Prologue

319K 15.5K 1K
                                    

Mendadak seorang kakak tingkat di bangku kuliah tiba-tiba datang ke rumah dan menemuiku. Terakhir aku melihatnya sekitar dua minggu sebelum ia datang ke rumahku. Kami pertama bertemu setelah hampir dua tahun tak pernah bertatap muka, di acara reuni angkatan 2010-2015 universitas di mana kami dulu berkuliah.

Aku masih mengingatnya dengan jelas siapa dia. Namanya Harindra Radhitya. Kami dulu pernah berada di kepanitian yang sama beberapa kali. Dia sering ditugaskan menjadi penanggung jawab atau koordinator acara. Jadi meskipun kami bukan dari angkatan yang sama, aku dan dia mengenal satu sama lain karena kepentingan acara.

Di hari di mana datang ke rumahku, dia langsung mengutarakan niatnya untuk menikah denganku. Jelas aku kaget, karena kami baru saja bertemu dua minggu yang lalu, sebelum dia datang ke rumahku. Jujur saja Mas Radhit itu sosok kakak tingkat yang baik yang pernah aku kenal. Dia tampan, dia rajin, dia baik, tapi dia terlalu diam.

Mas Radhit hanya bicara seperlunya saja, kalau bertemu orang yang dia kenal, biasanya dia hanya menatap orang tersebut dan mengangguk sekilas. Setidaknya beberapa kali berada di dalam satu tim dengannya pada masa kuliah, aku tau bagaimana sifat Mas Radhit secara garis besar.

Mas Radhit itu pendiam, dia selalu membantu teman-temannya dalam diam tanpa diminta, Mas Radhit selalu bertanggung jawab dengan pekerjaannya, dan Mas Radhit selalu memperhatikan teman-temannya. Dia bukan orang yang tak acuh, karena buktinya dia peduli dengan apa yang dilakukan teman dan adik tingkatnya, pada saat bekerja dalam satu kepanitiaan.

"Isla, kalau kamu mau menikah sama aku, nanti aku akan langsung ketemu orangtuamu."

"Mas Radhit, kita enggak kenal deket. Lagian kenapa Mas bisa-bisanya kemari? Kita baru ketemu dua minggu yang lalu."

"Aku kenal kamu sejak kuliah."

"Tapi kan kita enggak deket. Dulu di kampus aja kita jarang interaksi. Kenapa Mas yakin mau nikah sama aku? Aneh."

"Aku mau menikah. Tapi sama kamu."

Perasaanku bercampur aduk. Ini kali pertama seorang laki-laki mengatakan bahwa dia mau aku menjadi istrinya. Jangankan menjadi istri, laki-laki yang mau menjadikan aku pacar saja belum pernah ada. Kehidupan percintaanku terkesan na'as. Selama 26 tahun, aku belum pernah berpacaran. Kebanyakan orang di lingkunganku adalah perempuan, dan aku jarang berinteraski dengan laki-laki. Peluang mendapatkan pacar dalam hidupku itu rasanya kecil, semua temanku 90% adalah perempuan.

Aku tidak semerta-merta menolak ajakan Mas Radhit. Hari itu aku meminta waktu beberapa hari kepadanya untuk memikirkan ajakannya, hingga akhirnya aku menyetujui ajakannya untuk menikah.

Banyak sekali pertimbangan untuk menerimanya. Pertama, aku itu perempuan yang tidak memiliki banyak pilihan. Yang kedua, aku pernah mengenal Mas Radhit selama hampir tiga tahun —Mas Radhit adalah kakak tingkat yang terpaut 2 tahun di atasku. Yang ketiga adalah pertanyaan, bagaimana kalau aku menolak Mas Radhit kemudian aku mendapat seseorang yang tidak sebaik Mas Radhit?

Akhirnya kami menikah, setelah kira-kira empat bulan mempersiapkan segala keperluan pernikahan. Dan kini kami berada di sini, tiga bulan setelah pernikahan. Aku merasa ada yang salah dalam hubungan ini. Selama tiga bulan itu, aku berusaha mentolerir dan mendoktrin bahwa kami baik-baik saja.

Dia, terlalu diam.

✨✨✨

Harindra Radhitya


&

Isla Narabeel


✨✨✨


📖 PLEASE READ 📖

-Ini cerita suka-suka.
-Enggak ada apa-apa selain cinta-cintaan.
-not my priority, so don't expect anything hehe.
-Selingan doang sumpah.
-Konflik light banget sumprit.
-Buat seru-seruan dan buang stress. Jangan terlalu dipikir dari segi rasionalitas ya. Soalnya ini halu sekali.
-Mohon perhatikan content rating ya, suitable for the 17+ you've been warned ya luv!

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang