62. Short Escape

58.6K 10.2K 1.3K
                                    

Sudah 4 hari Isla terus berada di rumah. Story Instagramnya yang kemarin selalu ada update-am terbaru, atau pesan singkatnya yang selalu dia kirim setiap kali sedang berkatifitas dengan geng ibu hamilnya kini menghilang. Kalau ditanya kenapa, jawabnya hanya lelah dan ingin di rumah.

Memang betul dari Senin sampai Kamis, Isla, gue, dan kedua Mama kita sedang sibuk bolak-balik ke EO. Sebenarnya gue selalu membuat janji setelah makan siang, jadi paginya Isla bisa pergi bersama teman-temannya untuk yoga atau mengikuti kelas keahlian yang sedang mereka ikuti.

Pergi ke EO pun tidak pernah lama. Paling lama 20 menit, kemudian langsung pulang. Jadi sudah ketahuan, lelahnya Isla itu kemungkinan karena Mamanya yang diam-diam mengatakan sesuatu.

Isla juga menjadi lebih kalem ketika bertemu dengan Mama gue. Biasanya Isla selalu ceriwis dan mengumbar senyum lebar. Isla yang terlihat seperti menahan diri, rasanya seperti bukan Isla. Bahkan Mama gue sempat bertanya, ada apa dengan Isla.

"Kamu marahan sama Isla?"

"Enggak."

"Terus Isla kamu apain Dhit? Nggak kayak biasanya. Capek ya dia? Besok kalau Isla capek nggak usah disuruh ikut pergi-pergi."

"Iya."

"Awas ya kamu berulah dan bikin istrimu capek. Daripada khawatirin kamu, Mama itu lebih khawatir sama istrimu Dhit. Gimana kalau Isla capek karena diemnya kamu? Mama nggak pernah minta kamu buat jadi cerewet, tapi kali ini Mama boleh minta kamu lebih banyak tanya ke Isla?"

"Iya."

"Mama nggak mau kalau rumah tangga kamu kenapa-napa. Kamu itu cari istri susah Dhit. Inget banget waktu pertama kamu bilang mau nikah, Mama nangis beneran itu. Bersyukur Mama, lihat kamu sama Isla. Terus sekarang lihat badan kamu yang agak berisi, pasti Isla ngerawat kamu dengan baik. Istri kamu udah baik begitu, pokoknya kamu harus jagain dia. Jangan dibikin sedih."

Panjang sekali Mama berbicara. Padahal penyebab Isla jadi kalem bukan karena gue.

"Iya," jawab gue singkat.

***

Setelah makan siang, gue tidak lagi kembali ke kantor. Nanti sore ada jadwal check up kandungan. Setelahnya gue berencana mengajak Isla berlibur ke villa yang ada di puncak.

Bukan villa gue.

Gue belum punya rencana memiliki villa. Meskipun bisa disewakan, tapi untuk saat ini gue masih belum mau.

Villa yang nanti gue tempati itu milik Brin. Kemarin gue sudah meminta Brin untuk menyiapkan villanya yang sepertinya belum pernah di jamah si pemilik. Brin itu sebenarnya 11-12 dengan gue. Kalau beli ya beli saja. Terpakai atau tidak urusan belakangan.

"Nanti sekalian bawa baju ganti ya?"

"Mau ke mana Mas?" tanyanya yang masih duduk di meja makan.

"Ke puncak."

"Sama aku juga?"

Gue mengangguk sambil menutup dishwasher.

"Dalam rangka apa?" tanyanya lagi.

"Short escape."

Isla terlihat bingung.

"Biar nggak di rumah terus. Cari suasana baru," lanjut gue.

Dan yang paling penting adalah membuat Isla senang.

Kemudian Isla tersenyum lembut. "Iya. Terserah Mas Radhit deh."

"Mas Radhit nggak balik ke kantor?" tanyanya kemudian yang gue jawab dengan gelengan.

"Nggak dicari?"

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang