2. Bertemu Lagi

553 96 8
                                    

Aku sangat tidak siap kalau harus bertemu denganmu lagi sekarang.

•••

"HAH? DEMI APA?" teriak Elara seusai Tiara menceritakan semuanya.

"Lo bisa gak sih gak usah teriak-teriak?" geram Eartha yang sebenarnya sudah hal lumrah seorang Elara berteriak seperti tadi. Sahabatnya yang satu itu memang sangat heboh dan ekspresif.

"Okay, I'm sorry. Jadi, Ti, file yang gue bawa tadi ke lo itu, isinya persetujuan Anrez masuk kantor ini?" tanya Elara memastikan.

Ia pun sama kagetnya ketika mendengar Anrez kembali ke Indonesia. Dan Elara dapat memastikan, cowok itu akan berusaha menjelaskan yang sebenarnya terjadi kepada Tiara, sahabatnya.

Tiara mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan Elara. "Gue takut. Gue belum siap ketemu dia," lirih Tiara.

Ia benar-benar tidak siap dengan apa yang akan dihadapinya besok lusa. Bertemu lagi dengan laki-laki yang selama ini membuatnya mengeraskan hatinya dan menyembuhkan lukanya sendirian? Membayangkannya saja Tiara tak sanggup.

"Ti, gue tau lo ngerasa usaha lo sia-sia, tapi mau gimanapun kan, lo harus profesional kata Kakak juga. Lo gak usah takut usaha lo sia-sia, karena selama ini you did well," ucap Eartha berusaha meyakinkan sahabatnya.

"Bener, Ti. You can do it, lo pasti bisa lewatinnya. Gue juga tau hati lo kecewa sama dia karena dia ninggalin lo gitu aja. Tapi, lo jangan nunjukin semua yang lo rasain ke dia, apapun yang bakal dia lakuin ke lo nanti, ya mau gak mau lo harus siap sih," tambah Elara.

Tiara menganggukkan kepalanya. "Okay."

"Eh, lo cerita ke Abang sama Kakak, Ti?" tanya Elara.

"Iya, mau gak mau gue harus cerita ke mereka."

"Terus gimana katanya?"

"Ya sama kayak lo pada, bawel," sahut Tiara sedikit kesal karena tidak abangnya, kakaknya, sahabatnya, mereka semua bawel.

•••

Hari Rabu pun tiba, hari dimana Anrez akan datang dan menginjakkan kakinya di kantor ini. Sejak Tiara masih di apartemen, ia sudah menyiapkan hatinya untuk bertemu dengan laki-laki itu. Doakan Tiara, ya!

Bruk

"Eh, sorry."

Deg

Suara itu...

Dapat Tiara pastikan, orang yang ditabraknya itu adalah laki-laki yang membuatnya semalaman tidak bisa tertidur. Okay, Ti, you can do it.

"Ah, iya. It's okay."

Anrez pun sama terkejutnya dengan Tiara saat dia mendengar suara itu di telinganya. Suara yang selama ini ia rindukan.

Anrez menatap lekat perempuan yang berada di depannya. Akhirnya, orang yang selama ini ia rindukan, sekarang tepat berada di depannya. Ah, jantungnya serasa ingin lepas sekarang.

"Hai, Ti," sapa Anrez dengan senyum terbaiknya. Sementara Tiara hanya membalas dengan senyuman tipisnya.

"Duluan, ya."

"Eh, tunggu, Ti," cegat Anrez reflek mencekal pergelangan tangan Tiara.

"Ruangan Pak Langit dimana, ya?" tanyanya masih dengan posisi menggenggam pergelangan tangan Tiara.

Tiara tersenyum. "Kak Adam, bisa anter dia ke ruangan Bang Langit?"

Adam mengangguk tanda menyanggupi permintaan Tiara. "Bisa dong, yuk."

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang