39. Gara-gara Tetangga

78.3K 8.8K 210
                                    

"Mas Radhit! Mbak Isla!"

"Spada yuhuuuu."

Aku yang tengah tiduran di paha Mas Radhit, seketika bangkit saat mendengar suara panggilan dari luar rumah.

"Ada Darren sama Wildan, Mas!" seruku senang.

Mendengar suara dua tetanggaku itu, entah kenapa selalu bisa membuatku gembira. Aku membayangkan keseruan apa yang akan mereka lakukan, atau ulah-ulah iseng keduanya. Mereka itu adalah tetangga yang menyenangkan bagiku, aku senang mereka mau berkunjung ke rumah ini.

"Aku buka ya?"

Aku hendak berdiri, tetapi tangan Mas Radhit buru-buru menahanku. Dengan wajah datarnya, sekarang Mas Radhit sudah berdiri.

"Duduk aja."

Mas Radhit pun pergi ke depan rumah untuk membukakan pintu. Tidak butuh waktu yang lama, tiga orang yang aku kenali sebagai tetanggaku itu berjalan ke ruang TV di mana aku duduk.

"Ada Jaerend juga?" tanyaku.

Jaerend mendesah pelan, wajahnya sepertiga orang berat hati. "Iya Mbak. Padahal gue harusnya pergi."

"Putri nanti dulu dong Je. Sekarang kita nengokin tetangga dulu," sahut Wildan yang sudah duduk di sofa ruang TV.

"Nengokin siapa?" Aku penasaran.

"Nengokin Mbak lah. Siapa lagi?" jawab Darren.

Hah?

Mataku kemudian terarah kepada Mas Radhit, yang kemungkinan adalah sumber berita. Saat aku tatap, Mas Radhit terlihat berpura-pura tidak melihatku, padahal jelas-jelas dia tadi sedang melihat ke arahku.

"Loh? Siapa bilang? Sehat gini kok!" kataku meyakinkan.

Wildan menyeringai, Darren menyipitkan, sementara Jaerend dengan enaknya goleran di karpet sambil memainkan smartphone-nya seolah tidak peduli.

"Hari ini kita janjian futsal Mbak. Terus Mas Radhit tiba-tiba gak ada kabar. Kayaknya udah beberapa hari juga dia nggak nongol di group. Waktu gue ajak futsal tadi siang, jawabannya ambigu. Kita pikir Mbak sakit." Wildan menerangkan.

"Mas bilang apa?" kini aku bertanya pada Mas Radhit.

Bukannya Mas Radhit, Darren lah yang malah menjawab pertanyaanku. "Katanya dia harus di rumah. Dia mau ngerawat dan jagain Mbak Isla. Ya siapa sih yang enggak mikir kalau Mbak sakit? Bahasanya aja ngerawat."

Aku melirik tajam ke arah Mas Radhit. "Mas?"  panggilku.

"Wah ketauan nih kalau Mas Radhit bo'ong," cibir Darren.

"Alesan biar nggak ikut futsal ya?" tanya Wildan pada Mas Radhit.

Wajah Mas Radhit terlihat tidak suka, tapi yang dilakukannya hanya diam tidak berniat menanggapi Darren dan Wildan.

"Kalau nggak mau futsal yaudah lah. Ribet amat sih lo pada?" kata Jaerend.

"Gue juga nggak bisa ikut futsal karena ada acara. Udah gue bilang gitu, kalian malah ngajak gue ke sini!" Lelaki yang paling tinggi itu kelihatan kesal.

"Kan kita kira Mbak Isla sakit Je. Jahat amat jadi tetangga!" Darren dengan mudah menyalahkan Jaerend seakan dirinya tidak mau disalahkan.

"Kalian balik aja." Mas Radhit akhirnya bersuara, wajahnya tetap kalem dan tenang.

"Jadi yang sakit siapa? Mas Radhit bo'ong ya?" tanya Wildan.

Mas Radhit mengehela nafas kemudian berkata, "Gue jagain istri."

Soundless HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang