77. Cemburu

290 75 8
                                    

Aku cemburu. Aku cemburu karena aku takut kehilangan kamu.

•••

"Yang, itu siapa?"

"Hm? Mana?"

"Itu, di sebelah Saga," balas Anrez.

"Ohhh, itu sahabat kecilku, Mas."

Anrez mengerutkan keningnya. "Sahabat kecil kamu?"

"Iya, dia baru pulang ke Indonesia abis lama di Jerman," jawab Tiara masih santai.

"Kok kamu gak pernah cerita sama aku?"

Tiara menoleh sempurna ke arah Anrez. Ia meringis ketika menyadari ada satu hal yang belum Tiara sampaikan kepada Anrez.

Tangan Tiara tergerak menggenggam tangan Anrez. Ia menarik cowok itu menuju sang ibunda.

"Bunda, Titi ke atas sebentar sama Anrez, ya," pamit Tiara.

Tanpa menunggu jawaban dari Hana, Tiara segera naik ke lantai dua dengan tangannya yang masih menarik Anrez.

"Mau kemana sih, Ti?" tanya Anrez.

"Udah, diem aja."

Anrez memilih untuk menutup mulutnya dan mengikuti kemana Tiara akan membawanya. Ternyata gadis itu membawa dirinya ke kamar Tiara.

Ceklek

Tiara menutup pintu kamarnya pelan. Ia menyandarkan tubuhnya di belakang pintu seraya menatap lekat cowok di depannya.

"Ngapain ke sini? Itu tamu pada nungguin loh."

Tiara menghela napasnya. "Mau aku jelasin gak? Kamu jangan ngehindar, ya."

"Aku gak ngehindar," balas Anrez singkat.

"Hm? Terus apa?"

"Aku kesel tau. Kita tuh udah lama banget, Ti. Aku udah jadi calon suami kamu sekarang. Tapi kayaknya masih banyak hal yang aku gak tau tentang kamu. Buat aku tuh kalau satu hal yang aku gak tau tentang kamu, kayak banyak banget yang aku gak tau tentang kamu," jawab Anrez terus terang menyampaikan isi hatinya.

Tiara tersenyum manis. "Maaaffff. Aku gak niat buat gak ceritain tentang Aries ke kamu."

"Namanya Aries?" tanya Anrez.

"Iya, namanya Aries, yang."

Anrez mengangguk pelan. Ia merasa ingin sekali membahasnya sekarang hingga tuntas, tapi waktunya tidak tepat. Pasti para tamu sudah berdatangan di bawah.

"Kita bahas nanti. Tamunya udah banyak di bawah pasti," kata Anrez lalu tergerak untuk beranjak dari kamar Tiara.

"Sayaanggg. Jangan maraahhh," rengek Tiara.

"Udah, ayo cepetan ke bawah," balas Anrez kemudian menggamit tangan Tiara untuk keluar dari kamarnya.

Sementara Tiara hanya mengikuti langkah Anrez di belakang tubuh cowok itu dengan wajahnya yang ditekuk. Bisa-bisanya ia melewati satu hal yang seharusnya Anrez sudah tau sejak awal.

"Sayang, maaf," lirih Tiara membuat Anrez menghentikan langkahnya.

Anrez membalikkan tubuhnya menghadap ke Tiara sepenuhnya. Tangannya tergerak untuk mengusap lembut puncak kepala Tiara penuh dengan cinta.

"Gak apa-apa. Kita bahas nanti pas acaranya udah selesai, ya? Jangan sedih gitu dong mukanya."

Tiara menyunggingkan senyumnya. Ia merasa lebih tenang sekarang. "Iya, ayo ke bawah."

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang