25. Di RS

105K 11.3K 281
                                    

⚠ A little bit mature convo in the end ⚠

–––––––

Mas Radhit bilang padaku dua hari yang lalu setelah aku kecelakaan.

"Isla?" panggilnya.

"Di sini aja ya?"

"Aku mau pulang. Sumpek Mas di sini," jawabku pada Mas Radhit.

Meskipun ruangan ini luas, ada TV, sofa tamu besar, kamar mandi, dan lain-lain. Bagiku tetap saja ini adalah rumah sakit.

"Di sini ada yang rawat kamu Isla."

Mungkin Mas Radhit takut kalau aku tidak akan baik-baik saja di rumah.

"Aku tuh cuma sakit kepala Mas."

"Aku mau di sini," katanya.

"Yaudah. Mas di sini, aku pulang." Aku mengancamnya halus.

"Tapi aku sakit juga." Mas Radhit seperti mengeluarkan jurus andalannya.

"Kan ada perawat."

"Mau sama kamu."

"Aku nggak mau di sini Mas..."

"Di sini enak."

"Enak apaan sih Mas? Aku sih gak suka. Mau senyaman apapun ini tetep rumah sakit."

"Di sini."

"Aku mau pulang Mas Radhit."

"Sini makanannya enak." Mas Radhit terdengar membujuk.

"Di rumah bisa order makanan sesuka kita." Aku tak mau kalah.

"Di sini aja."

"Mas Radhit..."

"Isla..."

"Kalau di rumah, nanti aku takut nggak bisa ngerawat kamu. Aku nggak bisa gantiin perban. Nanti kalau sakit di kepala kamu kambuh, aku nggak tau harus gimana," terangnya panjang yang membuatku terdiam.

"Ya udah. Di sini." Aku menurut pada Mas Radhit.

***


Walaupun berdua bersama Mas Radhit di sebuah ruangan VVIP dengan segala fasilitasnya, aku tetap merasa bosan.

Mas Radhit memang tidak menganggu. Dia diam, hanya bersuara seperlunya saja. Kalau kalian sedang sakit, butuh seseorang yang menunggumu dengan tenang, Mas Radhit akan sangat cocok. Namun, bagiku lama-lama menjadi sangat membosankan.

Sekarang Mas Radhit sedang duduk tenang di atas tempat tidurnya. Di ruangan ini ada dua tempat tidur. Satu milikku dan satu milik Mas Radhit. Yang Mas Radhit lakukan selama dua hari ini di dalam kamar hanya menonton TV, bermain games di handphonenya, dan tidur.

Sementara aku mencoba mengikuti diamnya Mas Radhit, seakan menguji diriku sendiri seberapa lama aku bisa jadi pendiam seperti Mas Radhit. Sedari kemarin kerjaanku hanya ikut menonton TV bersama Mas Radhit, yang mengangguku adalah suara volume TV yang terdengar seperti orang berbisik.

Kalau Mas Radhit beralih bermain game, aku akan membaca buku. Mas Radhit membelikan banyak buku bacaan. Aku tak paham apa tujuannya yang sebenarnya. Dia ingin aku jadi kutu buku, atau dia sengaja menyuruhku diam dengan membaca buku? Padahal selama menikah aku belum pernah sama sekali membaca buku di depan Mas Radhit. Aku juga tidak terlalu suka membaca!

Hal menyebalkan lainnya adalah, aku tidak boleh menyentuh makanan ringan yang dibawakan teman Mas Radhit ketika mereka berkunjung. Katanya...

"Jangan."

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang