71. Sultan Boros Is Back!

52.1K 7.7K 873
                                    

"Isla?"

"Enggak ya enggak."

"Plis."

"Nggak... Coba klik beli nanti aku tidur di hotel aja."

"Bantal aja." Mas Radhit masih mencoba nego di sebelahku yang sedang menyandarkan diri di sofa ruang TV. Aku sedang menonton TV tapi pikiranku sudah tidak fokus ke acaranya.

Semuanya gara-gara Mas Radhit yang tiba-tiba datang dengan ponselnya dan menunjukkan beberapa barang yang ingin dia beli. Kali ini dia ingin membeli set mattress topper beserta bantal, dan selimut bulu angsa.

"Enam puluh juta," ujarku jengkel.

"Udah discount," imbuhnya yang buru-buru aku balas dengan cubitan ditangannya.

"Buat apa?!" tanyaku galak.

"Lihat ya Mas, barang apa aja yang akhirnya nggak kamu gunain setelah beli. Robot tukang sapu, sepeda puluhan juta, convertible car yang cuma dipakai sebulan sekali. Kamu itu suka banget buang-buang uang."

Biarlah Isla jadi istri paling pelit se-Citra Gading. Aku sama sekali tidak peduli. Mas Radhit perlu diajarkan bagaimana caranya berhemat!

Apa dia tidak ingat biaya babymoon kemarin tembus sembilan digit?

Menebak-nebak pengeluarannya saja membuatku takut.

"Yang ini dipakai."

"Kenapa harus yang merek itu. Perasaan bantal bulu angsa ada yang sejutaan."

"Mau set," jawab Mas Radhit santai.

"Kasur di kamar mau diapain?"

"Ditaruh di gudang," jawab Mas Radhit tanpa rasa bersalah.

"Ya udah beli, beli, beli. Tapi inget kataku yang sebelumnya. Aku nggak bakal mau tidur sama kamu," ancamku.

"Jangan."

Aku mendengus kesal, "Makanya nggak usah beli. Lagian itu mahal. Bisa nggak sih, Mas? Kamu beli sesuatu yang murah-murah gitu? Kayaknya aku belum pernah lihat kamu beli sesuatu yang murah kecuali permintaan aku."

Mas Radhit diam. Wajahnya datar, sehingga aku kesulitan mengetahui bagaimana perasannya saat ini. Namun ketika dia menarik satu sudut bibirnya ke bawah, barulah aku tahu kalau Mas Radhit sedang kesal.

"Mending kamu minta aku bikinin apa gitu. Tumben nggak minta makan aneh-aneh. Biasanya kalau lagi sakit kan kamu suka minta makanan yang random."

Hanya kemarin saja Mas Radhit minta croissant. Setelah itu Mas Radhit sama sekali tidak menyebutkan yang aneh-aneh kecuali. Bantal, selimut, dan mattress topper bulu angsa.

"Mas Radhit nggak mau request sesuatu?" Aku mencoba membujuknya agar dia tidak kecewa-kecewa amat. Namun yang aku dapat hanya geleng kepala.

Setelah kejadian sore itu. Semalaman Mas Radhit diam. Diam kali ini diam ngambek.

Meskipun Mas Radhit lebih banyak diam 24/7, tapi jelas sekali perbedaannya kalau dia sedang kesal.

***

Hari ini Mas Radhit tidak pergi bekerja. Katanya masih sakit.

Yang aku tahu dia sedikit demam. Ketika aku tanya dia merasakan apa lagi, Mas Radhit malah mengendikkan bahu. Dia masih marah.

Sebenarnya mudah saja membuat Mas Radhit untuk langsung menyerah. Tinggal aku ikutan marah dan diam, pasti Mas Radhit akan datang minta maaf.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang