55. LDR dulu

58.4K 10.4K 1.2K
                                    

"Isla."

"Iya?" jawabku sambil menata baju yang baru saja diambil Mas Radhit dari laundry langganan kami.

"Aku harus ke Singapore."

Tanganku langsung berhenti seketika dan kemudian berbalik ke arahnya. Tanpa bicara lagi, Mas Radhit menunjukkan ruang chat-nya dengan Sean.

"Ya udah. Aku bantuin packing ya?" tawarku setelah membaca pesan dari Sean yang memberi informasi dadakan.

Mas Radhit tanpa suara langsung membuka almari tempat koper-koper di simpan.

"Buat 3 hari aja kan? Mas mau pakai kemeja atau kaos berkerah?"

"Terserah."

"Terserah ya? Aku bawain piyama semua baru tau rasa."

Mas Radhit menyunggingkan senyumnya.

"Senyum-senyum lagi. Mau pakai piyama aja?"

"Enggak."

"Cepet pilih," suruhku.

Mas Radhit bergerak menuju deretan kemeja yang tergantung rapi. Diambilnya beberapa potong kemeja berwarna pastel.

Kalian tidak lupa kan? Mas Radhit itu kalau bekerja kemejanya pasti berwarna. Warna-warna gelap sengaja dihindari supaya tidak terlihat terlalu dingin. Orang yang belum mengenal Mas Radhit pasti berpikiran kalau dia sombong dan arogan karena sifat pendiamnya.

"Kamu pulang aja," ujar Mas Radhit tiba-tiba.

Aku menatapnya bingung karena tidak menangkap maksud perkataan Mas Radhit.

"Pulang ke rumah orangtua kamu, atau orangtuaku."

"Kenapa?" tanyaku yang sebetulnya sudah tahu alasannya. Alasannya sudah pasti karena Mas Radhit tidak mau aku sendirian.

"Biar ada temennya."

"Iya, besok balik kerja aku pulang ke rumah orangtuaku aja."

"Sekarang."

Alisku bertaut. "Sekarang? Kenapa sekarang."

"Aku anter."

Kok jadi ngusir?

"Nggak ah. Besok aja, lagian Mas berangkat besok siang kan?"

"Nggak sopan."

"Apanya yang nggak sopan?"

"Kamu pulang sendiri nggak ada aku."

"Nggak apa-apa."

"Aku nggak mau."

Ya ampun...

"Mas nanti balik ke sini?"

"Tidur di sana nggak papa."

Daripada memperpanjang masalah, akhirnya aku mengangguk mengiyakan. "Ya udah ayo."

Ketika aku hendak menyiapkan barangku, Mas Radhit buru-buru meraih tanganku sehingga aku tidak  jadi melangkah menjauh.

"Itu namanya tanggung jawab Isla."

"Iya Mas Radhit. Aku nyiapin tas aku dulu ya?"

Akhirnya tangannya yang dipergelangan tanganku mengendur. Aku bergegas memasukkan keperluanku sendiri, tidak butuh waktu yang lama aku pun selesai.

"Kadang aku mikir, gimana ya rasanya kalau Mas Radhit pergi keluar kota? Eh ternyata besok Mas Radhit malah keluar negeri." Aku membuka pembicaraan kembali, dan duduk di samping Mas Radhit yang sedang terduduk di pinggir tempat tidur.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang