48. Happy Birthday Radhit

66K 9.2K 710
                                    

Dari seminggu yang lalu aku bingung mengenai hadiah apa yang akan aku berikan kepada Mas Radhit. Mas Radhit kan kaya, dia bisa membeli apapun yang dia mau sendiri. Aku sempat berpikir untuk memberikan sepatu atau baju dari brand yang biasa dipakai Mas Radhit.

Niatku batal. Setelah aku check brand yang dia pakai sehari-hari, ternyata Mas Radhit tidak spesifik menyukai salah satu brand. Kemungkinan Mas Radhit itu suka membeli sesuatu yang sedang trend atau menyita perhatiannya. Kalau aku paksakan, takutnya malah tidak cocok. Kan sayang, beli mahal-mahal dan hanya dibiarkan di dalam almari.

Setelah bertapa berhari-hari, akhirnya aku mendapat ide. Mas Radhit pasti akan menyukainya!

Dan hari ulang tahun Mas Radhitpun datang. Rencanaku, hadiah itu akan aku berikan nanti malam sewaktu kami makan malam. Aku berjanji pada Mas Radhit kalau aku akan memasak braised beef kesukaan Mas Radhit malam ini.

"Mas Radhit! Happy birthday!" ujarku saat melihat Mas Radhit bangun dari tidurnya.

Aku menunggu selama setengah jam untuk mengucapkan selamat ulang tahun dengan lantang. Begitu dia terduduk, aku langsung berhambur ke arahnya untuk memberikan pelukan hangat.

"Selamat ulang tahun!" ulangku lagi sambil mengurai jarak.

Mas Radhit mengangguk sambil tersenyum, dengan mata sipitnya yang masih mencoba untuk dibuka lebih lebar.

"Hadiahnya nanti malem ya? Nanti kita makan di rumah aja, aku yang masak. Aku nanti mau masak makanan kesukaan Mas Radhit!" Aku begitu menggebu-gebu.

Sebelumnya aku belum pernah memberi hadiah kepada laki-laki yang aku sayang, kecuali Ayah. Dulu, meksipun aku suka memberi hadiah kepada teman dan kakak tingkat, namun aku tidak pernah memberi hadiah kepada laki-laki. Aku tahu diri, terkadang hadiah yang diberikan lawan jenis itu rawan diartikan sebagai maksud yang lain.

"Iya." Akhirnya Mas Radhit menjawab.

"Okay! Sekarang kita siap-siap berangkat kerja dulu!" Aku masih berkata dengan penuh semangat.

Mas Radhit tidak kunjung melangkah ke kamar mandi atau sekedar merubah posisi. Yang dia lakukan adalah menyunggingkan senyum sambil menatapku dalam diam.

"Ayo? Nggak mau siap-siap? Aku udah mandi kok."

Dia masih terdiam. Kalau sudah begini jurus telepati harus aku gunakan.

"Oh? Cium ya?" tanyaku yang membuatnya terkekeh pelan, kemudian menggelengkan kepala. "Terus apa?" Kali ini aku clueless.

"Kamu seneng banget."

Aku tersenyum lebar. "Iyaaa! Kan Mas Radhit ultah. Aku udah siapin hadiah, terus ak-"

"BELUM SELESAI!" seruku ketika Mas Radhit mengecup bibirku kilat dan kelihatan menahan tawa.

"Nggak jadi ngomong, deh. NGGAK JADI!"

Dia makin girang.

"Kok ketawa!"

"Lucu," jawabnya singkat.

"Padahal nggak lucu. Kamu tuh Mas, sukanya cium-cium motong aku ngomong. Kebiasaan banget!"

"Gemes Isla."

"Kan nggak harus dicium!" Aku memukul lengannya pelan.

"Iya."

"Iya, iya! Besok di ulang lagi! Tau aku!"

"Iya."

"Bilang iya lagi aku guyur air keran ya?"

Mas Radhit tertawa sambil mendekat padaku dan memelukku erat sekali. "Kamu lucu banget," ujarnya sambil menciumi rambutku.

*

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang