Part 62 : SOFTLENS

751 132 11
                                    

Pagi ini seperti biasanya, suara kicauan burung terdengar mengusik telinga, sinar matahari menelisik masuk seakan mendukung suara kicauan burung untuk membangunkan seluruh makhluk di bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini seperti biasanya, suara kicauan burung terdengar mengusik telinga, sinar matahari menelisik masuk seakan mendukung suara kicauan burung untuk membangunkan seluruh makhluk di bumi.

Starly menggeliat, ia mengerjapkan matanya lalu mengernyit.
'Ah...kenapa aku bisa ketiduran disini?' batinnya mengingat. Ahh...sekarang ia ingat, tadi pagi ia bangun lantas melanjutkan membuat softlens yang bisa membatasi pandangannya dengan mahkluk halus. Ia memang membuat lensa kontak seperti softlens namun jika fungsi softlens untuk memperindah dan pengganti kacamata berbeda dengan softlens yang ia buat, ini adalah softlens yang dapat membatasi penglihatannya pada makhluk halus. Jadi, ia hanya akan melihat beberapa saja dari mereka dan sebagian besar yang bisa dilihatnya dengan softlens ini adalah hantu berpenampilan baik walau pucat.

Tapi ternyata setelah ia membuat softlens itu, ia malah ketiduran. Untung saja ia sudah selesai, jika saja belum maka ia harus memepersiapkan nyali lagi untuk berangkat sekolah, karena disekolah banyak makhluk halus baik itu ber-aura muram, galau, marah, baik, ramah, dll bahkan penampilan mereka juga beragam ada yang dipenuhi darah, ada yang matanya hilang sebelah, mulutnya mengaga lebar, ada yang biasa saja namun pucat. Ahh....untung saja kemarin saat ia ke sekolah ia dapat berakting seolah-olah tak dapat melihat mereka dan bisa mengatur ketakutannya. Namun tetap saja ia takut dan akhirnya otak jeniusnya mencetuskan ide softlens ini.

Starly bangkit dari meja belajar yang dipenuhi alat-alat pembuat softlens itu, ia beranjak menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.

15 menit kemudian Starly pun keluar dari kamar mandi lantas memakai seragamnya. Ia menyambar tas sekolahnya lalu berjalan menuju pintu kamar. Saat 1 langkah lagi ia keluar dari kamar, ia baru teringat akan sesuatu lantas berbalik lagi.

"Huh...hampir saja aku lupa tentang ini," gumamnya mengambil softlens khusus yang ia buat.

Ia pun menuruni tangga lalu mendudukan dirinya di salah satu kursi meja makan. Tangannya mrngambil selembar roti lalu mengolesinya dengan selai strawberry.
Saat akan memasukan roti kedalam mulutnya,

Tingg...tongg.....

Suara bel rumah mengintrupsi, Starly berdecak kesal lalu menaruh rotinya kembali ke piring baru beranjak membuka pintu.

Ting..tongg...
Baru beberapa langkah dari tempatnya, bel rumah kembali berbunyi.
"Iya tungguu!!!"

Ting...tonggg...
"Ck! Udah kubilang tunggu!!"

Ting..tonggg.....
"Iyaa..iyaa, udah sampai di belakang pintu!"

Ceklek!

Deg!

"Vioviooo....abang kangennnn," ujar lelaki didepannya memeluk Starly erat.

Starly hanya bisa tersenyum kaku, ia tak pernah berpelukan dengan lawan jenis kecuali kakaknya di alam peri.

"Wihhh...udah besar juga adek abang," ujar lelaki itu melepaskan pelukannya dan menatap Starly dari atas sampai bawah berulang kali seakan menilai.
"Mau berangkat?" tanyanya melanjutkan.

Starly memutar bola mata malas, "Ck! Kalo kaya gini memang mau kemana lagi?!"

"Uluh..uluuhh.....adek abang nggak berubah ya walau udah besar,"

"Abang juga nanya nggak bermutu banget!"

"Yaelahh, kan cuma basa basi doanggg,"

"BANG SEAN?!!" ucapan serentak itu membuat kakak beradik itu menoleh ke sumber suara.

"Loh kalian?? Ternyata kalian maasih berangkat bareng?" tanya Sean-kakak lelaki Violet.

"Iyalah, kita kan bes....bess.....bes...." Jack berfikir lalu menatap Evelyn, "Bes apa?" tanyanya berbisik.

"Best Friend!" cetus Starly malas, "Kalo nggak bisa bahasa inggris nggak usah sok sok-an pake bahasa inggris," lanjutnya mencibir.

"Ck! Gue cuma belajar memakai bahasa inggris aja," bela Jack

"Udahlah! Jangan debat dulu, mending kita masuk aja," ujar Sean melerai.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi, mereka mengikuti ajakan Sean.
"Oh ya, kenapa kalian pake bahasa baku tapi masih pake gue-lo?" tanya Sean.

"Ahh....ituu....karenaaa, emm.....itu ah! Karena kita sedang ce..challenge memakai bahasa baku namun tak mengubah kata gue-lo," jawab Evelyn agak terbata karena sempat lupa alasan yang diberitahu Starly.

Sean menganggukan kepalanya, "Ooh,"

🦋🦋🦋

"Untung saja kalian tak bersikap aneh tadi di hadapan Kak Sean," ujar Starly setelah mereka memasuki mobil.

"Yaa...sebenarnya saat kita liat kak Sean dari belakang kita heran, trus setelah di liat beberapa saat kita baru tahu itu kak Sean, awalnya kita juga bingung harus melakukan apa," jawab Gerry.

"Lalu, bagaimana kalian bisa mempunyai ide untuk bersikap seperti radi?" tanya Starly

"Eee....kami hanya ingat tentang sikap pemilik asli terhadap Kak Sean," ujar Evelyn menimbrung

Setelah itu tak ada pembicaraan lagi, Evelyn sibuk dengan dunia para aktor-aktor tampannya, Jack bermain dengan sihirnya namun tetap dalam batas, Gerry sedang melamun entah memikirkan apa, dan Starly fokus menyetir.

Mereka pun akhirnya sampai di sekolah. Sebelum Starly keluar dari mobil ia mengambil sesuatu dari tasnya.

Jack, Gerry, dan Evelyn mengernyit heran melihat Starly mengeluarkan sebuah kotak dan mengeluarkan sebuah benda yang menurut ingatan pemilik asli bernama softlens.

Starly pun memasang softlens-nya lalu memasukan kotak penyimpanan softlens ke dalam tasnya lagi.

"Sejak kapan kau memakai soflen?" tanya Jack.

Starpy menatap Jack, "Johnny pake Lo! Dan, oh ya namanya Softlens bukan soflen," ralatnya

"Ahh...mengubah kau dan aku sangatlah susah, aku saja mungkin sudah salah yang kesekian kalinya,"

"Iya Johnny benar, aku juga pernah salah berbicara," timpal Evelyn menyetujui pernyataan jack.

Starly menghela nafas, "Yasudahlah, kalian pakai bahasa baku saja jika tidak bisa menyesuaikan diri. Oh ya! Walau kalian boleh menggunakan bahasa baku tapi tetap saja jangan bertingkah aneh dan mencuri perhatian," Evelyn, Jack, dan Gerry pun mengangguk dengan wajah berseri, akhirnya mereka bisa menggunakan bahasa yang nyaman untuk mereka.

"Kau belum menjawab pertanyaanku Vio," ujar Jack.

"Ahh..tentang ituuu aku menggunakannya baru saja dan ini bukanlah softlens biasa," jawab Starly.

"Maksudmu?" tanya Gerry

"Ini adalah softlens yang aku buat khusus, softlens ini berfungsi membatasi kelebihan indigoku, namun tetap saja aku masih bisa melihat makhluk gaib karena softlens ini hanya membatasi sedikit penglihatanku," jelas Starly yang dibalas anggukan paham.
"Yasudah kita keluar saja," ajaknya.

****

Hayy....

Yuhuu...ada yang mau softlens yang dibuat Starly???
Yaaa...siapa tau ada salah satu kalian yang indigo, trus mau. Tapiii......sayangnya soflens itu nggak dijual 😃

Starly nggak mau jual softlens-nya, pelit gak sih??

Oh ya, maaf ya part kali ini sedikit dan nggak bisa double up soalnya lagi agak mampet idenya

See you

Galaxyubi_248

FairyWorld : Starly Airyzie (END) {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang