45. Ayah Radhit

78.7K 8.5K 460
                                    

Aku senang sekali karena hari ini Auryn-anak Mbak Gani- akan dititipkan ke rumah. Mbak Gani dan suaminya harus menghadiri acara di luar kota. Sebenarnya Mama dan Papa Mas Radhit sanggup untuk mengasuhnya sehari, tapi karena aku ingin sehari merawatnya, akhirnya Auryn akan dititipkan pada kami.

Mas Radhit juga bilang boleh. Dia malah terlihat diam-diam antusias. Sejak sehari sebelum Auryn dititipkan, Mas Radhit sudah membeli susu untuk Auryn, popok bayi, sabun cuci untuk bayi. Semuanya diam-diam dia lakukan sendiri.

"Mbak titip ya? Auryn nggak terlalu rewel kok."

"Iya, Mbak. Aku seneng malahan. Mbak hati-hati aja ya..."

Mbak Gani dan suaminya pun meninggalkan kediaman kami.

"Main di rumah Tante yaaa?" kataku sambil menggendong Auryn masuk. Mas Radhit diam-diam mengikutiku dari belakang, di tangannya sudah ada tas Auryn yang berisi pakaian bayi itu. Untuk keperluan seperti popok, susu dan mainan, tidak dibawakan karena Mas Radhit bilang nanti dia yang urus.

Padahal Auryn di sini hanya sehari saja, tapi hebohnya Mas Radhit sudah seperti akan mengurusi Auryn selama beberapa hari. Tapi tak apa, karena itu artinya Mas Radhit juga senang dengan keberadaan Auryn di rumah kami. Sungguh aku senang sekali ada Auryn di sini!

Aku menantikan moment Mas Radhit dan Auryn. Terakhir kami bertemu Auryn Mas Radhit masih belum mau menggendongnya, bukan karena tidak suka, hanya saja Mas Radhit masih takut. Nah kali ini kan hanya ada aku dan Mas Radhit, mau tidak mau kami harus bergantian. Hitung-hitung simulasi punya anak juga, supaya Mas Radhit tidak terlalu kaget.

Auryn tidak terlalu rewel. Bayi itu hanya menangis kalau buang air besar dan buang air kecil. Kalau lapar, Auryn hanya akan mengode dengan bibirnya yang bergerak-gerak ingin melumat sesuatu. Seperti saat ini.

"Mas bikinin susu dong."

"Kamu?" Maksud Mas Radhit adalah bertanya apakah yang aku maksud adalah susu untuk aku?

"Susunya Auryn Mas. Airnya jangan panas-panas."

Mas Radhit terdiam ditempat terlihat berpikir. Sepertinya sih, dia tidak paham.

"Ada thermometer?"

Aku tertawa pelan, "suhu airnya mau dicek pakai thermometer?"

"Iya."

"Kita punyanya thermometer badan. Nggak tau bahannya boleh di masukin ke air atau enggak. Tapi lebih baik jangan, takutnya nanti bahannya nggak aman. Mas bawa air panasnya ke atas aja. Ntar aku yang bikinin.

"Hm." Mas Radhit langsung turun ke bawah.

Mas Radhit kembali muncul dengan dua gelas cangkir. Aku menidurkan Auryn di kasur baby yang dibawakan Mbak Gani, di atas ranjang kamar kami. Mas Radhit tanpa diminta mengambilkan kotak susu Auryn.

"Liatin aku ya," kataku.

"Nggak."

Eh?

"Liatnya kecara bikinnya," lanjutnya.

Hmm.

"Iya maksud aku gitu."

"Liatin kamunya nanti aja," kata Mas Radhit dengan tenang, namun berhasil membuatku tersenyum kecil.

"Gini. Susunya segini, terus ..." Aku menjelaskan pada Mas Radhit sambil mempraktekannya. Pasti cara membuat susu tidak ada di buku yang dibeli Mas Radhit.

"Udah deh. Nih coba Mas pegang. Ini masih panas, jadi didiemin sebentar biar nggak terlalu panas."

Bukannya memegang botol susu, Mas Radhit malah mengecup sekilas pipiku sambil berkata, "Isla pinter."

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang