28. Menyesal

329 67 10
                                    

Yang terbaik akan memperbaiki, bukan memilih untuk pergi.

•••

Anrez mengingat lagi dengan persis kejadian beberapa hari yang lalu. Jahat, itulah yang dapat mendefinisikan perlakuan Anrez kepada Tiara.

Sejak kedatangannya, ia sama sekali tidak menunjukkan kesabarannya. Yang ia tunjukkan hanyalah emosinya kepada Tiara.

Anrez tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya menjadi Tiara. Pasti rasanya sakit sekali. Siapa yang tidak sakit diperlakukan kasar oleh orang yang dicintai? Padahal sebelumnya Anrez selalu memperlakukan Tiara dengan baik dan manis.

Ia terlanjur terbakar amarah ketika melihat foto yang berada di amplop coklat itu. Anrez ingat betul tinggi suaranya saat berbicara dengan Tiara. Ia sangat ingat saat dirinya melempar foto itu ke arah Tiara. Ia ingat persis isak tangis Tiara yang tidak Anrez pedulikan sama sekali.

Anrez sangat mengingat kejadian malam itu. Saat ia menatap Tiara dengan tatapan tajam, perlakuan kasarnya, suaranya yang tinggi, tidak mempedulikan tangisan dari Tiara, bahkan ia meninggalkan gadis itu sendiri di unit apartemennya.

Anrez berdiri di depan jendela sambil menatap ke arah balkon kamarnya. Ia mencoba mengingat banyak hal yang terjadi di antaranya dan Tiara.

Air mata penyelesan tiba-tiba lolos dari pelupuk matanya tanpa aba-aba. Tubuhnya terhuyung mundur, menabrak nakas yang membuat gelas di atasnya terjatuh dan pecah.

Ia kemudian merosot ke bawah dengan tubuhnya yang bersandar di ranjang. Merasa menjadi lelaki paling brengsek di dunia karena telah menyakiti Tiara. Menyesali semua perbuatan yang Anrez lakukan kepada gadis itu.

Anrez meremas rambutnya. "BODOH BANGET SIH, REZ! BEGO! LO YANG GAK PANTES BUAT TIARA!" teriaknya menyalahkan diri sendiri.

Lama ia terdiam dengan posisi yang sama. Memikirkan rasa sakit yang kembali Anrez torehkan di hati Tiara. Mengingat kebodohannya yang tergesa dalam mengambil keputusan dan perlakuan kasarnya tanpa mau mendengarkan penjelasan Tiara terlebih dahulu.

Anrez sangat mencintai Tiara. Mungkin semua orang di dunia ini bisa melihatnya dari sorot matanya ketika ia menatap gadis cantik itu. Ia selalu berusaha menjaga Tiara sebaik mungkin, menjaga miliknya.

Tapi satu yang Anrez lewatkan. Kalau perasaannya, rasa sayangnya, dan rasa cintanya kepada Tiara begitu besar, kesabarannya pun harus lebih besar. Banyak masalah yang akan datang menghadang mereka.

Selama ini, Tiara sudah belajar banyak hal dari pengalamannya. Belajar untuk memahaminya, mengerti kondisi seberapa banyak perempuan yang hadir ke hidupnya.

Tiara selalu belajar untuk megontrol perasannya, tidak cemburu, dan tidak mencurigainya padahal perempuan itu dengan terang-terangan menunjukkan perasannya pada Anrez.

Selama ini, Tiara selalu belajar untuk memahami semua alasan yang dia berikan. Belajar untuk selalu percaya dan memberikan kesempatan kepada Anrez untuk menjelaskan semuanya ketika Tiara salah paham.

Satu lagi yang Anrez lewatkan, ia tidak belajar hal itu dari Tiara. Mungkin, kali ini Anrez harus belajar lebih banyak lagi. Belajar untuk percaya, belajar untuk dewasa, belajar mengontrol perasaan dan emosinya, belajar memberi kesempatan, belajar mendengarkan, dan belajar sabar.

"Mass," panggil Feli yang berjalan terburu memasuki kamar putranya.

Anrez menengok ke arah Feli lalu berdiri dari duduknya. "Maa..."

"Kenapa, Mas? Itu gelas sampe pecah," tanya Feli seraya mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang disusul oleh Anrez.

Cowok itu menyandarkan kepalanya di bahu Feli dengan tangannya yang melingkar di lengan mamanya. "Ma, Mas jangan banget sama Tiara..."

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang