23. Annoying

99.7K 12.1K 605
                                    

Entah sudah berapa kali aku memijat kepalaku. Sejak tadi pagi Mas Radhit, jadi semakin menyebalkan. Sepertinya Mas Radhit memang sengaja membuatku pusing.

Aku sengaja tidur lebih awal agar Mas Radhit tidak mengusikku lagi. Tapi baru pukul 10.00 malam, suaranya kembali membuatku terbangun.

"Isla."

Selain melihat tulisan namaku sepanjang hari melalui pesan singkat.  Aku juga mendengar Mas Radhit memanggil namaku entah sudah berapa kali dalam semalam. Mas Radhit hanya memanggil kemudian diam.

Iya, dia sengaja menggodaku karena tahu aku masih kesal dengan ulahnya saat di kantor tadi.

"Isla," ulangnya.

Aku bangun dari tidurku dengan gerakan kasar.

"Apa lagi Mas?" tanyaku kesal.

Kalau tadi sebelum tidur dia akan tersenyum jahil. Kali ini dia terlihat datar. Oke, sepertinya kali ini serius.

"Ya Mas Radhit? Ada yang bisa Isla bantu?"

"Laper."

Aku mengerjapkan mataku. Tumben? Padahal tadi sore dia sudah makan dengan porsi yang banyak dan hampir menghabiskan sekotak bolu yang menyisakan remahan topping berceceran DI ATAS TEMPAT TIDUR.

"Yaudah. Aku cek dapur dulu ada apa aja. Mas ikut ya?" ajakku dengan nada melunak

"Keluar aja."

"Restoran kesukaan Mas Radhit udah tutup semua Mas."

Setahuku Mas Radhit hanya sering mendatangi beberapa restoran mahal yang sekarang aku hafal namanya.

"Mau nasi goreng."

"Mau cari nasi goreng?"

"Iya."

"Mas bisa makan, makanan pinggir jalan?"

Mas Radhit malah tertawa. "Bisa Isla."

"Nanti sakit perut loh."

Dia menggelengkan kepala. "Ayo."

Karena baju tidur kami sudah panjang, jadi aku dan Mas Radhit langsung turun begitu saja tanpa memakai jaket atau penghangat lainnya.

Mobil Mas Radhit kemudian mulai membelah jalanan yang sepi. Sepertinya Mas Radhit sudah tahu akan membeli nasi goreng di mana, karena dia mengemudikan mobil ya dengan cepetan tinggi. Bukannya takut, aku malah menikmati berada di dalam tesla dengan kecepatan tinggi ini.

Jarang-jarang aku bisa menaiki mobil dengan kecepatan tinggi. Pagi macet, siang macet, sore macet. Jadi kapan lagi.

Tak lama kami tiba di sebuah gerobak yang berada di pinggiran jalan. Setelah turun Mas Radhit menggandengku mendekat.

"Pedes?"

"Mas aja. Aku masih kenyang."

Mas Radhit mengangguk kemudian memesan satu porsi di bungkus.

Kalian penasaran bagaimana cara pendiam seperti Mas Radhit memesan makanan di kaki lima?

Mas Radhit datang mendekat ke penjual yang tengah sibuk dengan wajan dan nasi gorengnya. Dia diam dan belum bersuara ketika si pedagang belum bertanya.

Ada-ada aja Mas-mas yang satu ini. Beruntung pedagangnya bertanya dengan sigap, kalau tidak? Mas Radhit mau nunggu sampai kapan coba?

Setelah antri, setengah jam kemudian kami kembali ke rumah dengan satu porsi nasi goreng (sedikit) pedas. Aku menemani Mas Radhit di meja makan sambil menuangkan air minum.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang