77. Live Tektok

39.1K 6.3K 417
                                    

Semalam Mas Radhit pulang dari Bali. Setelah meninggalkanku selama tiga hari, akhirnya dia pulang juga. Mas Radhit pulang membawa banyak sekali oleh-oleh, dari makanan sampai benda-benda nggak penting seperti patung, topeng, wall décor, dan banyak lagi. Ya, mungkin dia kehabisan ide mau beli apa, jadi yang kelihatan mata dia beli.

Tapi yang aku suka adalah, Mas Radhit membelikan aku banyak dress sleveless panjang yang cocok untuk bentuk tubuhku saat ini yang sedang mengembang, seperti bola bekel yang dicelupin ke minyak tanah.

Oh iya ngomong-ngomong, karena tahu hari ini Mas Radhit pulang dari Bali, Darren, Wildan, dan Jaerend datang ke rumahku.

Tujuannya?

"OLEH-OLEHNYA MAS!" seru Darren yang baru saja aku bukakan pintu.

Mas Radhit yang sedang makan kacang di ruang TV sampai terkaget dan menjatuhkan beberapa butir kacang Bali yang baru saja dia buka.

"Asik, kacang Bali tuh!" Wildan tanpa babibu langsung menjatuhkan pantat ke sebelah Mas Radhit dan mengambil toples kacang di tangan Mas Radhit tanpa permisi.

Mas Radhit hanya berdecak pelan sembari menggeser duduknya agar tidak ditempeli oleh Wildan.

"Najis," gumam Mas Radhit pelan yang membuatku menahan tawa.

"Mas, buruan keluarin oleh-olehnya. Gue mau makan pie susu," ujar Jaerend yang seakan bisa menerawang isi koper Mas Radhit.

"Gue mau kacang disco, Mas!" sambung Darren.

"Yuk mari, nggak usah malu-malu loh, Mas. Keluarin aja semua oleh-olehnya..." kata Wildan sambil cekikikan.

Aku tertawa pelan saat melihat wajah Mas Radhit yang menjadi kecut. Dahinya sudah berkerut dan dua sudut bibirnya sudah melengkung ke bawah. Tapi yang dilakukan Mas Radhit hanya diam nggak bergerak sedikitpun.

"Malah cosplay jadi batu!" tegur Wildan.

"Buruan, Mas! Lidah gue udah gatel mau makan pie susu!" seru Jaerend memaksa Mas Radhit.

"Nggak bakal habis yakin deh kalau cuma dimakan sama Mbak Isla. Jadi lebih baik dikeluarkan sekarang, daripada koper lo gue bawa ke pos satpam ye kan?"

"Ngapain dibawa ke pos satpam, Ren?" tanya Wildan.

"Soalnya koper Mas Radhit disinyalir koper sindikat gelap yang nggak mau berbagi oleh-oleh ketetangga Wil," jawab Darren nyeleneh.

"Biasanya orang pelit itu selain kuburannya sempit, lubang eek-nya jadi sempit jadi susah BAB lo, Mas," ujar Wildan.

Mas Radhit masih belum beranjak.

"Mas, ambilin sana," kataku akhirnya.

Mas Radhit berdecak pelan, namun pada akhirnya dia masuk juga ke dalam kamar kami yang sekarang ada di lantai satu.

Tak lama Mas Radhit muncul dengan koper yang berisi berbagai macam makanan yang dia beli dari Bali. Belum juga sampai di depan TV, Darren dan Wildan langsung menarik paksa koper itu dan bersorak. Kini tiga pemuda itu, termasuk Jaerend sibuk unboxing koper Mas Radhit dan menata makanan yang Mas Radhit bawa di meja depan TV.

"Asik, kita mukbang!" seru Wildan.

"Mau live tektok dulu ya, Mbak..." izin Darren kepadaku yang kemudian dia menyalakan ponselnya dan menghadapkan kamera depannya ke wajahnya, sementara itu dua temannya masik sibuk menata makanan dia atas meja.

"Halo guys! Hari ini gue mau mukbang makanan khas Bali yang habis dibeli tetangga gue nih," ujar Darren.

"Mau tahu apa aja? Keep stay tuned! Jangan lupa sawerannya ya guys, jauh dari Bali nih loh. dibawanya pakai pesawat first class. TMI, tetangga gue kalau nggak naik first class pantatnya bisa bisulan."

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang