74. Happy Shopping

45.4K 6.9K 391
                                    

Merubah kebiasaan orang itu nggak mudah. Temasuk mengubah sifat suami.

Satu bulan, dua bulan, dan berbulan-bulan. Aku mencoba untuk menghentikan hobby shoppingnya Mas Radhit.

Sampai-sampai sekarang ada aturan kalau Mas Radhit mau belanja, belanjanya harus memakai poselku, agar aku tetap bisa mengawasi dan mengintro gasi apa yang sedang dilakukan Mas Radhit.

Mas Radhit sekarang sudah mengenal aplikasi Shopping online yang berwarna oranye. Dan ya, aku melihat daftar belanjaannya sampai di checkout semua pun nggak bisa.

Kalau dulu suka belanja aneh dan cenderung nggak penting. Sekarang alasannya bukan alasan seperti dulu. Kalau sekarang alasannya adalah...

"Kan buat anak kita."

Kalau sudah begitu aku hanya bisa mengalah.

"Mas. Ada paket," kataku saat Mas Radhit membuka pintu.

Ekspresinya sedikit kaget, karena aku menungguinya di ruang tamu. Terlebih lagi ada banyak paket yang datang hari ini.

"Kamu mandi dulu aja. Nanti baru bukain paketnya yang terhormat bapak Harindra Radhitya."

Mas Radhit menurut.

Kali ini mandinya super dipercepat. Belum ada lima menit, Mas Radhit sudah keluar dengan rambut basahnya.

"Itu lho, rambut kamu masih basah banget, Mas." tanyaku yang kebetulan sudah selesai memindah semua paket Mas Radhit ke dalam kamar.

"Keringin," pintanya suara yang pelan.

"Haduh, bayi besar, Ayah lagi males banget nih. Semangatnya kalau mau shopping, Dek. Besok kalau keluar jangan ikutin Ayah Radhit ya. Soalnya Ayah Radhit suka belanja online," cibirku sambil mengambil hairdryer di laci dekat jendela.

Setelah rambut Mas Radhit kering, Mas Radhit langsung duduk bersila di lantai dan aku duduk di atas tempat tidur sambil memperhatikan Mas Radhit membuka paket miliknya.

Percayalah ini belum semua. Besok pasti ada banyak paket lagi yang datang.

Kembali ke Mas Radhit. Beberapa kali matanya mengeryit, sepertinya baju baby yang dia beli nggak sesuai di gambar.

Dengusan kecil juga sempat aku dengar.

Kini dia berdecak kesal sambil melihat baju bayi yang ada di didepannya.

Mas Radhit kemudian kembali membuka paket yang lain dengan tangan tidak sabaran. Decakannya dengan kembali terdengar.

Aku hanya menikmati ekspresinya di atas tempat tidur.

Berharap apa sih dengan baju bayi harga 30 ribuan yang foto di katalog terlebih terlihat gemas, tetapi aslinya zonk?

Sekarang aku membiarkan Mas Radhit membiarkan dia sesuka hatinya menggeser kasar baju-baju itu.

Kemarin dia menghabiskan dua juta untuk semua yang datang hari ini fan mungkin sisanya akan datang besok atau lusa.

Ada baju bayi, ada botol minum susu, ada pompa susu, pampers bayi. Semua yang ada kaitannya dengan bayi dia beli semua. Termasuk mainan yang digunakan bayi ketika giginya akan tumbuh.

Semuanya. Semuanya dia beli tanpa terkecuali.

Aku hanya bisa menahan tawa. Jujur aku memang mengerjai Mas Radhit. Mas Radhit itu seleranya nggak mungkin seperti baju 30 ribuan. Minimal yang sejutaan lah. Tapi kini cukup dengan dua juta, dia bisa mendapatkan apapun dari aplikasi oranye.

Aku ingin memberi pelajaran baginya kalau nggak semua orang mampu seperti Mas Radhit yang selalu membeli baju dengan harga selangit. Aku juga ingin memberinya pelajaran bahwa nggak semua orang bisa mengikuti apa yang dilakukan beli Mas Radhit sebelum mengenal aplikasi oranye.

"Jangan beli di aplikasi oren," katanya dengan wajah yang kecewa.

"Kadang seller emang gitu, Mas. Di foto bagus, tapi aslinya nggak mirip dan bajunya nggak nyaman," terang gue.

Setelah membuka semua paketnya ada beberapa baju yang disingkirkan Mas Radhit. Itu baju yang nggak sesuai dengan gambar.

"Kayaknya ada yang kecewa nih sama belajaannya,"  cibirku sambil menahan tawa. Wajah Mas Radhit menjadi masam.

"Nggak apa-apa Mas. Wajar kok foto nggak sesuai ekspektasi."

Tapi kan dia Harindra Radhitya yang kalau beli apa-apa harus yang mahal. Aplikasi oranye seperti membuat dia kapok dan berhenti belanja.

"Kenapa bahannya nggak halus? Padahal buat bayi?" tanyanya yang termasuk pertanyaan yang panjang untuk seorang Harindra Radhitya.

"Ya karena pasanya bukan buat kamu juga sih, Mas."

"Buang aja," katanya dengan enteng.

Aku langsung turun dari tempat tidur dan melipati baju-baju bayi yang berserakan itu.

Sabar Isla. Sebentar lagi lahiran dan kamu bisa marah-marah sepuasnya sama Mas Radhit.

Kalau lagi hamilkan pamali ya, kalau kebanyakan marah-marah. Jadi aku hanya tersenyum pada Mas Radhit yang wajahnya masam sekali.

"Besok aku suruh Pak Hasan ambil. Barang kali ada tetangga dia yang habis lahiran. Lumayan juga buat sedekah."

Tapi respon Mas Radhit, "Nggak usah." Dia berkata dengan wajah datarnya.

"Kenapa? Kan kamu nggak mau juga anak kita pakai ini."

"Kasih orang harus yang bagus."

Aku membuang napas panjang dan mencoba tidak marah-marah.

"Dari pada dibuang, Mas. Mending kita kasih ke orang."

"No." katanya sambil berdiri, kemudian dia langsung ke kasur dan merentangkan dirinya di sana.

"Masa iya di buang. Semua ini kemarin dua juta loh, Mas. Mana banyak banget."

"Dibakar aja," jawabnya lagi.

Astaga, Mas-mas yang satu ini memang bikin emosi ya Bun....

Aku memejamkan mata sejenak untuk mencari jawaban yang pas.

"Mas, nggak semua orang seberuntung kita loh. Diluar sana bahkan banyak yang beli susu bayi aja nggak mampu. Masa iya ini semua belanjaan kamu mau dibuang gitu aja. Meskipun kamu nggak suka, kan masih ada alternatif lain. Kita bisa sumbangin. Barangkali ada yang mau ambil. "

"Kasih orang harus yang baik. Itu baju bikin gatel."

Sok tahu!

Aku bingung harus menjawab apa lagi dengan kesabaran ekstra kemudian aku membalas lagi, "Besok aku suruh Pak Hasan ambil semua ini. Terserah mau di buang atau dikasihin ke tetangga. Kalau tetangganya nggak ada yang mau yaudah, di buang aja. Clear?"

"Hm," jawab Mas Radhit.

"Hm, doang?" aku tak terima.

"Iya, Isla," katanya dengan penekanan di akhir kata.

Ya sepertinya Mas Radhit masih dongkol dan kesal. Semoga juga kali ini bisa menjadi pelajaran buat Mas Radhit supaya nggak belanja terus.

Baju bayi di lemari sudah terlalu banyak, bahkan botol dot bayi juga sudah menumpuk.

Lama-lama Mas Radhit ini bisa bikin toko perlengkapan bayi saingannya baby mart.






***

Hai semua. Maaf lama banget. Buat yang ngikutin aku di ig pasti tau lah ya keadaan aku sekarang gimana. I lost the spark, and my mania rarely back to myself. So yaps, please be patient. I'll back again of course.

See yaaa!

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang