2

331 10 1
                                    


Pagi ini adalah pagi yang indah, namun tidak untuk semua orang.

Ellgar memakai seragam Sekolahnya, dikarenakan hari ini ia diwajibkan untuk sekolah. Ia mengambil ranselnya yang tergeletak diatas kasur dan bergegas pergi.

"Den Ellgar mau berangkat sekolah ya?" Bik Ina menyambut kedatangan Ellgar di ruang makan.

Bik Ina adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja belasan tahun lalu bahkan sebelum Alm mamanya Ellgar meninggal.

Sejak kepergian mama Ellgar, Bik Ina selalu siap dan tegas untuk menjaga Ellgar. Bukan mengharapkan apa apa, namun Bik Ina sudah terlanjur menganggap Ellgar seperti anaknya sendiri.

"Iya Bik" ucap Ellgar sambil tersenyum tipis. Bahkan mungkin tidak bisa disebut sebagai tersenyum.

Di ruang makan tersebut sudah terisi oleh tiga orang, yaitu Hendry, Raina dan Nouval. Ellgar hanya melewati ruang makan tersebut sama seperti hari hari biasanya. Dia tidak ingin sama sekali untuk menyapa anggota keluarganya itu.

Ellgar pergi kearah dapur, ia ingin berpamitan dengan Bik Ina terlebih dahulu. Ini adalah kebiasan yang selalu ia terapkan sebelum berangkat sekolah.

Ellgar juga mempunyai orang yang ia peduli, ia tidak seburuk apa yang kalian lihat.

Ia juga memiliki hati nurani.

"Bik, Ellgar berangkat sekolah dulu ya"  ucap Ellgar sembari menyiumi tangan Bik Ina.

"Iya Den, hati hati dijalan ya. Jangan ngebut ngebut" ucap Bik Ina tersenyum kearah Ellgar.

"Iya Bik, pasti." ucap Ellgar lalu pergi meninggalkan Bik Ina.

Raina yang melihat kedekatan antara dua orang itu merasa cemburu, pasalnya ia yang berperan sebagai orang tua Ellgar saja diacuhkan oleh anaknya sendiri bahkan untuk berpamitan dengannya saja Ellgar tidak mau. Tetapi mengapa orang yang tidak ia sangka malah orang yang paling deket dengan Ellgar.

Raina tersenyum kecut melihat interaksi antara Bik Ina dan Ellgar.

Nouval yang menyadari perubahan raut wajah mamanya ingin segera mengecek kondisi mamanya, namun ia urungkan dikarenakan ia tahu mamanya ingin merenungkan diri terlebih dahulu.

Hendry hanya pasrah melihat Ellgar yang tidak berpamitan dengannya juga, ini sudah sering terjadi sejak ia sudah menikah dengan Raina. Ia tahu bahwa Ellgar sangat membencinya dengan banyak alasan, namun baginya ia tidak salah sama sekali.

Mungkin orang orang beranggapan bahwa Ellgar adalah anak yang sangat tidak berbakti dan tidak tahu sopan santun terhadap orang tuanya. Ya, emang begitu faktanya. Tapi mereka yang berfikiran seperti itu tidak tahu awal mula cerita dan hanya melihat sekilas. Bagi Ellgar, ia tidak peduli irang beranggapan seperti apa tentangnya. Dan ia juga tidak bisa menerapkan saran saran yang orang berikan kepadanya, mungkin ia bisa menerima dan menghargai saran itu. Namun untuk menerapkannya ia sama sekali tidak bisa. Karena Ellgar juga mempunyai prinsipnya sendiri, ia tidak akan menerapkan saran orang lain walaupun dia menerimanya. Karena jika dia menerapkannya itu sama saja seperti ia menerapkan saran orang lain tapi tidak mendengarkan hatinya ingin kemana.

Ellgar akan berusaha berfikir sebelum bertindak, dan memikirkan mateng mateng apa yang ia lakukan. Dia tidak akan menerapkan saran orang lain karena itu bukan kemauannya.

Ellgar melewati ruang makan, dan matanya bertemu dengan Raina, mamanya. Namun, secepat mungkin ia putuskan.

Ellgar melaju cepat membelah jalanan kota Jakarta, ia tahu bahwa Bik Ina menyuruhnya untuk tidak mengebut tetapi baginya ini sudah mengendarai kecepatan standar rata rata.

Ellgar sudah tiba di gerbang sekolahnya. Hari ini ia tidak seperti hari hari biasanya, kalau biasanya Ellgar berangkat saat sudah bel sekolah sekarang ia berangkat sebelum bel sekolah dan bahkan pintu gerbang sekolah belum tertutup seperti biasanya juga.

Ia memakirkan motornya di parkiran sekolah. Belum lagi Ellgar membuka helmnya, para murid sudah heboh membicarakan dirinya di belakang. Sudah terlihat jelas bahwa murid murid lainnya sangat terpesona dengan Ellgar, pasalnya Ellgar bisa dibilang juga termasuk murid tertampan di sekolahnya.

Ellgar membuka helmnya. Bandana yang dipakainya diatas kepala serta slayer yang ia pakaikan di pergelangan tangannya menambah ketertarikan setiap siswi siswi di sekolahnya.

Ellgar tidak menyadari bahwa dirinya adalah incaran para siswi siswi disekolahnya, jadi dengan begitu ia berjalan santai dengan ransel yang di bawa dengan satu tangan.

Kedatangan Ellgar tidak luput dari penglihatan seorang perempuan yang sedang berdiri di tengah parkiran sekolahnya, namanya Arshi tisya xavyera. Ia adalah pengagum rahasia Ellgar. Sudah beberapa bulan ini ia menyimpan perasaannya terhadap Ellgar, Ellgar adalah orang yang palaing lama ia cintai secara diam diam, ia tidak tahu perasaan ini hanya bermain main atau lebih dari mengagumi seorang Ellgar. Ia berencana untuk mengungkapkannya namun itu hanya rencana.

"Gausah bengong juga kali" ujar Calista sembari menyenggol lengan Arshi untuk menyadarinya yang sedari tadi melihat Ellgar yang melewati parkiran. 

Calista adalah sahabat bagi Arshi, karena saat ia susah hanya Calista yang bersedia untuk menolongnya. Calista tahu bahwa Arshi sempat mengagumi Ellgar, Calista tidak tahu pasti perasaan Arshi bagaimana terhadap Ellgar. Tetapi yang ia tahu sahabatnya ini selalu saja menceritakan tentang Arshi yang sangat mengagumi Ellgar, mulai Arshi yang tersenyum sendiri karena Ellgar yang tiba tiba melewatinya, hingga Arshi yang salah tingkah jika Ellgar dan Arshi eye contact.

"Iya iya" jawab Arshi cemberut.

"Calcal, kayanya Arshi makin mengagumi Ellgar deh" ucap Arshi saat dirinya sudah selesai menikmati pemandangan indah yaitu Ellgar yang melewatinya.

"Mungkin lebih dari mengagumi Shi. Inget, hanya mungkin loh" Calista mengangkat jari telunjuknya keatas.

"Kok bisa gitu ya Calcal?" ucap Arshi dengan muka bingungnya yang dibuat buat.

"Ya bisalah, karena yang gue tahu semakin lo memendam perasaan ke seseorang atau mengabaikan orang yang lo sukai, semakin lo jatuh cinta sama orang itu" ucap Calista dengan menunjukkan tampangnya seakan akan ia mengucapkannya dengan benar.

"Ih sok tahu banget sih Calcal, sok sokan tahu padahal kaga" ucap Arshi menyepelekan Calista.

"Sembarangan lo kalau ngomong ya, gini gini gue pakar cinta anak muda nih" ucap Calista yang tidak terima dirinya disepelekan.

"Emangnya Calcal tahu darimana ha?" ucap Arshi sambil memeletkan lidahnya kebawah.

"Sepele lo sama gue ya. Sekarang udah jaman milenial bos, ada internet. Ya gue baca baca artiker lah" ucap Calista membela dirinya dengan nada tinggi.

"Iya iya, gausah ngegas juga kali Calcal" ucap Arshi sembari melipatkan tangannya didepan dada.

Calista adalah orang yang sangat Friendly kesemua orang, sementara Arshi adalah sebaliknya. Calista sangat gampang untuk memulai pembicaraan atau mencari topik dengan orang baru, sementara Arshi baginya sangat susah karena dia adalah tipekal orang yang lebih suka satu teman namun bisa menemani daripada banyak tapi hanya bisa menonton.

Arshi lebih suka membaca buku sendirian, dari pada pergi bersama beberapa teman temannya. Baginya, berpergian sendiri membuat rasa nyaman dan juga membuat dirinya merasa senang.

Arshi bisa menjadi pendiam tapi hanya dengan orang baru, jika dia sudah mengenal seseorang itu lebih lama atau mengenal kepribadiannya dia pasti akan ramah terhadap orang itu.

Berbeda juga dengan orang yang ia kagumi, jika dengan orang yang ia kagumi bisa saja dia bersikap sangat mengenali orang itu walaupun pada dasarnya orang yang ia kagumi itu tidak mengenalinya.

TBC

Jika masih bisa membaca, pasti juga bisa memberikan vote.
Terimakasih....
IG:@kezia.rachelia_

ELLGAR (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang