanjang-panjangkan.

Bukannya menjawab Mas Radhit malah memukul pantat Jaerend dengan keras. Ngode biar nggak tanya harga di depan istri maksudnya.

"Oh... Nggak dapat izin toh ternyata?" goda Jaerend lagi. "Suruh tidur di mobil aja, Mbak. Apa gunanya punya suami tapi suka bikin istrinya kesel. Mungkin ini saatnya Mas Radhit ditukar tambah dengan mobil baru juga, Mbak."

"Biarin aja, Je. Udah seminggu nggak berulah."

Kemudian aku melanjutkan, "Besok jangan lupa datang ya, Je?"

"Apa, Mbak? Mau selametan mobil baru nih? Iya?" Jaerend ikut bertanya dengan nada kompor.

"Aku mau bikin pesta nikahan Mas Radhit sama mobil barunya," jawabku yang langsung dipelototi Mas Radhit.

Jaerend tertawa. "Hayo loh, Mas. Disuruh nikah sama mobil nggak tuh? Siap-siap bikin anak sama lubang ben-"

Plak

Suara pukulan keras berhasil mendarat di lengan Jaerend, sampai lelaki yang lebih tinggi dari Maa Radhit ini mengaduh sambil tertawa.

"Bener kok, Je. Nanti mereka punya anak yang banyak terus bisa bisnis mobil Mewah. Mommy Aston Martin and Papa Radhit, kemudian hidup bahagia di dealer mobil."

Mas Radhit kembali menatapku dengan jurus memohonnya.

Cih! Ngomong tuh sama mobil baru.

"Jaerend udah makan belum? Mau aku masakin ban goreng krispi nggak?"

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang