Bab 79

603 98 12
                                    

This work belongs to Bella - Widi (WidiSyah)
Vote and drop your comment as much as you can.

🔥🔥🔥

Cassandra pasti tengah bersenang-senang dengan suami barunya dan Hamizan terbakar cemburu. Perceraian, bagi kebanyakan orang, bukan menjadi pilihan mengatasi masalah hubungan. Namun tak sedikit juga pasangan yang akhirnya memilih bercerai. Hamizan sudah dua kali gagal dalam membina hubungan, setelah ditinggal Mutiara Cassandra pun melakukan hal yang sama. Hamizan terpuruk, jatuh sedalam-dalamnya, sampai kapanpun dia takkan pernah merelakan kebahagian mantan istrinya.

Merindukan putrinya, Hamizan diam-diam bertandang ke apartemen Cassandra. Entah, sudah berapa lama dia bersembunyi di samping lemari besar yang menjadi partisi antara ruang tamu dan ruang santai Cassandra. Hamizan mendengkus sebal, wanita itu bahkan belum sempat mengganti password pintu apartemen saking bahagianya sudah menikah. Mantan istrinya itu bahkan meninggalkan Lithania berduaan dengan wanita yang belum lama dikenal. Bagaimana wanita itu yakin jika mertua barunya tidak lebih baik daripada Fatma?

Tatapan rindu tampak di wajah Hamizan, dia tersenyum tipis melihat Lithania yang begitu riang bersama Rima. Mereka bermain tebak kartu, wanita tua itu bertepuk tangan meski putri kecil Hamizan tak menjawab dengan jelas. Lithania hanya meracau dalam bahasa bayi yang hanya dia dan Tuhan saja yang mengerti.

"Wah, Litha makin pinter saja nih, Eyang sampai kalah." Lithania tertawa sambil ikut bertepuk tangan, putri mungil itu seolah tahu apa yang Rima ucapkan.

"Litha Sayang, Eyang kebelet pipis, tunggu sebentar, ya." Rima bangkit dari playmat Lithania, bergegas menuju pintu yang ada di samping dapur. Suara air dari dalam kamar mandi meredam panggilan Hamizan yang menyerupai bisikan sembari melambaikan tangan, memanggil putrinya.

"Ssst ... Litha, ini Papa, Nak."

"Pa ... pa ...." Lithania menoleh sambil tersenyum semringah, tampaknya mengenali Hamizan. Anak itu berjalan oleng mendekati lemari. Hamizan segera menyambut dan meraih putrinya ke dalam gendongan.

"Sayang, mulai hari ini Litha ikut Papa, ya." Hamizan menyeringai sembari celingukan ke kanan dan kiri. "Papa nggak rela kalau putri Papa harus tinggal dengan ayah tiri." Pria itu segera meninggalkan apartemen Cassandra dengan tergesa.

Rima sama sekali tak menyadari anak perempuan dari menantu barunya telah hilang. Dia agak lama berada di kamar mandi dan ketika keluar belum tahu apa yang sesungguhnya terjadi.

"Litha, maafin Eyang, ya. Eyang la ... Duh, Gusti! Litha? Kamu di mana, Nak?" teriak Rima panik saat menyadari Lithania tidak ada.

Wanita tua itu berlari ke pintu, tetapi bingkai berbahan kayu hitam itu dalam keadaan terkunci. Lithania belum terlalu tinggi untuk menarik pegangan pintu. Rima bergegas ke kamar Cassandra, mencari ke toilet, ke dalam lemari, bahkan ke setiap sudut ruangan. Namun, hasilnya sama saja, Lithania laksana raib ditelan bumi.

"Apa Litha diculik? Tapi siapa penculiknya?" Duh, Rima bergidik ngeri. Pikiran wanita itu berkelana pada tayangan kriminal yang dia tonton semalam. Banyak oknum sindikat penculikan anak yang masuk daftar pencarian dari tim kepolisian.

"Aduh, bagaimana ini?" Tangan Rima gemetar. Ah, andai saja perutnya baik-baik saja, dia takkan berlama-lama di kamar mandi dan membiarkan Lithania menghilang tanpa jejak.

Rima berjalan mondar-mandir sambil melirik jam di dinding. Mungkin Widi dan Cassandra sedang menikmati sarapannya. Bukan inginnya mengganggu bulan madu putra dan menantunya, dia pun tak bermaksud memberi kabar buruk, tetapi Ibu Widi tak mampu menyimpan masalah ini terlalu lama.

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang