Sekolah tidak membuat mood Ellgar semakin menaik. Hari ini Ellgar berencana untuk pergi ke perpustakaan yang terletak di kota Jakarta.Setelah pelajaran selesai, ia langsung membersihkan dirinya dengan mandi. Hanya perlu dua puluh menit Ellgar sudah selesai mandi, ia langung berjalan menuju dapur untuk makan.
Ellgar menurunkan anak tangga dan bertemu dengan Bik Ina yang sedang mempersiapkan makanan untuk dirinya.
"Masak apa bik?" ucap Ellgar melihat makanan yang baru saja disajakan oleh Bik Ina.
Hari ini rumah hanya terisi dengan Ellgar dan Bik Ina juga asisten rumah tangga lainnya. Hendry dan Raina sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Jika Nouval, Ellgar tidak tahu pasti dimana keberadaan manusia satu itu.
Ingat, dia tidak peduli dengan makhluk seperti Nouval itu.
"Tadi Bibik pesenin Den Ellgar Pizza, makanan kesukaannya Den Ellgar. Sekalian tadi Bibik buatin Jus Alpukat" ucap Bik Ina sembari tersenyum hangat terhadap Ellgar.
"Makasih banyak bik, maaf jadi ngerepotin Bik Ina" Ellgar membalas senyuman Bik Ina singkat.
"Engga ngerepotin sama sekali kok Den, udah jadi tugasnya Bik Ina. Sok atuh makanannya dimakan Den" ucap Bik Ina melirik makanan Ellgar mengode untuk segera dimakan.
"Bibik gamau makan bareng Ellgar nih?" ucap Ellgar.
"Gausah, bibik kedapur dulu ya" ucap bik ina.
"Iya bik"
Ellgar hanya bisa bersikap hangat terhadap Bik Ina. Ia bersyukur karena masih ada Bik Ina yang selalu peduli kepadanya. Bagi Ellgar, bik Ina sudah seperti orang terpenting dalam hidupnya. Jadi Ellgar juga harus melindungi Bik Ina.
Ellgar menarik kursi meja makan lalu mendudukinya, ia mengambil sepotong pizza lalu memakannya. Dan terus melahap satu persatu pizza yang ada di meja makan.
Saat sudah selesai makan, ia meminum jus Alpukatnya lalu berdiam diri sebentar untuk menurunkan makanan yang berada diperutnya.
Tiba tiba ada seseorang yang datang dari balik pintu, orang itu adalah Nouval. Raut wajah Ellgar terkihat sama saja, karena memang sedari tadi raut wajahnya hanya biasa saja.
Nouval duduk disebelah kursi makan Ellgar, Ellgar dengan refleks menjauhkan kursinya.
"Besok main basket yok bro, seenggaknya lo temenin gue main" ucap Nouval menaikkan satu alisnya untuk menunggu jawaban dari samg empu yang berada di depannya.
"Ga" Ellgar mengambil ponsel dari saku celananya, ia menatap ponselnya untuk mengalihkan pandangannya.
Nouval sudah tahu jawaban adiknya ini, namun dia tetap berusaha untuk mendekatinya untuk kepentingan bersama juga.
Jika bukan karena mamanya, ia juga mau berurusan dengan manusia yang tidak tahu diri ini yang sedang berada disampingnya.
"Yaudah, gimana kalau kita nongki nongki bareng aja gitu di cafe? ngobrol ngobrol aja gitu" ucap Nouval menaikkan satu sudut bibiknya dan satu alisnya.
"Lo aja sana" ucap Ellgar tetap menatap sambil bermain dengan layar handphonenya itu.
"Okey, gimana kalau kita jalan jalan bareng? Lo yang nentuin tempatnya deh" ucap Ellgar masih berusaha untuk membujuk adek tiri satu satunya itu.
Ellgar menghembuskan nafasnya kasar, ia masih bisa bersabar.
"Lo gay?" ucap Ellgar sembari menutup layar handphonenya dan memasukkannya ke dalam sakunya kembali lalu berdiri dari duduknya dan pergi dari ruang makan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLGAR (TAMAT)
Teen FictionLangit yang menghitam disambut dinginnya udara yang diiringi derasnya hujan yang begitu mencengkram. Sungguh kejamnya dunia ini yang tidak membawa keadilan untuk semua orang. Ini tentang hidup seseorang yang berkali kali dimatikan. Dengan senyum...