10. Hang-out With Radhit

112K 12.9K 540
                                    

A lil bit mature conversation. I warn you guys. Feel free to skip if you're uncomfortable.

———————————

Aku selalu penasaran dengan apa saja yang dilakukan Mas Radhit ketika sedang pergi bersama teman-temannya. Bukannya aku curiga Mas Radhit berbuat macam-macam. Aku cuma penasaran, bagaimana orang sependiam Mas Radhit menghabiskan waktunya bersama teman-temannya.

Mas Radhit itu sering pamit untuk hangout bersama temannya. Kalau hari sabtu biasanya ke arena pacuan kuda. Kalau hari minggu ke lapangan golf. Kalau hari biasa random, kadang izin bermain billiard, bowling, atau sekedar minum kopi. Semua aktifitasnya bersama teman-temannya, dia lalukan tanpa aku.

Padahal beberapa minggu yang lalu Oliv istri Julian yang merupakan teman Mas Radhit, terang-terangan menyuruh Mas Radhit membawaku apabila sedang berkumpul berdama temannya. Aku pikir setelahnya aku akan di ajak, tapi ternyata tidak.

Kenapa sih Mas? Takut aku ngerepotin Mas ya?

Hari ini hari Selasa. Setelah selesai makan malam bersama Mas Radhit, Mas Radhit tiba-tiba izin untuk keluar sebentar.

"Mau main ya?"

"Ngopi," jawabnya.

"Aku ikut boleh?" Untuk yang pertama kalinya aku meminta ikut Mas Radhit keluar bersama temannya.

Mas Radhit terdiam sejenak, dia kelihatan tidak nyaman.

"Kalau enggak boleh gak papa kok Mas. Jangan dipikir berat gitu loh," candaku.

"Yaudah ayo."

"Ikhlas enggak kalau aku ikut? Ntar ganggu lagi."

"Ayo," katanya lagi.

***

Pukul 08:00 kurang, mobil Mas Radhit tiba di sebuah café yang nampak ramai dari luar. Mas Radhit menungguku keluar dari mobilnya kemudian berjalan sambil menggandeng tanganku masuk.

Sebelum mencari temannya, Mas Radhit mengajakku untuk memesan minuman dan snack terlebih dahulu. Setelah itu, barulah Mas Radhit membawaku ke lantai atas café ini dan menemui tiga temannya.

Setahuku mereka adalah Samuel, Darwin, dan Brin.

"Eh Tuan Muda. Halo Isla, Isla ikut nih? Wah tumben banget. Kata Radhit lo enggak pernah mau ikutan Radhit nongkrong," kata Brin si pemilik rambut pirang.

Aku tajam ke arah Mas Radhit yang terlihat membuang muka.

Nah ketawan bohongnya kan!

Aku hanya tersenyum menanggapi Brin.

"Duduk," suruh Sean.

Aku pun duduk di sebelah Mas Radhit.

"Julian ke mana?" tanya Mas Radhit sambil menyesap kopinya.

Aku tidak mengerti kenapa Mas Radhit menyesap kopi saja kelihatan mahal ya? Cara dia duduk, cara dia memegang cangkir kopi, semuanya perfect bagiku.

"Paling lagi kejar setoran sama istrinya," jawab Darwin.

"Oh iya. Nyokapnya Ijul kan mau cepet punya cucu ya?" tanya Sean.

"Iya makanya walaupun pindah ke sini dia jarang nongkrong. Kalian gimana? Sama ya?" tanya Brin.

Mas Radhit tidak menjawab, dia malah memperhatikanku yang tengah menikmati slice cake di depanku.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang