52. Ada-ada Saja Ya Memang Ada Saja

70.6K 9.5K 1.5K
                                    

"Hah?"

Alisku bertaut seketika saat mendapati pemandangan di depan rumahku.

Apa-apaan ini?

Ini apalagi?

Langkahku tertahan di depan kediaman Refa. Tadinya aku bertamu karena mendapat kabar kalau Refa sudah pulang. Selama ini aku tidak tahu dia ke mana, yang jelas Refa menghilang. Awalnya Refa saja, namun sebulan kemudian suaminya ikut tidak menempati rumah yang ada di samping rumahku itu.

Hari ini aku kembali bertemu setelah 5 bulan tidak bertemu dengan Refa. Aku dibuat kaget karena ternyata refa juga sedang hamil. Kabar lain adalah minggu depan Refa akan menggelar acara baby shower.

Wah jadi nanti anak kami hanya terpaut 2 bulan saja. Sekarang kandunganku memasuki usia 5 bulan.

"Oh my goodness..." gumam Refa yang ikut keluar dari rumahnya.

Mas Radhit kelihatan panik di depan rumah. Sementara mataku menyipit dan rahangku sedikit mengeras.

"Isla..." panggilnya kaget.

"Ya ampun mobil baru ya? Mana dua lagi. Keren banget ya... Mau buka dealer kayaknya nih." Tipikal Refa, bukannya mendinginkan suasana, dia malah menyiram bensin.

Aku melayangkan tatapan tidak suka pada Refa. Namun ibu hamil yang satu itu tidak peduli dan malah cekikikan.

"Santai Isla. Jangan stres. Belakangan Mas Jano kasusnya agak longgar, kalau mau nanti gue bilangin. Fee-nya bersahabat kok buat teman," lanjut Refa yang semakin ngelantur.

"Refa, gue balik dulu ya," pamitku datar kemudian melangkah dengan cepat menuju Mas Radhit yang masih berdiri di depan dua mobil sport yang ada di depan rumah kami.

Begitu jarakku dan Mas Radhit tak jauh, Mas Radhit langsung menarik tanganku.

"Bukan mobil aku kok... Kamu salah paham." Mas Radhit mencoba memberi pengertian.

Aku yang tadinya ingin memarahinya jadi bungkam.

"Yang kuning punya Brin. Yang merah punya Darwin," lanjutnya.

Sepertinya Mas Radhit tidak berbohong.

"Orangnya?"

"Di dalem."

Aku mengangguk. Mataku kemudian tertarik pada paper bag yang ada di tangan Mas Radhit.

"Mereka minta diambilin ini di mobil." Tanpa diminta Mas Radhit kembali menjelaskan.

"Hmmm. Ya udah sana masuk. Aku kira kamu mau aneh-aneh lagi."

"Kan udah janji, apa-apa bilang sama kamu."

Semenjak marahnya aku sampai menangis, dan membuat Mas Radhit meminta maaf dengan air mata. Mas Radhit memang menjadi lebih terbuka. Dia akan menjelaskan padaku hari ini dia ke mana, mengurus apa, bersama siapa.

Untuk kebiasaan yang suka membeli sesuatu diluar nalarku, kebetulan belum terlihat kembali. Entahlah apakah Mas Radhit pensiun dari kebiasaannya itu, atau mau menunggu moment yang tepat.

Opsi kedua lebih masuk akal buatku.

Oh iya tapi Mas Radhit tetap ngotot akan satu hal. Katanya kalau hadiah untuk aku, Mas Radhit tidak mau dilarang. Alasannya tentu saja, "Kan kejutan."

"Tapi, Isla..." Kalimat Mas Radhit menggantung.

Mungkin ini yang kalian tunggu-tunggu.

Kejutan...

"Ada apa Mas?"

Mas Radhit terlihat ragu.

"Mas?"

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang