61. Kunjungan Orangtua

58.6K 9.1K 1.2K
                                    

Hari ini rumah kami akan kedatangan orangtuaku dan orangtua Mas Radhit.

Termasuk Auryn juga!

Mereka datang untuk membahas acara tujuh bulanan. Sebenarnya aku ingin baby shower saja, tapi semua orang termasuk Mas Radhit inginnya tujuh bulanan seperti adat Jawa.

Padahal dari keluargaku sendiri tidak ada yang berdarah Jawa. Papa dan Mamaku dari Palembang. Sementara Mas Radhit itu memang masih ada keturunan Jawa, tapi kedua orangtua Mas Radhit itu lahir dan besar di Pontianak. Jadi sebetulnya kami tidak dekat dengan adat Jawa.

Tapi entahlah. Kenapa mereka-mereka ini ingin tujuh bulanan yang katanya ada acara pecah kelapa dan siraman. Mungkin mereka senang kalau melihatku kedinginan mengenakan kemben dan diguyur air kembang.

Mobil pertama yang sampai adalah mobil Papaku. Mama terlihat kerepotan membawa tas yang kutebak isinya makanan.

Mas Radhit dengan cepat membantu Mama membawa barang bawaannya ke dalam rumah.

"Sehatkan kalian?" tanya Mama. "Musimnya orang sakit, kemarin Papamu sempet flu seminggu. Banyakin makan sayur sama buah ya La. Biar nggak gampang sakit" lanjutnya.

"Sehat kok Ma," jawabku.

"Aku aja Mas. Kamu ke depan aja," kataku pada Mas Radhit yang hendak membantu Mama mengeluarkan isi tas yang tadi di bawanya.

Mas Radhit mengangguk kemudian pergi ke ruang tamu untuk menemani Papa. Ditemani saja, tidak diajak bicara.

"Kamu masak apa La?"

"Belum masak Ma, nanti ada katering kok."

Mama berdecak. "Mertuamu itu mau dateng loh La. Kamu kan bisa masak, kenapa nggak masak. Kalau masak sendiri kan bisa di pamerin. Terus nanti kamu kasih apa? Ada kue atau apa gitu kan?"

Aku memandang kardus kue yang kemarin sore dipesan Mas Radhit. "Udah."

Tapi Mas Radhit kemarin memesan kue dengan rasa cokelat. Firasatku ini akan dikomentari lagi.

Mama berjalan menuju kue yang diletakkan dekat microwave.

"Ini buat acara kumpul keluarga loh? Kamu pesen yang begini?"

Salah lagi kan?

"Untung Mama inisiatif beli. Itu kamu potong bolu pandan sama lapis dari Mama aja. Yang kamu beli nanti dibawain pulang ke Mama mertua kamu aja."

Sebenarnya kemarin aku sudah bilang pada Mas Radhit untuk membeli kue tanpa krim. Aku sarankan untuk membeli sejenis chiffon atau lapis, tapi ternyata yang datang tidak sesuai requestku. Aku biasa saja, tapi Mama terlanjur berkomentar.

"Iya Ma," jawabku yang kemudian meraih bolu pandan yang dibawa Mama.

Mama terlihat memgawasiku memotong bolu. "Iya segitu pas," katanya kemudian.

"Kamu itu dapet anaknya orang berada La. Selain memperlakukan suami dengan baik, kamu juga harus memperlakukan mertua kamu dengan baik. Mereka beda sama kita La, kalau Mama sama Papa dikasih yang biasa aja nggak masalah. Tapi mertua kamu gimana?"

"Iya Ma."

"Mungkin kelihatan sepele, tapi kan kamu sekarang udah nggak kerja. Otomatis waktu luang kamu banyak. Masa iya mertua mau dateng cuma kasih seadanya aja?"

Padahal menurutku aku dan Mas Radhit sudah mempersiapkan semuanya dengan baik.

"Besok lagi kalau kumpul keluarga begini. Semisal kamu nggak sanggup Mama bisa masakin. Masalah ini orangnya cuma sedikit jadi lebih baik masak sendiri dari pada pesen. Nanti dikiranya kamu di rumah cuma biasanya habisin uang suami. Kalau banyak pesen nggak apa-apa. Dipasin sama acaranya gitu loh, La."

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang