21. Permohonan

95.5K 12.2K 473
                                    


Aku duduk di ruang tamu rumah bersama Mas Radhit. Ada dua cangkir teh yang sekarang sudah dingin. Kita tidak melakukan apapun selain membuka katalog furniture. Tadi sore Mas Radhit berkata dia mau mengubah tampilan dapur.

Akhirnya, Mas Radhit mengajakku berdiskusi. Setelah dua hari yang lalu aku sempat protes.

Eh. Tapi apa ini disebut diskusi?

Karena dari tadi aku yang selalu bicara. Seperti ini contohnya,

"Mas warna item bagus! Eh tapi rumah kita bakalan aneh kakau tiba-tiba warna furniture dapur jadi item."

"Aku suka ini Mas. Warnanya matching."

"Mas Radhit mau yang kayak gimana?"

Dia diam.

"Putih oke juga. Tapi harus rajin bersihin."

"Mas ada pilihan yang mana gitu enggak?"

Dia menggeleng tanpa menoleh ke arahku.

"Mas gak cocok sama katalognya? Mau cari merk lain aja? Coba aku buka internet dulu ya."

"Atau custom aj-"

Dan selalu begini. Mas Radhit tiba-tiba menghadiahiku dengan ciuman singkat agar aku diam.

"KEB-"

Cup!

Dua kali.

Tanganku langsung bergerak mencubiti pinggangnya, dan Mas Radhit tertawa pelan kelihatan girang.

"Udah lah. Aku mau tidur aja."

"Jangan." Mas Radhit kembali menarik tanganku agar duduk.

"Makanya jangan asal cium-cium!"

Dia terkekeh. "Terserah kamu, kamu yang pilih."

"Kok terserah aku?"

Ketika aku duduk terdengar suara mobil di depan rumah.

"Siapa tuh Mas? Coba cek kayaknya di depan rumah kita deh."

Mas Radhit menurut, dia bergerak ke pintu utama rumah kami dan baru saja dibuka Mas Radhit langsung mengeluarkan ekspresi tak senang.

"Ngapain?"

Ternyata Mas Radhit bisa jadi ketus juga.

"Hehe. Gak gangguin lo sama istri kan Dhit?"

Ternyata itu Darwin, dan di belakangnya ada Brin. Mas Radhit membiarkan dua orang itu masuk.

"Aku buatin minum dulu ya Mas?" aku bertanya pada Mas Radhit.

"Jangan."

"Ampun Dhit. Jahat banget lo!" ujar Darwin.

"Kayaknya kita beneran ganggu deh Win."

"Enggak Brin. Kayaknya ada sesuatu yang kurang. Makanya Radhit jutek," kata Darwin.

"Apa?" tanya Brin.

"Kata nyokap gue kalau bertamu ke rumah orang itu harus bawa oleh-oleh," terang Brin.

"Kita kan habis clubbing. Masa iya kita bawain amer?"

Brin langsung dipukul oleh Darwin.

"Terus apa?! Di bawain cewek juga Radhit gak doyan!"

"Ada istrinya!" seru Darwin.

Temennya Mas Radhit gini amat ya?

"Sorry ya, ganggu malem-malem," kata Darwin.

Mas Radhit hanya mengangguk, tidak menanyakan kenapa dua orang itu datang di jam 09.00 malam. Apalagi mereka katanya habis clubbing, clubbing kok jam 09.00 malam udah pulang. Apa enggak kesorean nih?

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang