Cassandra van den Heuvel merebut Hamizan Parama dari Mutiara, sahabatnya sendiri. Mereka menikah dan terlihat bahagia dengan kelahiran Lithania sementara Mutiara wafat meninggalkan Widi, suami barunya.
Widi yang masih belum bisa melupakan Mutiara me...
Malaikat penyelamat dan iblis penyebab kehancuran rumah tangga Cassandra hadir pada hari sidang dengan agenda saksi. Widi lah yang pertama kali masuk. Setelah disumpah, dia harus menjawab pertanyaan para hakim.
"Jadi, apa hubungan saudara Widi Erlangga dengan Penggugat?" tanya Hakim ketua.
"Saya rekan kerjanya." Widi menjawab kalem.
"Apa yang saudara saksi ketahui mengenai rumah tangga penggugat dengan tergugat?"
"Hamizan awalnya adalah suami dari mendiang istri saya, Mutiara Prima. Setelah bercerai dari Mutiara, Hamizan menikahi Cassandra. Beberapa kali saya bertemu Cassandra. Saat di Bali, Hamizan sangat sibuk dengan bisnisnya. Cassandra juga berkali-kali menelepon saya untuk memintanya mengantarkan ke rumah sakit. Anaknya sakit kanker, sedangkan Hamizan terlalu sibuk sampai sering mengabaikannya. Puncaknya, kami berkelahi karena Hamizan menuduh saya berselingkuh dengan Cassandra."
"Jadi apakah saudara saksi berselingkuh dengan penggugat?" tanya Hakim anggota.
"Tidak, Yang Mulia. Yang saya lakukan murni menolongnya."
"Yakin Anda nggak berselingkuh dengan penggugat? Cantik begitu lho," sahut hakim anggota yang lain dengan nada sangsi.
"Demi Allah, Yang Mulia."
"Tapi kalau nanti penggugat sudah cerai, Saudara Saksi mau kan jadi suaminya?" pancing Hakim Ketua hingga Widi salah tingkah.
"Ya sudah, silakan kuasa penggugat."
Giliran Vig yang bertanya, "Apakah Pak Widi pernah terlibat perkelahian sebelumnya dengan tergugat?"
"Pernah, dulu saat Pak Hamizan meminta saya menceraikan Mutiara karena dia mau menikahinya lagi. Saya menolaknya hingga Pak Hamizan marah besar dan kami pun berkelahi."
Vig tersenyum tipis. Rasanya akan mudah meminta hak asuh Lithania bagi Cassandra kalau begini. "Apakah Pak Hamizan adalah orang yang temperamental menurut Anda?"
"Ya, saya rasa begitu."
"Apakah selama ini Pak Hamizan memberikan nafkah pada Ibu Cassandra dan Lithania?"
"Semenjak pertengkaran Cassandra dan Hamizan yang terakhir, Cassandra kembali ke apartemennya bersama Lithania. Cassandra sempat cerita bahwa Hamizan tidak lagi mentransfer uang, juga tidak menemani ke rumah sakit. Cassandra selalu menelepon saya untuk menemani."
Tampak jelas bahwa Hamizan tak mempedulikan anak-istrinya. Sepertinya akan mudah menuntut hak asuh atas Lithania. Ditambah lagi usianya masih tergolong bayi.
Vig mencoret beberapa hal di kertas lalu berkata, "Cukup, Yang Mulia."
Cassandra melirik penuh rasa terima kasih saat Widi melewati bangkunya untuk keluar. Widi membalas dengan anggukan. Dia harus pamit dan tak bisa berlama-lama.
Giliran Angela yang masuk untuk bersaksi. Pakaiannya adalah kemeja lengan panjang dan celana panjang yang cukup sopan sehingga majelis hakim tidak mencurigainya. Setelah disumpah, Angela menyiapkan hati untuk ditanya-tanya.
"Saudari Saksi, apakah mengenal Hamizan Parama?"
"Kenal, Yang Mulia." Angela menjawab dengan mata berbinar-binar.
"Apa hubungan Anda dengan tergugat?"
"Kami berpacaran."
Vig nyaris tersedak ludahnya sendiri menyaksikan betapa berani Angela, demikian pula para hakim. Akan tetapi, Cassandra sudah tak peduli.
"Pacaran, maksudnya apa?" tanya Hakim Ketua.
"Ya, pacaran." Angela tampak kebingungan. Haruskah menjelaskan perbuatan tak senonohnya dengan Hamizan?
"Apa yang Anda lakukan bersama tergugat selama pacaran?" tanya Hakim anggota.
"Melakukan hubungan layaknya suami istri?" tembak sang hakim langsung.
"Iya, itu juga termasuk. Pak Hamizan sukanya main kasar dan petualangan. Kami pernah melakukannya di kolam outdoor di Bali."
Para Hakim berpandangan mendengar ocehan Angela yang tak tahu malu.
"Coba ke sini, apakah Anda tahu tagihan kartu kredit ini?" Hakim ketua memperlihatkan bukti berupa salinan tagihan kartu kredit. Ada tas Hermes di sana.
"Penggugat mencurigai benda ini dibeli oleh Anda menggunakan tagihan kartu kredit Tergugat."
"Benar, Yang Mulia." Angela pun tak mau repot-repot berbohong. Lagipula dia sudah disumpah.
"Baiklah, silakan kuasa hukum Penggugat," kata Hakim Ketua pada Vig.
"To the point saja, Saudara Saksi, tadi Anda bilang pernah melakukan perbuatan layaknya suami istri dengan Tergugat kan?"
Angela menunduk malu. Ya ampun, dia ditelanjangi di muka pengadilan. Namun, dia akhirnya mengangguk.
"Iya, Mbak."
"Berapa kali?" tanya Vig lagi.
"Wah, berapa ya. Kayaknya sering. Yang terakhir ya di Bali itu."
Majelis Hakim geleng-geleng kepala. Persidangan ini ditunda hingga agenda selanjutnya yang merupakan putusan dua minggu kemudian.
♥♥♥
"Karena Bapak Hamizan Parama selaku tergugat sama sekali tidak datang pada mediasi pertama, kedua dan ketiga. Tergugat juga tidak menyampaikan keinginannya kepada kuasa hukum yang mewakilinya, maka berdasarkan Pasal 125 HIR (S.1941-44) Pengadilan menjatuhkan putusan verstek. Bapak Hamizan Parama dan Ibu Cassandra van den Heuvel dinyatakan berakhir. Adapun hak asuh atas anak Lithania Parama jatuh ke tangan Ibu Cassandra van den Heuvel karena status anak masih di bawah umur."
Hakim ketua mengetukkan palu tiga kali, menandakan kandasnya hubungan Cassandra dan Hamizan. Pernikahan keduanya diputus berakhir. Ikrar talak Hamizan jatuhkan beberapa saat setelah putusan meresmikan semuanya. Cassandra mendekap Lithania sambil menahan tangis. Dia akui dirinya sakit hati, tetapi satu sisi lainnya menyemangati. Cassandra kini terbebas dari pria pecundang seperti Hamizan.
♥♥♥
Hello Sexy Readers,
Yang nggak sabar nungguin update kisah ini, bisa langsung ke Karyakarsa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.