84. Radhit Tantrum Dikit

33K 4.1K 360
                                    

Setelah melahirkan, aku berada di rumah sakit selama satu minggu. Sebetulnya tidak ada masalah
serius yang menyebabkan kenapa aku harus berada di rumah sakit selama satu minggu. Hanya saja
Mas Radhit ingin aku di sini beristirahat lebih lama. Menurutnya, kalau setelah melahirkan segera
pulang, aku malah tidak dapat beristirahat dengan tenang karena akan ada banyak orang yang
menjengukku. Mulai dari saudara, teman, dan tentunya tetangga.

Selama ada di rumah sakit aku benar-benar mendapat istirahat yang cukup. Siang hari ada Teh Mira
yang membatuku. Teh Mira adalah ART baru kami, dia dulu bekerja di rumah orangtua Mas Radhit, tapi karena kami tidak kunjung
menemukan ART yang cocok, jadilah Mama Mas Radhit menawarkan Teh Mira untuk membantu kami. Aku cocok-cocok saja, karena Teh Mira kan sudah lama bekerja dengan orangtua Mas Radhit serta sedikit banyak tahu tentang sifat Mas Radhit.

Karena Mas Radhit harus bekerja, jadi dia baru menemaniku dan tentunya membantuku mulai sore sepulang dia bekerja.

Cia dan Cio masih banyak tidur. Bayi new born memang banyak tidurnya. Aku belum terlalu repot. Hanya saja yang jadi PR adalah, Cia dan Cio belum pandai minum ASI secara langsung. Sudah diarahkan dan di masukkan kedalam mulutpun kadang suka mereka lepas kemudian menangis. Mungkin karena keluarnya sedikit dan bayiku tidak sabaran.

Mungkin juga karena mereka sudah kenal rasanya minum susu menggunakan dot yang keluarnya lebih banyak.

Aku juga baru tahu ternyata bayi yang baru hitungan hari sudah sepintar itu. Kata Teh Mira, memberi mengASIhi itu harus sabar. Ini baru awal. Ke depannya masih ada drama menyusui yang harus aku lewati. Banyak ibu di luar sana yang karena tidak sabar dan tidak menyerah hingga akhirnya mereka memberikan susu formula untuk anaknya.

Mas Radhit juga membelikan susu formula, tapi itu hanya untuk berjaga-jaga kalau ASIku tidak lancar. Apalagi bayiku kan kembar. Tentunya berbeda dengan ibu yang hanya menyusui satu bayi.

Beberapa kali Mamaku bilang untuk memompa ASI kalau sedang keluar banyak untuk dijadikan stok. Itu menjadi pikiran dan beban tersendiri untukku. Apalagi di tiga hari pertama ASIku hanya keluar sedikit. Untuk diberikan ke Cia-Cio saja kurang, apalagi untuk dipompa?

Tapi aku hanya diam mengiyakan. Mas Radhit pun juga tidak berkomentar seperti biasa, dia memilih diam dan membuatkan susu untuk anak-anakku tanpa memberi tahu faktanya kalau ASIku tak sebanyak bayangannya.

Setelah pulang ke rumah, perkataan Mas Radhit benar-benar kejadian.  Tamu berdatangan untuk membesuk. Awalnya keluarga dekat, kemudian teman. Dan kata Mas Radhit hari ini tetanggaku akan berkunjung.

Tidak tahu apa yang dikatakan Mas Radhit kepada para tetanggaku, karena tiba-tiba setelah aku melahirkan mereka jadi anteng semua.

Padahal sebelumnya, Darren, dan Wildan sudah berisik bertanya kapan aku akan melahirkan? Kemudian Refa sudah heboh bertanya aku ingin apa untuk hadiah.

"Kok mereka baru dateng hari ini? Kamu ngomong apa sama mereka?" tanyaku pada Mas Radhit yang sedang memasang ikat pinggang di celana bahannya yang berwarna beige.

"Nggak ngomong."

"Terus kenapa mereka jadi anteng?"

"Aku wassap."

Aku menyunggingkan senyum paksa.

"Kamu wassap apa? Bisa nurut semua begitu? Apalagi Darren sama Wildan."

"Kamu lagi butuh istirahat. Nggak boleh diganggu. Datang hari Sabtu minggu depan," terangnya singkat padat dan jelas.

Aku membeo sambil mengangguk. "Padahal mereka yang paling aku tunggu loh. Soalnya mereka kan yang lebih sering nanyain tentang anak kita dibanding siapapun? Aku yang melahirkan tapi mereka rasanya jadi ikutan excited nungguin. Apalagi Jaerend, lagaknya aja sok cool nggak peduli, tapi dia diem-diem sering chat nanyain Cia sama Cio loh, Mas?"

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang