29. Marahan II

95.8K 11K 246
                                    


—Radhit

Ini masih Radhit, karena Isla enggan bicara. Gue juga masih belum membujuknya.

Seharian ini Isla terlihat menghindar. Padahal gue cuma mau menemani dia. Tapi ya udahlah, namanya juga orang lagi marah. Anehnya, kenapa awet banget marahnya?

Apa karena gue diam?

Sorenya rumah kami kembali ke datangan tamu. Adalah Om-nya Isla, kebetulan keluarga Om-nya belum sempat menjenguk Isla pasca berita kehamilanya menjadi pembahasan di group keluarga.

Walaupun hanya sebentar, tapi gue  senang. Setidaknya hari ini gue bisa lihat Isla tersenyum.

Bahagianya Radhit itu sebenarnya simple. Lihat Isla senyum aja gue udah merasa senang.

"Oh iya Radhit. Makasih ya pinjemnya. Nanti Om balikin pertengahan tahun ya?"

Pinjaman?

"Iya Om. Gak apa-apa kok. Pakai dulu aja."

Isla? Ini apa-apaan?

Gue mencoba menetralkan ekspresi bingung gue walaupun dikepala gue penuh banyak pertanyaan.

"Ya udah. Sehat-sehat kamu ya. Radhit, Om titip keponakan satu-satunya ini ya?"

"Iya," jawab gue singkat namun ramah.

Sepertinya mobil hitam milik Om-nya Isla, gue langsung menatap Isla lurus dan serius.

"A...."

"Masuk dulu aja..." cicitnya mendahului gue masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan.

Isla duduk di sofa yang sedikit jauh dari gue. Sementara gue melipat tangan di dada sambil menunggu penjelasannya.

"Om Husni lagi butuh uang. Anaknya masuk kedokteran. Sementara pinjaman dari bank enggak bisa cepet turun." Isla mulai menjelaskan dengan nada takut-takut.

"Om Husni sungkan minjem sama orangtua aku Mas. Sebenarnya dia enggak minjem ke aku juga sih, aku yang nawarin. Beberapa minggu yang lalu aku tanya anaknya jadi kuliah dimana. Dia bilang katanya enggak jadi ambil FK karena enggak ada biaya. Aku kasian terus akhirnya aku bilang sama Om Husni buat pinjem ke  aku aja. Aku bilang itu uang tabungan Mas yang belum terlalu dibutuhin."

Kenapa Isla enggak cerita hal semacam ini?

Apa gue kelihatan galak dan pelit banget sampai enggak ngeizinin Isla minjemin uang?

"Tapi itu bukan uang punya Mas kok. Itu uang aku sendiri. Aku bilang itu uang tabungan supaya Om Husni agak tenang."

Gue masih diam mengamati ekspresi Isla yang gugup.

"Kenapa nggak bilang?"

Isla menundukkan kepalanya karena takut.

"Karena itu uang kamu?"

Isla masih diam.

"Ya udah terserah kamu," tutup gue kemudian meninggalkan Isla sendirian.

"Ya udah terserah kamu," tutup gue kemudian meninggalkan Isla sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang