57. Ketika Isla Berubah

79.6K 10.5K 1.7K
                                    

—Radhit

Gue pikir, pagi ini Isla akan memasang wajah masam dan bicara dengan nada yang ketus. Ternyata dugaanku salah. Sedari tadi pagi Isla bertingkah seolah kami tidak pernah bertengkar semalam.

Gue pikir, Isla seperti itu karena sudah tidak marah. Namun dugaan gue salah. Ada yang aneh dari Isla.

Hari ini dia tidak masuk kerja karena sekembalinya kami ke Citra Gading, Isla bilang dia ingin istirahat. Sementara gue, kebetulan memang hari ini tidak pergi ke kantor karena ingin off sehari.

Biasanya Isla suka berbagi cerita apapun itu saat di dekat gue. Dan sejak pagi tadi gue tidak mendapatkan hal itu. Hari ini Isla memang mengajak gue bicara, tapi Isla hari ini seperti bukan Isla.

Dia hanya bertanya tentang hal-hal yang menyangkut gue seorang.

"Mas Radhit mau kopi?"

"Nanti siang enaknya masak atau beli?"

"Baju kotornya mau aku bantuin masukin ke tas laundry?"

Entah mengapa hari ini Isla menjadi sangat kalem, karena dia tidak banyak berkomentar apapun tentang jawaban yang gue berikan. Isla juga hanya akan menjawab balasan yang gue berikan dengan senyum lembut saja.

Gue semakin penasaran, ada apa dengan Isla?

Apa ini gaya marah versi terbaru dari Isla?

Rasanya benar-benar tidak nyaman. Lebih baik kalau Isla mengomel kemudian menangis saja, dari pada seperti ini yang membuat gue berpikir keras.

Saat Isla naik ke kamar untuk beristirahat, di lantai bawah otak gue terus berpikir ada apa dengan Isla. Kemudian muncul lah dugaan kalau penyebabnya adalah karena semalam gue menatapnya dengan tatapan tajam.

Kalau tidak salah, baru sekali gue menatap Isla seperti itu.

Semalam gue benar-benar merasa lelah. Untuk menjenguk Charles, gue membutuhkan setidaknya 2 jam perjalanan. Kalau bolak-balik berarti sekitar 4 jam. Belum lagi sebelumnya gue harus flight dari Singapore.

Sewaktu Isla membukakan pintu rumah orangtuanya, sebenarnya gue sudah lupa dengan rasa lelah. Baru beberapa detik, melihat wajah masamnya, rasa lelah itu kembali lagi.

Ditambah dengan kalimat ketusnya. Perlakuannya yang kurang menyenangkan karena menyuruh gue tidak usah pulang dan—awalnya— membiarkan gue makan dengan nasi dan sambal.

Gue sudah izin untuk menjenguk Charles. Dua hari sebelumnya, gue mendapat kabar bahwa Charles hampir sekarat karena orang yang gue bayar untuk mengurus Charles ternyata sudah 1 bulan tidak bekerja Sakitnya Charles baru ketahuan ketika kuda itu terkulai lemas di kandangnya.

Gue tahu Isla juga sakit beberapa hari yang lalu, tapi Isla juga mengatakan pada gue kalau dia sudah baikan. Gue pikir nggak masalah kalau gue menengok Charles sebentar, karena sebagai pemiliknya gue harus bertanggung jawab kan?

Sayangnya Isla tetap marah ketika gue sedang lelah-lelahnya.

Supaya Isla diam, akhirnya gue menatapnya dengan tajam. Namun setelahnya gue juga merasa bersalah karena Isla menangis tanpa suara. Gue mencium keningnya semalam karena saat itu rasa bersalah benar-benar mendominasi, namun rasa lelah juga turut andil sehingga gue tidak mengucapkan apapun lagi setelah itu.

Gue sudah berusaha mengabari Isla soal Charles, tapi Isla tetap marah. Dan soal berbohong? Gue bohong tentang apa? Saat Sean pulang duluan, kala itu gue memang baru sampai di Singapore. Ingin sekali gue menjelaskan bahwa setelah dari Shanghai gue pergi ke Disneyland Hong Kong demi membelikan hairclip untuk Isla. Dulu gue tidak sengaja membuang hairclip Isla yang katanya dia beli saat pergi ke Disneyland Hong Kong, maka dari itu gue berniat menggantinya.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang