31. Isla Sakit

98.4K 11K 107
                                    

Hujan, panas, hujan, panas. Pergantian udara yang kadang terlalu mendadak selalu berhasil merobohkan imunku. Karenanya, aku selalu menjaga apa yang kumakan agar tidak mudah sakit.

Tapi akhir-akhir ini aku selalu diajak makan ice cream pada saat makan siang oleh temanku. Padahal cuaca sedang tidak baik untuk kesehatanku. Kebetulan salah satu teman kantorku ada yang hamil tua, aku sekarang lebih sering makan dengannya sekaligus untuk mengulik pengalaman kehamilannya.

Dan setiap makan siang dia selalu memberiku dua cone ice cream. Jadilah... Sekarang aku terserang flu.

Aku merasa badanku sedikit tidak enak sedari pagi, hidungku mulai gatal, badanku mulai panas. Sorenya aku pilek dan demamku masih lumayan tinggi.

"Mas mau makan apa?" tanyaku dari dapur sambil menuang air.

"Terserah."

"Aku juga terserah," balasku yang kemudian yang membuatnya mengalihkan fokusnya dari buku kehamilan yang tengah ia baca dengan serius.

Aku mendekat ke arah Mas Radhit kemudian duduk lemas sambil menyeka hidung dengan tissue.

"Kamu mau makan apa?" tanya Mas Radhit sambil menutup bukunya.

"Terserah Mas aja."

Biasanya kalau Mas Radhit menjawab terserah, maka aku akan memesankan makanan apa saja asal tidak terlalu pedas. Mas Radhit hampir tidak rewel soal makanan kecuali saat dia sakit.

"Sop ayam?"

"Iya. Apa aja," jawabku.

"Aku beli ke luar sekalian beli obat flu ya?"

"Gak usah Mas. Aku kan lagi hamil, gak boleh asal minum obat."

"Ke dokter aja?"

"Udah malem Mas. Keburu laper. Besok aja."

Mas Radhit mengangguk kemudian dia memilih memesan makanan lewat aplikasi. Untuk makan malam, aku dan Mas Radhit biasanya memilih untuk membeli. Aku baru memasak ketika pagi hari.

Setelah makan malam aku di suruh tidur oleh Mas Radhit. Tapi karena hidungku tersumbat, aku jadi kesulitan bernafas dan jadi sedikit kesal karena harus bolak-balik bangun untuk membersihkan hidung.

Mas Radhit masih terduduk di sampingku. Dia terlihat mengamati gerak-gerikku yang tidak nyaman.

"Susah nafas." Aku tanpa diminta menjelaskan keadaanku saat ini.

"Aku biasanya minum obat Isla. Dan sekarang kamu lagi hamil dan harus hati-hati sama obat."

"Iya. Gak apa-apa Mas. Maaf ya kalau nanti aku tidurnya gerak-gerak."

Mas Radhit mengangguk. Sedetik kemudian dia menyingkap selimut dan berjalan menuju sebuah meja di kamar ini.

"Kalau di hirupin minyak kayak gini bisa?" tanyanya sambil menunjukkan minyak aromatherapy roll on yang memiliki sensasi panas.

"Panas itu Mas. Kalau kena hidung jadi panas."

Mas Radhit kembali duduk di sampingku. "Enggak di olesin. Kamu hirup aja," terangnya.

Aku hendak menolak tapi Mas Radhit sudah menyodorkan minyak itu dekat hidungku, sementara kepalaku ditahannya dari belakang.

"Mas. Jangan deket-deket, nanti kena hidung aku."

"Enggak."

Padahal aku merasa kalau jarak minyak angin itu terlalu dekat.

"Deket banget ini Mas. Aku takut kena idung."

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang