18. Pemborosan Radhit

103K 13.1K 885
                                    

Kepalaku pening memikirkan kelakuan Mas Radhit akhir-akhir ini. Aku heran dia itu terlalu mudah mengeluarkan uang. Dan barang-barang yang dia beli itu cenderung kurang bermanfaat.

Seminggu yang lalu, dia mengganti TV di kamar dengan TV baru yang ukurannya lebih besar.

"Mas? Kenapa diganti?"

"Pengen."

"Kan yang kemarin juga nggak rusak. Ini besar banget Mas. Jadinya malah Mas yang di tonton sama TV."

Akhirnya aku memilih tidak memperpanjang masalah. Beberapa hari setelahnya ada mobil box yang datang dan menurunkan sepeda. Aku sudah curiga pasti harganya mahal.

"Berapa Mas?" tanyaku mengamati brand sepeda itu. Diam-diam tanganku bergerak untuk searching harga dari brand tersebut.

"Lima belas."

Aku langsung membuang nafas kasar.

"Lima belas apaan?! Ini satunya 70juta ya Mas. Terus ini ngapain beli dua?"

"Satunya kamu."

Aku langsung menarik nafas dalam-dalam. "Mas mau ngapain beli sepeda?"

"Sepedaan sama kamu."

"Tapi kan gak harus beliin aku yang kayak Mas juga..."

Aku akhirnya kembali pasrah. Aku tidak marah, karena buat apa marah itu kan uang Mas Radhit. Esok harinya sebuah paket tergeletak di depan rumah.

"Apa lagi?" gumamku menatap paket itu.

Aku memindahkannya ke dalam rumah untuk dibuka Mas Radhit nanti.

"Mas ada paket tadi," ujarku saat Mas Radhit pulang.

Dia hanya mengangguk. Aku tidak berniat bertanya, karena tak suka dianggap mecegahnya membeli sesuatu untuk dirinya sendiri, apalagi kemarin baru saja aku marahi.

"Isla," Mas Radhit membawa kotak itu ke dalam kamar.

"Ya?"

"Buat kamu."

Ya Tuhan. Kepalaku mulai pening. Mas Radhit beli apa lagi sih?

"Apa Mas?"

"Buka aja,"

Fendi.

Aku menoleh dengan tatapan super tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menoleh dengan tatapan super tajam.

"Itu belinya udah minggu kemarin."

"Berapa?"

"Itu discount kok."

"Iya. Berapa Mas Radhitya...."

"Lupa."

"Mau aku yang searching atau Mas yang kasih tau?"

"Murah."

"Murah ya? Hhmmm."

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang