50. Marahan Lagi

73.2K 9.8K 537
                                    

Hari ini sepulang bekerja, aku mengajak Mas Radhit pergi ke daerah yang penuhi oleh aneka street food. Seperti biasa, Mas Radhit akan menurutiku.

Matahari sudah tenggelam, dan pencahayaan dari lampu masing-masing penjaja makanan mendominasi tempat ini. Biasanya makin malam, maka semakin ramai.

Mas Radhit tidak berkomentar apapun, dia juga tidak kelihatan berminat untuk membeli sesuatu. Aku maklum, Mas Radhit kan jarang makan makanan pinggir jalan.

Di hari biasa saat aku hamil, Mas Radhit sedikit strict soal makanan. Kalau aku ingin sesuatu, maka dia akan memastikan kalau makanan yang aku makan itu benar-benar sehat. Namun kali ini entah kenapa dia membiarkanku.

Apa Mas Radhit marah?

Tidak. Aku tahu sekali marahnya Mas Radhit itu bisa langsung tergambar jelas di wajahnya. Meskipun marah tidak marah dia diam, tapi vibes-nya akan sangat berbeda.

Kami menutup acara jalan-jalan kami dengan berhenti di salah satu restoran tengah kota. Karena dari tadi Mas Radhit tidak mau makan apa-apa, jadi tanpa diminta aku mengatakan padanya aku ingin makan di restoran pilihan Mas Radhit.

Kan kasihan, Mas Radhit udah nemani jalan ke sana ke mari, tapi belum mengisi perut.

"Isla," panggil Mas Radhit ketika kami selesai makan malam. Tangannya menggandeng tanganku berjalan ke arah kursi yang berada di depan restoran.

"Aku mau ngomong serius."

Apalagi?

"Bentar, bentar. Aku nyiapin mental dulu Mas," kataku sambil mengusap dada, lalu mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan.

"Oke. Aku siap."

Mas Radhit tidak tertawa, tidak tersenyum. Oke, bearti ini serius.

"Astaga. Sebentar. Aku jadi takut sendiri ini!" seruku kemudian.

Siap nggak siap harus siap Isla!

"Aku berhenti kerja."

Reaksiku?

Aku membeku.

Bukannya dia yang menyuruhku untuk resign? Lalu kenapa Mas Radhit jadi...

"Gimana?" tanyaku.

"Aku resign."

Mulutku menganga tidak percaya.

"Kenapa? Mas nggak ngelakuin hal-hal yang aneh kan?" tanyaku sehalus mungkin, takut menyinggungnya.

"Contohnya?" tanyanya balik.

"Korupsi? Bawa lari uang perusahaan?"

Kemarin dia baru saja membelikan aku mobil. Aku tidak tahu berapa harga pastinya karena hampir di semua artikel yang aku temukan tidak  mencantumkan harga. Tapi ada satu artikel yang memperkirakan harga satu Bentley EXP 12 Speed 6e Concept itu $1.9 million.

Aku ingin pingsan. Gila. Sejenak aku menghitung jumlah 0 yang ada di layar handphoneku agar tidak salah. Tapi... Itu mahal.

"Mas... Aku mikirnya udah yang enggak-enggak," kataku khawatir.

Mas Radhit masih diam menungguku dalam kepanikanku memikirkan apa yang terjadi yang sebenernya.

"Isla," panggilnya akhirnya.

"Kamu kok mikir jelek?"

"Ya gimana nggak mikir jelek. Aku tau yaa mobil itu harganya lebih dari 20 M!"

"Dengerin dulu," pintanya.

Aku akhirnya menghentikan ocehanku.

"Aku bosen disuruh."

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang