42. Di Cuekin Radhit

70.7K 8.1K 191
                                    

Hari ini hari Sabtu. Tadi pagi aku muntah hebat hingga lemas. Sampai sekarang aku masih terkulai lemas. Mas Radhit nampak tidak ada di sampingku sejak beberapa jam yang lalu, setelah membuatkan jahe panas untukku, dan menungguku sarapan. Mas Radhit tidak muncul kembali ke dalam kamar. Terakhir dia hanya bilang supaya aku beristirahat.

Jam menunjukkan pukul satu siang. Perutku belum lapar, tapi aku beranjak dari kamar untuk mencari Mas Radhit. Aku mendapati Mas Radhit yang belum mandi, masih menggunakan piyamanya duduk tenang sambil memegangi konsol game.

Dari pagi main game?

Meskipun terlihat tenang dan santai, nampaknya Mas Radhit sangat fokus. Derap, langkah kakiku yang berjalan mendekat saja seolah tidak terdengar. Sampai aku berdiri di dekatnya, Mas Radhit masih menatap layar di depannya itu. Ingin sekali aku mencabut kabel TV agar Mas Radhit berhenti. Untung aku tidak sampai hati.

"Mas?" panggilku.

Mas Radhit sedikit berjengit, dia kaget karena tiba-tiba aku sudah berdiri di dekatnya. Dia hanya menatapku dengan tanda tanya, tanpa bertanya apapun.

"Udah siang," kataku padanya yang hanya diangguki.

Aku duduk di sebelah Mas Radhit untuk menunggu dia bertanya balik. Kira-kira tiga detik kemudian Mas Radhit baru bersuara.

"Mau keluar?"

Dengan cepat aku menggeleng. "Nggak. Panas."

"Kamu mau apa?" tanyanya lagi

"Apa aja," jawabku singkat.

"Bentar ya. Aku pesen dulu."

Setelahnya kami kembali diam. Karena badanku sedang tidak enak, aku jadi tidak mood untuk banyak bicara. Herannya, Mas Radhit ini sebenarnya tahu tidak sih, kalau aku diam karena badanku tidak enak? Mas Radhit diam tidak bertanya apapun lagi tentang aku. Aku menjadi kesal tiba-tiba.

Aku kembali ke kamar lagi setelah makan siang, dan Mas Radhit tidak nampak mengikutiku. Aku membiarkannya saja di bawah sana, dan kini aku duduk di tempat tidur sambil memeluk guling. Aku melihat bayanganku dari pantulan kaca meja rias yang ada di samping tempat tidur. Wajahku terlihat muram. Masa iya Mas Radhit nggak sadar kalau aku lagi nggak baik-baik aja?

Perasan kesalku datang lagi. Aku mencoba membunuh rasa kesalku dengan membaca buku-buku yang dibeli Mas Radhit. Di dalam kamar ini Mas Radhit membeli rak minimalis berwarna putih, untuk tempat buku-buku kehamilan, parenting, dan dongeng anak, yang dia beli. Kelihatannya Mas Radhit sudah selesai membaca semua buku ini, karena hampir setiap hari dia membaca buku, dan kalau kalian ingat aku pernah bercerita kalau Mas Radhit juga memasukkan buku yang dia baca ke tas kerjanya, untuk dia baca di kantor.

Soal urusan belajar Mas Radhit ini memang juara. Semoga saja, nanti anak kami suka dan rajin membaca seperti Mas Radhit.

Baru beberapa lembar aku membaca, rasanya seperti setahun. Akhirnya aku menutup buku yang ada di depanku dan menaruhnya kembali ke rak. Aku kembali merasakan badanku yang benar-benar tak nyaman. Seperti sakit, tapi tidak sakit, yang jelas aku sedikit lemas meskipun sudah mengisi perut.

Mencoba mencari kesibukan lain di dalam kamar. Akhirnya aku menyerah dan tidur terlentang, dengan TV yang menyala sebagai teman hingga aku terlalut tidur.

Aku kembali terbangun ketika jam menunjukkan pukul 06.00 sore. Lampu kamar masih gelap, itu tandanya Mas Radhit tidak ada di sini, atau mungkin dia belum naik sejak tadi.

Sungguh aku kesal sekali dengan perkiraanku saat ini.

Aku membuka pintu kamar dan...

Rumah masih gelap!

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang