24. Car Accident

106K 12.3K 622
                                    

Semalam aku kurang tidur karena Mas Radhit kembali sakit. Badannya panas, kepalanya kembali pusing. Setiap satu jam sekali, aku memeriksa suhu tubuhnya karena khawatir. Aku bersyukur karena pagi ini demamnya sudah turun. Setelah aku tanyakan pada Mama Mas Radhit, akhirnya aku tahu kalau Mas Radhit kalau sakit itu lama, dan Mas Radhit tidak akan masuk kerja kalau belum izin selama satu minggu.

Unik.

Padahal Mas Radhit kerja di perusahaan orang lain.

"Mas, hari ini aku enggak bisa izin. Mas sendirian ya?"

Dia mengangguk sambil memakan nasi uduk dengan lauk telur pindang. Bangun-bangun Mas Radhit meminta makanan tersebut sebagai sarapannya. Oh iya, kata Mama aku harus banyak bersabar karena kalau Mas Radhit sakit dia justru makan banyak.

Hmmm. Tidak biasa juga bagiku, soalnya kebanyakan orang sakit kan malah malas makan, kalau Mas Radhit malah rajin makan.

"Dadah," kataku sambil melambaikan tangan.

Iya. Hanya lambaian tangan tanpa ada sesi salim seperti anak sekolahan.

Aku mengendarai mobilku dengan tenang. Pagi ini jalanan terasa lebih lenggang dari biasanya. Mobilku berhenti sejenak karena lampu merah berhasil menghadang laju kendaraanku. Enam puluh detik kemudian aku kembali melajukan mobilku.

Baru beberapa meter mobilku melaju, dari sisi kanan ada sebuah mobil dari arah yang berlawanan tiba-tiba menerjang arus kendaraan. Mobil dan motor di sebelahku entah kenapa berhasil terhindar dari mobil gila tersebut. Naasnya, ketika aku belum sempat menambah kecepatan agar mobil itu tidak menabrakku, mobil itu sudah lebih dulu menghantam bagian belakang mobilku.

Mobilku terseret hingga taman pinggir jalan, kepalaku terbentur pintu mobil dengan sangat keras. Mataku terpejam untuk beberapa saat karena ketakutan dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku dapat merasakan benturan mobil gila tadi yang berhasil mengguncang mobilku, dan kemudian benturan kepalaku yang seakan beradu dengan pintu mobil membuatku pusing.

Kejadian itu hanya terjadi hitungan detik. Setelah mobilku berhenti ramai orang-orang beteriak di luar mobil. Aku antara sadar dan tidak sadar. Kepalaku pusing, ada sesuatu yang mengalir dari pelipis kananku yang aku yakin itu adalah darah.

Beberapa saat kemudian pintu mobilku berhasil dibuka paksa, seseorang memindahkanku ke mobil lain. Mereka terus mencoba berkomunikasi denganku, tapi pusingnya kepalaku membuatku tak sanggup menjawabi mereka.

Perlahan kesadaranku mulai hilang. Hal terdengar selanjutnya adalah seseorang berhasil menelepon seseorang dari handphoneku yang kebetulan tidak aku password.

***

Aku terbangun di sebuah ruangan yang aku yakini sebuah kamar vvip di rumah sakit. Ketika aku membuka mataku, Mas Radhit ada di sampingku dengan...

Selang infus?

Aku memeriksa tubuhku sendiri. Tidak ada bekas jahitan atau semacamnya, selang infus juga tidak aku temui. Lucunya aku malah menemukan Mas Radhit dengan selang infus di sampingku.

"Aduh..." Aku mengaduh karena saat aku mencoba menoleh, kepalaku terasa sakit.

Aku memegang kepalaku yang ternyata di balut dengan kain kasa di sebelah kanan. Kemungkinan lukanya ringan. Syukurlah, aku selamat.

"Isla?"

"Hmm? Mas kok pakai infus?" tanyaku penasaran.

Dia mengangguk. "Kamu mau?"

"Hah?"

"Ini vitamin."

Oh. Sekalian mumpung di RS rupanya.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang