27. Marahan

98.3K 11.2K 377
                                    

Semua orang dekatku, kerabat, tetangga, semuanya tiba-tiba tahu berita kehamilanku. Seingatku aku hanya mengabari orangtuaku dan orangtua Mas Radhit saja. Selebihnya?

Pasti kerjaan Mas Radhit.

Jadi penasaran, bagaimana Mas Radhit memberi tahu orang-orang tentang kabar itu. Mas Radhit kan tidak terlalu sesumbar. Rasanya tidak mungkin juga satpam komplek, Mas Jano, Jaerend, bisa kompakan memberi ucapkan selamat.

"Mas?"

Mas Radhit menoleh ke arahku, dia sedang menonton TV di sebelahku.

"Kok tetangga bisa tau aku hamil? Satpam komplek juga. Terus tadi Oliv istrinya Julian tiba-tiba ngucapin selamat."

Mas Radhit hanya mengedipkan mata dengan kalem.

"Haloo...? Bisa bicara dengan Mas Radhit?"

"Iya."

"Mas bilang-bilang?"

Mas Radhit kelihatan ragu menjawab.

"Iya. Gak apa-apa kan?"

"Beneran Mas yang bilang-bilang? Wah kemajuan."

Mas Radhit mengusap lehernya, dari gelagatnya seperti ada yang aneh.

"Kenapa Mas? Aku gak marah kok. Malah seneng."

"Itu..."

Aku menunggunya dengan antusias.

"Aku tanya mereka."

Dia menjeda kalimatnya. Duh! Kok tiba-tiba jadi gemes banget sih!

"Tanya kalau istri hamil aku harus gimana."

Pffttttt

Tawaku meledak.

"HAHAHAHA. SERIUSAN?"

Aku memukul-mukul guling di pelukanku saking lucunya.

"Isla..."

Aku masih tertawa.

"Isla..." panggilannya terdengar menegur, tapi aku masih belum puas tertawa.

"Isla..."

"Hahaha, iya-iya..."

"Gak lucu," katanya dengan tenang.

"Buatku lucu." Kini aku menatapnya masih dengan tawa tanpa suara.

Mas Radhit menatapku serius, lalu menggeser duduknya mendekat denganku yang sedang berbaring di tempat tidur. Tangannya bergerak mengangkat kepalaku lalu kembali menggeser duduknya serta merubah posisi kepalaku menjadi di atas pahanya. Kini aku bisa menatap rahangnya dari tempatku.

Mas Radhit menyisir rambutku pelan dengan tangannya. Sesekali dia memijat kepalaku pelan.

"Isla," panggilnya lagi, namun kali ini nadanya lebih lembut.

"Iyaa?"

"Aku bingung harus ngapain."

"Ngapain apaan?"

"Kamu kan hamil."

"Banyak tau Mas. Nemenin aku check kandungan, terus..."

Aku kemudian berpikir apa yang selanjutnya harus aku katakan. Benar, juga... Aku sendiri juga bingung Mas Radhit harus melakukan apa. Kan yang hamil aku?

"Eum... Iya juga ya Mas? Aku juga gak tau Mas harus ngapain aja."

Mas Radhit kembali mengusap rambutku setelah tadi sempat terhenti karena mendengarkan aku berbicara.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang