69. Babymoon 🌙 (2)

53.2K 7.5K 431
                                    

Hal yang pertama aku temukan pertama saat aku bangun dari tidurku adalah Mas Radhit yang menatapku dengan tenang. Tangannya yang tadinya berada di lenganku -saat perutku mulai membesar, aku lebih suka ketika Mas Radhit memelukku dibagian lengan karena kalau dia melingkarkan tangannya di pinggang aku sering merasa gerah- bergerak mengusap mataku dan membersihkan kotoran yang tertinggal di sana. Kelihatan jorok, tapi dia suka melakukannya.

Senyumnya kemudian mengembang lebar. Aku buru-buru menyentuh dahinya untuk memeriksa apakah masih panas atau tidak. Ternyata suhunya normal.

"Masih sakit?" tanyaku dengan suara serak dan bangun dari tidurku.

Mas Radhit ikut bangun dari posisi tidurnya kemudian menggeleng padaku masih dengan senyumnya.

"Beneran?"

"Iya," jawabnya. Kali ini dia tersenyum hingga giginya terlihat.

Senyumnya menular. Aku jadi ikut tersenyum kemudian terkekeh pelan.

"Mood-nya bagus banget ya?" tanyaku.

Sekarang Mas Radhit malah terkekeh kemudian memelukku dari samping. Mas Radhit kelihatan bahagia sekali. Dia baru saja mendapat undian milyaran rupiah atau bagaimana?

Aku hanya tersenyum sambil merasakan hangatnya pelukan Mas Radhit. Mas Radhit juga menggerak-gerakan tubuh kami ke kanan dan ke kiri. Fix! Dia sedang senang sekali.

"Senengnya dibagi-bagi dong? Habis dapet apa, Mas?" tanyaku penasaran sambil mengusap lengannya yang memelukku.

"Aku mimpi," jawabnya tenang.

"Mimpi apa?"

Mas Radhit melepas pelukannya dan menatapku dalam. Jangan lupakan, senyumannya belum luntur juga.

"Mimpi ke taman bermain."

"Sama siapa?"

"Berempat sama anak kita."

Ya Tuhan...

Aku kemudian tertawa pelan dan siap mengulik lebih dalam tentang mimpinya.

"Seneng ya Mas? Di sana ngapain aja?"

Mas Radhit tidak tahan untuk tidak tersenyum dan tertawa pelan. Tanpa sadar aku tersenyum lebar dan menanti jawabannya dengan perasaan yang excited.

"Anak kita aktif banget. Lari-larian sampai kamu capek," ceritanya singkat yang diakhir kalimat dia kembali tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan giginya yang rapi itu.

"Iya? Wah... mereka pasti kelihatan seneng ya, Mas?"

Mas Radhit mengangguk. "Hem... senang sekali."

Saking senangnya, bahagianya jadi menular ke Mas Radhit hingga dia bangun dari tidurnya.

Aku mengusap perutku kemudian mengajak anakku bicara, "Wah... kemarin malam ketemu Ayah ya? Ayah nggak jadi sakit tuh. Ajaib banget anak Mama..."

Tanpa aba-aba Mas Radhit kembali memelukku dari samping hingga kami terhuyung dan jatuh ke tempat tidur. Tawa pelan Mas Radhit terdengar jelas di telingaku.

Kami tertawa pelan bersama. Rasanya memang senang sekali. Padahal kami hanya membahas soal mimpi Mas Radhit.

"Kayaknya anak kita seneng ada di sini, Mas. Makanya nggak mau kamu sakit."

"Hmmm," respon Mas Radhit sambil mengusap perutku. Kemudian Mas Radhit kembali duduk dan mencium perutku dan berkata, "Sehat-sehat terus sama Mama. Ayah nunggu kalian di sini," ucapnya tepat di depan perutku yang malah membuat aku terharu.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang