46. Adu Mulut

308 70 15
                                    

Lebih baik aku tau dari awal, dari pada tau belakangan. Aku gak mau kita malah jadi salah paham dan semuanya jadi berantakan.

•••

"Kok gak bilang ketemu sama temen cewek?"

"Itu temenku di Cambridge waktu itu, yang," jawab Anrez.

Tiara mengangguk. "Iya, terus kenapa gak bilang mau ketemu sama temen cewek?"

"Kamu gak nanya," enteng Anrez.

"Anrez Adelio Rajendra, jelas-jelas pas kamu izin ke aku, aku nanya loh. Aku nanya ke kamu, kamu mau kemana, sama siapa. Kamu sendiri yang gak jawab pertanyaan aku," sela Tiara.

Seketika bulu kuduk Anrez merinding. Ia menyadari satu hal, jika Tiara sudah menyebut namanya dengan lengkap, itu artinya gadis itu sudah benar-benar kesal.

"Aku kira kamu tau. Tau dari Tata misalnya," ucap Anrez.

"Enggak. Atlas juga ngomong ke Tata sama persis kayak kamu, ketemu temen, tapi gak bilang sama temen cewek."

"Lagian kenapa harus ngandelin orang lain sih? Ini, 'kan antara aku sama kamu. Kamu yang harusnya bilang sendiri," sambung Tiara.

Anrez menatap lembut kekasihnya yang tengah mengomel. "Kamu kesel? Atau cemburu?" tanyanya lembut.

"Enggak cemburu. Aku kesel, marah malah."

"Kok marah? Aku, 'kan gak bohongin kamu," balas Anrez.

"Iya, kamu gak bohongin aku. Tapi kamu gak terbuka sama aku kalau mau ketemu temen cewek."

"Coba kalau kamu bilang dari awal, aku gak akan kesel, yang," lanjut Tiara.

"Iya, sayang. Maaf, ya."

"Lagian ada apa emang sama dia sampe gak ngasih aku mau ketemu dia?" tanya Tiara.

"Gak ada apa-apa, yang. Tadi aku bilang  'kan, kalau dia temen aku di Cambridge."

"Kamu gak ada apa-apa, tapi dia ada apa-apa kali. Bilang sama aku sekarang, dia siapanya kamu?" balas Tiara.

"Hm? Tau dari mana coba? Selama di Cambridge kita selalu ngumpul rame-rame kok. Gak pernah berduaan, sama kayak aku ke El atau Tata," ujar Anrez.

"Ya jelas beda dong, Anrez Adelio Rajendra. Kalau mereka, jelas-jelas gak akan naksir kamu. Mereka udah punya cowok tuh semua. Makanya kalau kamu sama mereka, mau peluk kek, apa kek, aku gak bakal cemburu. Lah, cewek tadi? Kamu anggepnya temen, tapi mungkin dia enggak. Bisa aja dia suka sama kamu, minimal baper," oceh Tiara yang terlihat menggemaskan di mata Anrez.

Anrez mengiris. "Sayang, sebut namanya jangan lengkap gitu dong. Aku serem jadinya."

"Biarin!"

"Sayang, biarin aja kalau mereka suka sama aku. Aku udah bilang loh, kita di Cambridge gak pernah berduaan, selalu rame-rame," ucap Anrez berusaha meyakinkan Tiara.

"Jalannya rame-rame, tapi perhatian kamu lebih kali ke dia. Kayak gak tau cewek aja yang gak bisa diperhatiin lebih bisa baper."

"Termasuk kamu?" tanya Anrez.

"Kok aku?" protes Tiara.

"Aku gak pernah nerima sembarang cowok semenjak ada cowok yang tiba-tiba ngilang kayak ditelan bumi," lanjutnya.

Anrez terkekeh lalu tangannya terulur mencolek hidung Tiara. "Balas dendam nih, sayang?"

"Enggak. Apa banget balas dendam?"

"Iya, sayang. Maaf, ya, udah gak jujur sama kamu. Tadinya Atlas udah nolak, tapi mereka maksa. Katanya ada hal yang penting, tapi ternyata cuman alesan aja," ucap Anrez lembut.

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang