22. Radhit Sakit

103K 11.9K 577
                                    

Hari ini aku pikir Mas Radhit baik-baik saja. Tapi ternyata hari ini Mas Radhit sakit. Dia pusing dan demam. Aku baru mengetahuinya ketika kami hendak tidur.

Kalian tau kan Mas Radhit itu diam sekali. Kalau ditanya jawabannya hanya sepatah dua patah kata. Hari ini juga seperti itu. Semuanya seperti biasanya. Mas Radhit diam seperti biasa tanpa mengeluh.

DAN JANGAN LUPA DIA SEMPAT BERMAIN GAME!

Meskipun hanya beberapa menit lalu mengakhirinya.

Waktu Mas Radhit bergerak memelukku ketika kami akan tidur. Aku merasa suhu tubuhnya berbeda dari yang biasanya.

"Mas?" Aku kembali terduduk.

Mas Radhit hanya menatapku sama seperti biasanya. Dia tidak terlihat pucat, atau lemas. Ya mungkin efek wajahnya yang cenderung lembut itu. Jadi sakit pun kelihatannya masih baik-baik saja.

"Mas demam ya?"

Dia mengangguk.

"Pusing juga," akunya kemudian.

"Mulai kapan?" tanyaku sambil menyentuh dahinya yang terasa panas.

"Tadi pagi,"

"Mas... Kok enggak bilang kalau sakit sih? Aku telpon dokternya Mas Radhit ya?"

Mas Radhit itu punya dokter pribadi. Aku pertama tahu ketika akan melakukan tes kesehatan sebelum menikah. Awalnya sih ngakunya cuma dokter kenalan. Eh ternyata... Dokter pribadi.

Dia menggeleng.

"Baru sehari."

Sungguh aku ingin mencubit Mas Radhit sekarang juga!

"Terus mau nunggu sampai berapa hari dulu? Ya udah aku beliin obat sakit kepala dulu ya?"

"Udah malem Isla."

"Gak papa."

"Jangan."

"Aduh. Bingung Mas aku. Kalau gitu aku minta tolong satpam komplek buat beliin obat aja ya?"

"Iya."

Yah. Jadi ngerepotin orang lain deh. Padahal aku sendiri juga bisa.

Mas Radhit mengikuti menunggu satpam komplek yang aku mintai tolong, kami menunggu di depan teras. Padahal sudah aku suruh agar tetap di dalam rumah saja.

"Makasih ya Pak. Maaf ngerepotin," ujarku sambil memberikan dua lembar seratus ribuan sebagai imbalan.

"Terima kasih ya Bu Radhit. Saya pamit dulu. Semoga Pak Radhit cepet sembuh ya,"

Bu Radhit...

Aku tidak bisa menahan senyumku ketika mendengar panggilan itu. Kok lucu ya? Dipanggil Bu Radhit.

"Yuk, Mas. Sebelum tidur di minum dulu obatnya."

Mas Radhit hanya mengangguk dan kembali mengikuti langkahku ke dalam rumah. Setelah meminum obat, aku kembali berbaring di samping Mas Radhit.

"Mas, kalau sakit bilang dong. Jangan diem aja."

"Hm..."

"Kenapa enggak bilang sih kalau sakit Mas?" nadaku masih halus.

"Harus setiap hari aku nanyain ke Mas Radhit, Mas sehat atau enggak?"

"Aku pusing Isla."

Aku tak tahan untuk tidak mencubit lengannya.

"Besok jangan kayak gini. Kalau sakit bilang Mas."

"Iya."

"Yaudah tidur Mas," kataku kemudian yang hanya mendapati tatapan lurusnya yang teduh.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang