60. Mau Babymoon

63.5K 9.3K 1K
                                    

"Mau ke mana Mas?"

"Liburan," jawabnya santai tanpa beban dengan wajah datarnya.

Mas Radhit sudah selesai dengan makan malamnya. Setelah membuang sisa makanan yang tertinggal, dia membantuku untuk mencuci piring. Tapi sekarang sudah pakai dishwasher ya, jadi tangan sultannya tidak akan kasar

"Emang Mas Radhit nggak sibuk?" tanyaku yang sambil membereskan meja.

"Sibuk."

"Terus kenapa ngajak liburan?" Aku menghentikan langkahku untuk menunggu jawabannya.

"Mau."

Hanya dengan satu kata, seolah dia menjadi pemenangnya. Memang ada yang bisa melawan maunya Mas Radhit?

Terkadang aku memang sering protes padanya, tapi paling sering ya aku iyakan apa maunya.

Meskipun Mas Radhit pendiam dan terlihat sangat tenang. Tapi kalian harus ingat, Mas Radhit itu cenderung dominan. Kalau sudah menginginkan sesuatu maka harus keturutan.

Ada banyak jalan menuju Roma, begitu pun dengan kemauannya. Ada banyak cara untuk mewujudkan kemauannya.

"Ke mana? Pasti jauh?"

Mas Radhit memperlihatkan gambar pantai dari layar ponselnya.

"Gambarnya nggak bisa ngomong Mas."

"Jamaica."

Sungguh, tidak terbesit sama sekali di pikiranku kalau Mas Radhit akan mengajakku ke Jamaica. Bahkan Jamaica itu letaknya di mana aku tidak tahu.

Jadi itu ada di benua Amerika atau Eropa?

Isla mendadak jadi bodoh.

"Kenapa Jamaica? Kenapa nggak ke Bali yang deket? Atau Raja Ampat mungkin?"

"Bisa di susul."

Aku mengerutkan dahi. "Emang ada yang mau nyusul."

"Nggak tau." Lagi-lagi dia menjawabnya dengan santai.

"Yang deket aja Mas. Ngurus-ngurus ini itunya lama loh," saranku sambil kembali duduk di kursi sebelah Mas Radhit.

Dia diam tidak setuju.

"Di Jamaica ada apa?" tanyaku kemudian.

"Ada pantai."

"Di Bali juga ada pantai."

"Kamu mau ke Bali?" tanya Mas Radhit.

Aku mengangguk. "Kalau bisa milih mending Bali aja."

Mas Radhit diam dan mengeluarkan ekspresi yang terlihat berpikir. Namun aku tahu, kalau sudah begini kemungkinan besar Mas Radhit tidak setuju.

"Memang kenapa harus Jamaica?" tanyaku.

"Jauh."

"Iyaa, maksudnya kenapa Jamaica? Kan ada Dubai tuh? Biasanya sultan suka liburan ke Dubai loh..." pancingku agar Mas Radhit terusik dan mau bercerita tentang pilihannya.

"Aku bukan sultan."

"Ah, masa? Beli Apartment aja kayak beli kacang," godaku.

Bukannya menjawab, Mas Radhit malah memelukku dari samping dan mengusap-usapkan hidung mancungnya ke pipiku.

"Geli!"

Mas Radhit terkekeh pelan. Masih dengan jaraknya yang dekat dia berkata, "Jangan Bali."

"Aku nggak mau Jamaica," balasku sambil menoleh ke wajahnya yang berjarak amat sangat dekat.

Cup!

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang