64. Direpotin

66K 9.2K 1.5K
                                    

Gue sedang menonton TV saat suara berisik dari pintu terdengar. Suaranya begitu familiar, sehingga membuat Isla yang tadinya sedang tiduran dengan paha gue sabagai bantal akhirnya bangun dari posisinya.

"Bener yang ini kok!"

"Kok nggak ada bodyguard kayak yang di film-film ya? Kan katanya Mas Radhit tajir?"

"Ketuk nggak nih?"

"Nggak usah! Kan kejutan!"

Kemudian terdengar suara pintu terbuka di sertai sapaan yang nyaring.

"Mbak Isla!"

"Yuhuu..."

"Berisik! Kita di RS, kadal!" tegur Jaerend.

Isla yang tadinya duduk di samping gue langsung berdiri dan membereskan beberapa barang yang ada di single sofa agar lebih rapi.

Tunggu? Kenapa mereka bisa sampai ke sini?!

Jaerend, Darren, Wildan berdiri di depan pintu sambil membawa buah tangan.

"Kok bisa ke sini? Naik ke lantai ini kan butuh izin dulu?"

Pertanyaan gue diwakilkan oleh Isla.

"Anak Citra Gading mah channelnya banyak Mbak," jawab Jaerend yang malah terdengar seperti gumaman sambil meletakkan parsel super besar berisi buah-buahan.

"Sepupu gue dokter di sini Mbak. Kebetulan orangtuanya nggak tau jadi apaan, tapi deket pengelola yayasan RS ini," terang Darren yang mengikuti Jaerend meletakkan paperbag ke meja.

Sementara Wildan terlihat mendekat ke arah Isla sambil memberikan bunga.

"Makasih," kata Isla sambil menerima bunga dari Wildan.

Tidak. Gue tidak cemburu. Yang seperti Wildan bukan saingan gue.

We're on different level.

😎💰💵

"Dokternya mantannya Kak Refa," bisik Wildan.

Baru juga sampai, mereka sudah mau bergossip saja.

"Iya?" respon Isla.

"Beneran Mbak! Papanya Kak Refa nggak mau kalau calonnya dokter. Padahal bukan dokter biasa loh! Backgroundnya oke!" cerita Darren dengan gaya seperti berbisik.

"Oh... Terus kalian tau gue di sini dari siapa? Refa juga?"

"Dari siapa lagi Mbak? Mas Radhit aja gue chat cuma di read doang," cibir Wildan.

Gue hanya diam, sementara Isla terkekeh pelan.

"Maaf ya..." ujar Isla sambil kembali duduk di sebelah gue.

"Mas Radhit nemenin di sini terus Mbak?" tanya Jaerend.

"Iya, ditemenin Mas Radhit terus. Kayak dipenjara sama Mas Radhit."

Apanya yang dipenjara, Isla? Kita kan jalan-jalan juga?

"Dih nggak kerja? Mentang-mentang penanam modal nih ya?" tanya Darren.

Memang kenapa kalau nggak kerja? Nggak ada yang marahin gue juga.

"Kan Mbak Isla sakit dodol! Suami yang baik itu begitu, nemenin istrinya kalau lagi sakit," sanggah Jaerend.

👍🏻, jempol untuk Jaerend.

"Kayak gue sama Putri. Putri sakit aja gue temenin. Hehe."

Jempolnya gue tarik lagi.

"Itu mah lo aja yang bucin to the bone!" seru Wildan. "Mas Radhit bisa nemenin, jadi nggak masalah. Levelnya udah beda sama budak koorporat yang harus minta izin dan cuti dulu. Nggak bisa di samain."

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang