Setelah beberapa hari Ellgar rutin melakukan terapi ablasinya tubuhnya terasa sangat segar dan juga lebih nyaman.
Tetapi Dokter berpesan, jangan terlalu kecapean atau banyak fikiran karena itu akan membuat Ellgar drop ataupun mengakibatkan fatal.
Riana yang akan takut hal itu terjadi pun selalu waspada untuk menjaga Ellgar bahkan dari hal sekecil apapun pasti bisa dipermasalahkan oleh mamanya.
Kali ini Ellgar telah dudukndi balkon kamarnya yang menampakkan pemandangan yang sangat indah di luar sana.
Apalagi ini adalah pagi hari, bagus untuk Ellgar berjemur agar dirinya semakin sehat.
Tetapi jangan dihiraukan Ellgar sudah izin kepada mamanya untuk dirinya beristirahat dan sedikit healing di balkon kecil miliknya yang berada di kamar.
Bahkan, mamanya sedang mengambil sarapan untuk Ellgar.
Padahal Ellgar bisa mengambilnya sendiri ataupun turun kebawah untuk makan bersama tetapi mamanya selalu melarangnya dengan alasan takut jika Ellgar akan kecapean.
Ellgar yang mencari amanpun hanya pasrah saja.
Riana melewati kaca balkon yang terbuka dan menampakkan Ellgar yang sedang santai berduduk di sofa.
Riana dengan membawa satu nampan berisi susu kesukaan Ellgar dan juga sarapan sayur sayuran yang paling Ellgar suka di kedua tangannya.
"Ngga ada yang sakit Ellgar?" ucap Riana memeriksa Ellgar sembari menatuh nampan tersebut diatas meja Ellgar.
"Engga ada maa.. " ucap Ellgar tersenyum untuk menenagkan mamanya.
"Dimakan" ucap Riana sembari duduk disamping Ellgar.
"Iya maa.. bentar lagi, masih panas" ucap Ellgar yang langsung diangguki oleh Riana.
"Ellgar?" panggil Riana melihat Ellgar yang berada di sampingnya.
"Iya ma?" ucap Ellgar menatap mamanya yang menatapnya juga.
"Kamu bilang kamu mau jadi pilot" ucap Riana mengingat beberapa hari lalu Ellgar bercerita kepadanya bahwa Ellgar ingin menjadi pilot.
Ellgar menggelengkan kepalanya.
"Ellgar udah menunda semua cita cita dan harapan Ellgar di masa depan ma.. " ucap Ellgar kepada Riana yang membuat Riana menyipitkan matanya seperti berangkapan bingung.
"Kenapa sayang?" ucap Riana mengelus rambut Ellgar lembut.
"Ellgar sekarang udah pasrah ma, mau tuhan mengambil nyawa Ellgar sekarang Ellgar siap, sekarang yang Ellgar nau cuman ngebahagiain mama mumpung Ellgar masih hidup di dunia" ucap Ellgar sembari tersenyum kepada mamanya yang terlihat berkaca kaca.
Riana menggelengkan kepalanya.
Kali ini Riana benar benar tidak bisa berbicara, ia kehabisan kata kata.
"Mama ngga mau Ellgar pergi, mama akan berjuang sekeras yang mama bisa agar Ellgar bisa sembuh kembali ya sayang?" ucap Riana yang sudah meneteskan air mata.
Ellgar menggelengkan kepalanya.
Ellgar menghapus air mata yang keluar dari mata mamanya dengan jempol miliknya.
"Maa.. kita tidak bisa bersaing dengan dunia maa, dunia terlalu jahat untuk Ellgar dan mau cepat ataupun lambat pasti Ellgar akan dipanggil walaupun lebih cepat dari mama" ucap Ellgar yang langsung membuat Riana menunduk menenggelamkan kepalanya.
Riana mencoba sebisa mungkin untuk tidak menangis tetapi tidak bisa hatinya sudah tersentuh oleh kata kata Ellgar.
"Mama mau apa?" ucap Ellgar kepada mamanya serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLGAR (TAMAT)
Teen FictionLangit yang menghitam disambut dinginnya udara yang diiringi derasnya hujan yang begitu mencengkram. Sungguh kejamnya dunia ini yang tidak membawa keadilan untuk semua orang. Ini tentang hidup seseorang yang berkali kali dimatikan. Dengan senyum...