88. Gara-gara Comberan

15.6K 1.4K 124
                                    

"Radhit. Sisi itu kan di Jakarta lagi. Dia kursus bikin kue katanya. Bulikmu cerita, tadi dapur rumahnya hampir kebakaran gara-gara ovennya rusak. Gimana kalau dia tinggal di rumahmu aja? Dapur rumahmu kan ada dua. Terus alat masak juga bagus semua."

Radhit mendengarkan tanpa minat.

"Gimana, Ma?" tanya Isla yang tak sengaja mendengarkan, kebetulan mereka sedang berada di rumah mamanya Radhit.

"Sepupu Radhit, yang dulu kita kondangan ke Boyolali itu loh, La? Inget? Nah dapurnya baru kebakar. Mama ada saran gimana kalau sementara tinggal di rumahmu? Dia delapan bulan aja di sini."

Isla terdiam tidak berani menjawab karena pemilik rumah bukan dia, dan tentunya butuh izin Radhit.

"Kursusnya itu di Bliss Premiere. Kalau dari rumah mama jauhnya dua kali lipat. Kamu bantu sepupumu keberatan enggak, Dhit?"

"Pasti keberatan, Ma," batin Isla.

"Terserah Isla," jawab Radhit singkat.

"Aku? Beneran ini terserah aku?" Isla memastikan dan Radhit mengangguk.

"Ya kalau aku. Misal memang rumah Citra Gading lebih deket, enggak masalah juga sih, Mas, nolongin saudara sendiri juga."

"Kalau boleh, mama telpon bulikmu ya, Dhit? Tapi tambahan info, dia sama satu temennya. Jadi ada dua orang. Gimana?"

"Terserah Isla."

Isla berdecak dan mencubit paha Radhit pelan karena gemas. "Iya. Nggak apa-apa. Delapan bulan juga nggak lama. Selain masih ada kamar, Cia sama Cio pasti seneng kalau di rumah ada penghuni baru."

***

Isla menyambut dua penghuni rumahnya. Meskipun sebetulnya Isla belum pernah mengenal dekat sepupu Radhit, tapi dia dengan ramah menjamu kedatangan Sisi dan Siti.

Belum selesai mengenalkan sudut rumah, Cia dan Cio kembali membuat kehebohan. Kalau beberapa bulan yang lalu nyebur sungai, kali ini lebih parah.

"MAS RADHIT ANAKMU NYEBUR COMBERAN!"

Bau khas comberan menguar kuat. Satpam komplek kepayahan membawa Cia dan Cio yang sedang menangis.

Isla segera meminta maaf kepada Sisi dan Sisi atas kegaduhan yang mereka lihat dan sempat memberitahu kalau kegaduhan ini adalah pembuka dari segala ributan di rumah yang tidak pernah tenang ini.

"Makasih ya, Pak. Maaf baju bapak jadi kotor. Nanti bapak tunggu di pos satpam ya, Mas Radhit bakal kasih baju ganti," ujar Isla kepada satpam yang membantu Sus membawa Cia dan Cio pulang.

Isla buru-buru mengepel lantai karena tetesan air comberan yang bau. Di luar Sus sedang membersihkan Cia dan Cio sekaligus memandikan dua anak itu di keran depan rumah. Mandi di depan rumah menggunakan selang adalah kesukaan Cia dan Cio. Bathtub di kamar mandi mereka kalah dengan selang air lima puluh ribuan.

"Ceritanya gimana Sus?" Isla yang sudah selesai menyepel segera menyusul.

"Tadi berantem. Terus Cio jorokin Cia ke comberan deket taman itu, Buk. Kebetulan comberannya baru dibersihin, tutupnya itu pada dibukain belum ditutup lagi. Cia narik kaki Cio. Tangisan itu berdua di comberan."

"Itu pipimu sakit enggak, Sayang?" Isla memeriksa bibir Cia yang nampak berdarah. "Cio ada yang sakit nggak?"

Cio menunjukkan lengannya yang lecet. Isla meringus seakan merasakan sakit dari luka yang ada di pipi Cia dan lengan Cio.

"Nyebur comberan mana?" Radhit bertanya dengan nada khawatir dan wajah ketusnya tiba-tiba muncul. Radhit telat datang karena sehabis menjemput saudaranya dia mandi di kamar atas.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang