85. Tetangga Membesuk!

28.1K 3.4K 220
                                    

"Met malem Mommy Isla!"

"Bunda nggak sih? Kan lakinya minta dipanggil ayah?"

"Hmmmm. Nggak! Lakinya mah muka kampung makanya pang-"

Mas Radhit yang membuka pintu langsung memukul kepala Darren dan Wildan yang kebetulan berdiri paling depan di depan pintu. Mas Radhit memukul kepala dua orang itu dengan majalah yang sudah dia lingkarkan.

Refa, Jano (tidak menggunakan mas), Jaerend, dan Putri (istrinya Jaerend) tertawa riang di belakang Darren dan Wildan, menyaksikan dua orang itu memengangi kepalanya sambil mengaduh kesakitan.

"Ya ampun. Gue nih tamu!" seru Darren tak terima.

Darren, kamu itu menggemaskan tapi suamiku sensitif kalau sama kalian. Mungkin bawaannya, Mas Radhit pengen menyumpal mulut iseng Darren dan Wildan dengan popoknya Cia-Cio kali ya?

"Ssshtttt. Ada bayi tidur." Jano memperingatkan agar Darren dan Wildan tidak heboh. Di gedongan Jano sekarang ada anaknya yang tertidur.

Aku segera bangkit dari dudukku untuk menyapa tamuku malam ini.

"Ayo masuk..." ajakku

"Kalian udah ditunggu dari tadi loh!" lanjutku pada mereka dan membawa mereka duduk di sofa ruang tamu.

"Mbak! Gue kangen banget tahu!" Wildan langsung mendekat disusul Darren yang mengikuti.

"Seminggu nggak lihat lo di rumah, gue resah. Takut aja Mas Radhit nggak bisa bantuin lo jaga anak," lanjut Wildan.

"Sama! Bayangan gue nih Mbak. Gue lihat lo sibuk timang-timang Cia sama Cio, terus Mas Radhit diem aja lihatin doang soalnya dia adalah orang pendiam."

Mereka selalu lucu.

Aku tertawa. "Enggak. Cia sama Cio nggak rewel kok," kataku menenangkan ke khawatiran mereka.

"Masih banyak tidurnya ya?" tanya Refa.

"Iya. Tadi belum terlalu capek. Paling ya begadangnya itu sih buat ngasih susu."

"Mbak, kalau anak lo turun Mas Radhit, enak banget kali ya? Pendiem nggak berisik tuh?" Jaerend mulai bergabung dalam pembicaraan.

"Waduh. Ya jangan dong. Kalau anaknya modelan bapaknya semua. Isla capek ngomong sampai berbusa, tiga manusia di rumahnya jawabnya cuma ham-hem-ham-hem sama iya-iya doang!" sambung Refa.

"Mamah, bicaranya yang bagus dong," gumam Jano.

Refa mencebikkan bibir ke arah Jano. Kemudian dia lanjut bertanya.  "Sekarang badan gimana, La? Nggak ada masalah kan ya? Masih suka pegel-pegel gitu nggak?"

"Enggak kok. Semua baik. Pokoknya Mas Radhit sama Teh Mira super ngebantu banget."

"Bagus kalau begitu ya. Syukurlah kalau semuanya balik. Kemarin Radhit juga bilang semua baik tapi kamu perlu banyak istirahat supaya benar-benar pulih," sambung Jano.

"Iya. Mas Radhit ini takut kalau langsung pulang, istrinya malah kecapean karena banyak tamu yang dateng dan pegi," balasku.

"Mbak. Tapi dia wassap ke gue katanya gue nggak boleh jenguk," adu Jaerend.

"Lo berisik sih," jawab Refa.

Aku tertawa pelan. "Ya... gimana ya... kalian bikin kesel Mas Radhit sih," kataku sambil melirik Mas Radhit yang duduk di sampingku dengan anteng tanpa menyumbang sepatah katapun.

"Eh ada apa sih? Kalian ada beef?" Refa penasaran.

"Ada. Itu di freezer rumah gue ada A5," jawab Darren.

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang