Drtttt... Drtttt... Drtttt...
Nouval mengambil ponselnya yang berbunyi diatas sofa dan segera ia angkat lalu ia taruh di samping telinganya setelah melihat mama yang tertera di handphonenya bernama Dirga.
"Halo?" ucap Nouval saat jaringan sudah diaktifkan.
"Boss, Flora pergi ke gudang kosong tapi ngga tahu mau ngapain" ucap Dirga dari ujung sana yang sepertinyabberada di jalan raya.
"Dia bawa tas warna putih besar bos" ucap Arkan yang berada di samping Dirga yang sedang melihat Flora berjalan sambil melihat ponselnya.
"Lo berdua nyusulin Azka, langsung bantuin cari info selanjutnya" ucap Nouval yang di dengar oleh Dirga dan Arkan.
"Siap boss" ucap keduanya bersamaan dan memperagakan gerakan hormat kepada Ellgar walau hanya jaringan telefon.
"Info selanjutnya langsung kabarin gue" ucap Nouval sembari berdiri dari duduk di sofanya yang masih memegang telefon genggam miliknya.
"Oke Bos" ucap keduanya lagi lagi bersamaan.
Mungkin saja mereka kembar tak seiras.
Nouval langsung mematikan jaringan telefon sepihak saat mendapat info dari kedua belah pihak itu.
Ia kembali berdiri di depan teras.
"Gudang?" Ucap Nouval berfikir dengan keras menggunakan otaknya.
"Ada maksud dari identitas dia kayanya" ucap Nouval berfikir dengan tangan yang ia letakkan di dagunya.
Sementara itu, Ellgar sedang membaca bukunya di dalam kamarnya yang terlihat luas baginya untuk ruangan yang di tempati satu orang.
Ya, tentu saja apalagi di lengkapi balkon yang bisa ia buka setiap hari untuk menikmati pemandangan dan juga untuk beristirahat jika dia sedang stress atau banyak pikiran.
Ya, tempat itu sangat berarti untuk Ellgar apalagi juga di penuhi kenangannya bersama Arshi disana.
Rasanya, ia tidak ingin kehilangan tempat yang seperti itu.
Ellgar lanjut membaca bukunya tidak terasa ia sudah membaca setengah halaman lebih buku yang sedang ia baca sekarang, tentu saja Ellgar sangat jago jika untuk membaca buku.
Jika diingat ingat sudah seminggu ia mengalami urine yang berdarah tentu saja Ellgar tahu ini gejala atas penyakitnya tetapi itu juga membuatnya semakin tidak nyaman.
Apalagi dirinya yang selalu bercucuran air keringat saat malam hari telah tiba, itu membuatnya ekstra kebal.
Memang sangat susah jika begini, tetapi mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi takdirnya ia harus menerima kenyataan karena pada akhirnya memang kita semua akan meninggalkan dunia ini dan berlanjut untuk menjalani dunia selanjutnya bukan?
Ellgar memegang Ellgar memegang punggung bawahnya dan pinggangnya yang terasa sedikit nyeri akhir akhir ini tubuhnya ekstra mengalami gejala sehingga Ellgar juga harus sigap dalam menghadapi itu semua.
Selera makan Ellgar akhir akhir ini juga menurun drastis tidak seperti biasanya, biasanya pasti ia akan memakan makanan lebih banyak dari apa yang ia kira tetapi sekarang, bahkan untuk melihatnya saja Elgar sudah enek dan kehilangan selera makan.
Dan pada akhirnya beratnya kian menurun membuat Ellgar lagi lagi menghembuskan nafasnya berat untuk kesekian kalinya.
Ellgar kembali memegang benjolan yang berada di pinggangnya dan punggung bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLGAR (TAMAT)
Teen FictionLangit yang menghitam disambut dinginnya udara yang diiringi derasnya hujan yang begitu mencengkram. Sungguh kejamnya dunia ini yang tidak membawa keadilan untuk semua orang. Ini tentang hidup seseorang yang berkali kali dimatikan. Dengan senyum...