Minggu ini Cia dan Cio mulai masuk pre school. Sebetulnya sebelum masuk usia tiga tahun mereka pernah didaftarkan kegiatan kelompok belajar untuk seusia mereka. Hanya saja masalahnya adalah Cia dan Cio terlalu menganggu anak lainnya.
"Ingat pesan Mama tidak?" kataku sebelum dua anakku masuk ke dalam mobil.
"Mama pesan apa?" tanya Cia.
Aku tersenyum kecil. "Baik-baik sama teman. Terus apa lagi?"
"Gantian main-main," sambung Cio.
"Iya. Mainan di sana bukan punya Cia sama Cio, jadi harus gantian ya? Tidak boleh rebutan karena bukan punya Cia sama Cio. Apalagi?"
"Tidak ganggu teman," jawab Cia.
"Pinter." Senyumku makin melebar.
"Nanti kalau ditanyain nama Mamanya Cia sama Cio jawabnya apa?"
"Mama Isla!" sahut si kembar bersamaan.
"Good. Kalau Ayah atau Papanya namanya siapa?"
"Om Darren," celetuk Cio yang membuatku tertawa.
"Kok Om Darren? Kamu anaknya siapa?"
"Yayah."
"Ayahnya siapa namanya?" tanyaku lagi.
"Mas Radhit," jawab Cio.
"Iya. Namanya Radhit ya. Ayah, papa, father, daddy itu sama. Namanya ayah Radhit. Bingung tidak?"
Cia dam Cio menggelengkan kepala.
"Papanya namanya siapa?"
"Yayah Radhit," jawab Cia.
"Aku mau Om Darren," sahut Cio.
Lagi-lagi aku dibuat tertawa. "Cio jadi anaknya Om Darren?"
Cio mengangguk.
Bahaya anak ini.
"Nanti yayahmu ngambek loh. Masa yayah diganti sama Om Darren. Yang puk-puk Cio sebelum tidur emangnya Om Darren?"
"Apa?" Mas Radhit yang keluar dari rumah bertanya.
Aku menggelengkan kepala. "Enggak. Bercanda aja." Kemudian Mas Radhit membukakan pintu mobil dan mulai mendudukan anaknya satu persatu dan mengunci kuncian seat belt carseat milik Cia dan Cio.
Hari ini sebetulnya Mas Radhit sudah berangkat dari jam setengah delapan tadi. Dan tiba-tiba mobilnya kembali ke rumah pukul sembilan pagi. Dia memaksakan diri untuk mengantar hari pertama sekolah Cia dan Cio.
Enaknya kerja jadi yang punya kantor ya...
"Semoga anak-anak bisa dibilangin sama gurunya. Dari kemarin aku deg-degan terus. Takut mereka disuruh pulang kayak beberapa bulan yang lalu."
Mas Radhit hanya tersenyum menanggapinya.
Tak lama mobil Mas Radhit tiba di sebuah gedung kecil yang bersebelahan dengan komplek sekolahan yang kebetulan berada dalam satu yayasan.
"Mama ada Riel! Riel!" teriak Cio yang melihat temannya sudah tiba duluan bersama papa dan mamanya.
Gabriel itu memang sudah diikutkan kegiatan belajar, bahkan punya bermacam-macam agenda belajar sejak toddler. Cia dan Cio can't relate.
Ikut kelompok belajar dipulangkan.
Ikut kelas musik toddler malah kamu jadi harus ganti kerusakan alat musiknya.
Ikut les bahasa malah terus-terusan, "TIDAK MAU!"
Yang mereka senangi hanya kegiatan les berenang dan ikut club olahraga private yang isinya hanya tiga orang, Cia, Cio, dan Gabriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundless Hubby
RomanceHarindra Radhitya adalah seorang pendiam yang hangat. Jika kalian berpikiran semua orang yang memiliki sifat pendiam itu dingin. Biar aku patahkan pemikiran kalian dengan seorang Harindra Radhitya. Seorang mantan Kakak tingkat yang naik tingkat menj...